Abstract.
The purpose of this study was to investigate relationships among Maslow' needs hierarchy, educational attitudes and self-concept of students of College of Education, Lampung University. The sample consisted of 120 students in their fourth semester from all departments at College of Education, Lampung University. Three data-gathering instrument used in this study were:
(1) the work motivation questionnaire to measure the students' motivation,
(2) the teacher attitudes questionnaire to measure educational attitudes, and
(3) the adjectives self-description questionnaire to measure self-concepts. The data were analyzed by multiple regression techniques. Results of the study revealed that attitudes toward teaching and self-concept, operating jointly, significantly contributed to the variance in Maslow' needs hierarchy scales of basic, safety, and self-actualization needs.
The finding that self-concept and attitudes toward teaching were related to students motivation adds validity to theory of the relationships between attitudes, self-concept, and motivation. It confirms the belief that a student's behavior pattern can be conceived as a number of affective variables operating jointly. Moreover, it would seem reasonable for teacher education programs to gather data on both the students' attitudes toward teaching and self-concept so that insights might be gained into the students' motivations. This information might be added to the repertoire of screening devices. And so increase the probability of more effective candidate selection for teacher education.
Keyword: Maslow's needs hierarchy, attitudes toward teaching, self-concept.
Telah banyak penelitian yang berkaitan dengan karakteristik kepribadian dan performasi colon guru dilakukan. Namun bukti yang berkaitan dengan sifat hubungan ini masih belum jelas. Para ahli psikologi yang tertarik dengan penelitian karakteristik kepribadian, motivasi, dan prilaku manusia, percaya bahwa motivasi memberikan ragam dalam intensitas prilaku manusia, serta arah terhadap prilaku tersebut.
Kebutuhan penelitian yang berhubungan dengan motivasi dalam dunia pendidikan guru
telah diidentifikasi oleh Turner sejak tahun1975 yang menyatakan bahwa:
Studies ... probe more deeply into the motivational basis ... [of student teachers] are needed. An efficient professional training system is one which invest substantial fund in the training ... [of] ... the least ... motivated candidates. A more efficient system would devote more intense and systematic training of the most talented and well motivated aspirants (hal.108-109).
Pentingnya kebutuhan tersebut juga telah dibahas oleh Howson (1976) dalam laporan The Bicentennial Commission on Education for the Profession of Teaching, yang menyatakan bahwa "society now demands a new breed of teachers – a well prepared, high motivated professional".
Dengan demikian, bila program pendidikan guru seperti FKIP ini mencari mahasiswa yang memiliki minat untuk menjadi guru serta memiliki kompetensi mengajar, akan lebih ekonomis apabila memilih para calon guru yang menunjukkan motivasi tinggi terhadap mengajar yang mungkin akan berkaitan dengan keberhasilan calon guru tersebut. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti hubungan antara motivasi, sikap terhadap mengajar, dan konsep diri mahasiswa FKIP Universitas Lampung.
Motivasi
Teori motivasi Maslow (1954) menyatakan bahwa:
An attempt to formulate a positive theory of motivation which will satisfy theoretical demands [while] confirming to known facts (about human behavior), clinical and observational, as well as experimental .(hal. 86).
Teori yang digambarkan oleh Maslow tersebut memfokuskan pada 5 tingkatan kebutuhan (needs). Kebutuhan tersebut menggambarkan suatu kekuatan di belakang prilaku manusia; dan tingkat kebutuhan seseorang akan berbeda tergantung kepada individu masing-masing yang memerlukan kebutuhan itu. Kelima kebutuhan yang diungkapkan oleh Maslow tersebut adalah kebutuhan dasar (fisiologis), rasa aman (emosional), rasa memiliki (sosial), status-ego (personal), dan aktualisasi diri (personality). Menurut Maslow, suatu kebutuhan hanya dapat dipuaskan bila kebutuhan yang pada tingkatan yang lebih rendah telah terpenuhi, yang diatur dalam suatu hirarki yang disebut prepotensi. Misalnya, seseorang tak akan berhasil memenuhi kebutuhan aktualisasi diri (pengembangan diri) bila taraf pertama yang paling fundamental, yakni kebutuhan fisiologis (seperti makanan, minuman, dan sandang) tidak terpenuhi. Kebutuhan tersebut harus dapat dicapai agar kebutuhan-kebutuhan individu lainnya dapat dipuaskan, dan dimulai dari kebutuhan dasar (fisiologis).
Teori Maslow telah banyak digunakan secara luas dalam dunia industri untuk menunjukkan adanya hubungan antara pekerja dengan performansi kerja (Robert, 1972). Wamer (1978) juga telah melakukan penelitian tentang hubungan antara mahasiswa calon guru dalam hubungannya dengan praktek mengajar. Hasil penelitian Wamer menunjukkan bahwa ada hubungan yang logis antara hirarki kebutuhan Maslow, sikap kependidikan, dan konsep diri mahasiswa.
Sikap dan Motivasi
Para ahli psikologi menyatakan tentang adanya dua variabel sikap, yaitu: (a) sikap terhadap mengajar (Young, 1973), dan (b) konsep diri (Le Benne dan Gresene, 1965) yang secara erat dapat disatukan dengan motivasi; dengan asumsi bahwa variabel sikap bukan hanya memiliki kualitas motivasi yang dapat tumbuh dan mengatur prilaku, tetapi juga memberikan arah terhadap prilaku individu.
Sikap terhadap Mengajar
Aspek motivasi dari sikap dinyatakan oleh Young (1973):
As primary motives (attitudes) arouse behavior; they sustain or terminate an activity and progress, they regulate and organize behavior ... and they lead to the acquisition of motives, stable dispositions to act. (hal. 194).
Pernyataan tersebut menggambarkan bagaimana sikap dapat membangkitkan, mengatur dan mengorganisasikan prilaku individu terhadap sekumpulan objek. Walau pun hubungan antara sikap dan prilaku tidak secara mudah dapat diidentifikasi, namun fungsi sikap dapat masuk dan menentukan prilaku manusia. Menurut Peak (1955), sikap memiliki "the effect emphasizing objects ... with the result that their probability of activation and of choice and selection is increased". Dengan kata lain, sikap dapat mengatur apakah seseorang dapat menerima atau menolak terhadap rangsangan suatu objek, misalnya perasaan suka dan tidak suka, menyenangkan atau tidak menyenangkan. Kesimpulannya, sikap terhadap suatu objek dapat mempengaruhi pilihan seseorang terhadap objek tersebut, dan oleh karena itu dapat menentukan arah yang akan diambil oleh individu yang bersangkutan.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan mahasiswa FKIP adalah sikap mahasiswa terhadap mengajar. Kemampuan mahasiswa untuk meningkatkan siswa belajar dapat dipengaruhi oleh sikapnya terhadap belajar. Kasus konflik antara guru dengan mahasiswa tentang ketidak disiplinan mahasiswa, kasus ketergantungan mahasiswa terhadap sesuatu dalam belajar, misalnya, menunjukkan bahwa hubungan antara guru dengan mahasiswa merupakan suatu hubungan yang sangat penting dalam keberhasilan belajar mahasiswa.
Konsep Diri
Variabel kedua yang memiliki hubungan erat dengan motivasi adalah konsep diri. Menurut Traver (1973) bahwa konsep diri memiliki energi yang berpengaruh terhadap prilaku guru, menghasilkan kegiatan pembelajaran yang penuh semangat, dan adanya rasa percaya bahwa pembelajaran tersebut bermanfaat. Sejalan dengan Traver, Purkey (1975) menyatakan bahwa alasan konsep diri dikaitkan dengan motivasi adalah bahwa motif di belakang seluruh prilaku seorang guru dapat memelihara serta meningkatkan pemahaman dirinya sebagai manusia, dan sebagai seorang guru; yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap penampilannya di dalam kelas.
Dari pemahaman akan dirinya diharapkan ia bisa membimbing serta mengatur prilakunya. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang menilai dirinya efesien, cekatan, dan tangkas, akan berprilaku sangat berbeda dengan mahasiswa yang merasa malas, kurang bertanggung jawab, dan merasa bodoh. Oleh karena itu, perbedaan prilaku mahasiswa akan tergantung pada apakah melihat dirinya sebagai mahasiswa periang, sabar, dan penuh semangat atau mahasiswa yang emosional, egois, dan tak acuh. Dengan demikian, konsep diri mahasiswa akan sangat berperanan penting dalam mempengaruhi prilakunya di dalam kelas dan menentukan hasil belajar di kelas tersebut (Snygg & Cmbs, 1965).
METODE PENELITIAN
Sampel
Dengan menggunakan teknik penyampelan acak sederhana, seluruh populasi yang berjumlah 230 orang mahasiswa, dipilih 120 mahasiswa FKIP Unila semester tiga dan empat dari semua jurusan sebagai sampel. Dengan rincian: mahasiswa jurusan pendidikan MIPA sebanyak 40 orang, mahasiswa jurusan pendidikan IPS sebanyak 40 orang, dan mahasiswa jurusan pendidikan bahasa dan seni sebanyak 40 orang.
Alat Pengmpul Data
Tiga alat pengumpul data yang digunaan dalam penelitian ini, yaitu: (1) kuisioner yang
berkaitan dengan motivasi kerja, digunakan untuk mengukur lima skala motivasi: kebutuhan dasar, rasa aman, rasa memiliki, status-ego, dan aktualisasi diri mahasiswa, (2) kuisioner yang berkaitan dengan sikap terhadap mengajar, digunakan untuk mengukur sikap colon guru terhadap tanggung jawab siswa, kerjasama siswa, dan kemandirian siwa dalam belajar, dan (3) kuisioner yang berkaitan dengan konsep diri digunakan untuk mengukur: sikap social mahasiswa, prilaku sosial, kebiasaan, orientasi sosial, dan stabilitas emosional mahasiswa.
Seluruh instrumen telah diuji-cobakan kepada mahasiswa FKIP selain sampel penelitian, dengan hasil uji coba menurut Coefficient Alpha (a) dari Cronbach secara berurutan adalah sebagai berikut: 0,62; 0,70; dan 0,74.
Analisis Data
Regresi berganda (Muitipie Regression) digunakan dalam menganalisis data penelitian ini, dengan menggunakan tingkat signifikansi Q 0,05.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini menjawab hipotesis penelitian yang diajukan, yaitu: Motivasi, konsep diri dan sikap terhadap mengajar secara statistic sigfnifikan dikaitkan dengan motivasi kerja mahasiswa. Hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan lima skala motivasi dalam kuisioner sebagai variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap mahasiswa terhadap mengajar dan konsep diri mahasiswa. Variabel terikat sebagai predictor variabel bebas.
Kebutuhan Dasar
Jumlah R menunjukkan (Tabel 1) bahwa 20% dari ragam dalam sejumlah kebutuhan dasar dijelaskan oleh variabel sikap terhadap mengajar dan konsep diri. R berganda menunjukkan arah hubungan positif pada 0,4495. Dengan seluruh variabel terikat masuk dalam ekuasi regresi koefesien R berganda memiliki nilai F. 2,04, dengan tingkat signifikansi 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa adanya dukungan terhadap hipotesis (Hipotesis diterima). Variansi dalam kebutuhan dasar secara signifikan dipengruhi oleh sikap terhadap mengajar dan konsep diri.
Rasa Aman
Hasil analisis regresi skor kebutuhan rasa aman dihubungkan dengan skor sikap terhadap mengajar dan konsep diri mahasiswa menunjukkan (Tabel 1) bahwa 23% dari variansi dalam kebutuhan rasa aman dijelaskan oleh sikap terhadap mengajar dan konsep diri. Positif R berganda 0,4696 menggambarkan nilai F 2,28 sampai pada tingkat signifikan mendukung atau menerima hipotesis. Dengan demikian, kebutuhan rasa aman secara signifikan dipengaruhi oleh sikap terhadap mengajar dan konsep diri
mahasiswa.
Rasa Memiliki
Hasil analisis regresi berganda terhadap kebutuhan rasa memiliki sebagai kriteria variable (Tabel 1) menunjukkan 10, 25% dari variansi dalam kebutuhan rasa memiliki dipengaruhi oleh sikap terhadap mengajar dan konsep diri. Positif R berganda 0.3202 menghasilkan nilai F 1,00 yang menunjukkan tidak signifikan pada tingkat p 0,05. Jadi rasa memiliki secara signifikan tidak dipengaruhi oleh sikap mahasiswa terhadap mengajar dan konsep diri mahasiswa. Dengan demikian, hipotesis penelitan ditolak.
Stastus Ego
Tabel 1 menunjukkan hanya 6,1% jumlah variansi dalam kebutuhan status ego dijelaskan oleh pelaksanaan bersama antar sikap mahasiswa terhadap mengajar dan konsep diri mahasiswa. Nilai
signifikan P 0,05. Jadi kebutuhan status ego tidak dipengaruhi secara signifikan oleh sikap mahsasiswa terhadap mengajar dan konsep diri mahasiswa. Oleh karena itu hipotesis penelitian ditolak.
Aktualisasi Diri
Hasil analisis regresi sikap mahasiswa terhadap mengajar dan konsep diri menunjukkan bahwa variabel ini menjelaskan 20,3% dari ragam aktualisasi diri (Tabel 1). Dengan positif R. berganda 0,4505, nilai F adalah 2,06 dan tingkat signifikan p. 0,05. Jadi, temuan hasil penelitian mendukung atau menerima hipotesis.
Dengan demikian, hasil analisis regresi berganda terhadap variabel bebas (5 kebutuhan Maslow) menunjukkan bahwa variabel terikat (sikap terhadap mengajar dan konsep diri) memberikan kontribusi secara signifikan (secara berturut-turut 20, 22 dan 20%) terhadap variansi dalam motivasi dengan tingkat signifikan pada p 0,05. Jadi hipotesis yang menyatakan bahwa motivasi berhubungan dengan sikap terhadap mengajar dan konsep diri telah didukung atau diterima.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka kesimpulan hasil penelitian ini adalah bahwa konsep diri dan sikap terhadap mengajar berhubungan positif dengan skala motivasi mahasiswa yang meliputi kebutuhan dasar, rasa aman, dan kebutuhan aktualisasi diri. Hasil penelitian ini menambah validitas terhadap kerangka teori yang menyatakan bahwa konsep diri dan sikap terhadap mengajar berhubungan erat dengan motivasi.
Temuan ini penting bagi dunia pendidikan dengan beberapa alasan.
(1) temuan ini menkonfirmasikan kepercayaan bahwa bentuk prilaku mahasiswa FKIP dapat dipahami sebagai sejumlah variabel afektif. Oleh karena itu, ada alasan untuk menyarankan agar sejumlah variabel afektif lainnya perlu diteliti dan mendapat perhatian,
(2) Bagi program pendidikan guru, hal ini beralasan untuk mengumpulkan data baik dari sikap terhadap pendidikan maupun konsep diri sehingga pemahaman secara mendalam tentang motivasi dapat diperoleh mahasiswa. Dua masalah luas tersebut mengacu kepada kesimpulan yang spesifik bahwa sikap terhadap mengajar dan konsep diri berkaitan dengan prilaku mahasiswa yang mungkin perlu memperhatikan kondisi sekolah yang lebih menyenangkan, meminimalkan ketidak nyamanan lingkungan sekolah, jam mengajar yang proporsional sehingga dimungkinkan adanya waktu untuk santai (kebutuhan dasar), (b) ketaatan pada peraturan sekolah, rencana belajar, dan pemenuhan terhadap otoritas (kebutuhan rasa
aman), dan (c) aturan di kelas yang memungkinkan bagi pertumbuhan personal, perolehan hasil belajar, dan kepuasan, (kebutuhan aktualisasi diri). Hal-hal tersebut dimaksudkan bahwa sikap dan konsep diri mahasiswa calon guru berkaitan erat dengan motivasi yang mengendalikan prilaku mahasiswa terhadap tantangan dan tugas mahasiswa yang bersifat pribadi.
Sumber http: pakguruonline.pendidikan.net
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar