Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola ke gawang lawan, dengan memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima pemain utama, setiap regu juga diizinkan memiliki pemain cadangan. Tidak seperti permainan sepak bola dalam ruangan lainnya, lapangan futsal dibatasi garis, bukan net atau papan.
Futsal turut juga dikenali dengan berbagai nama lain. Istilah "futsal" adalah istilah internasionalnya, berasal dari kata Spanyol atau Portugis, futbol dan sala.
•
Sejarah
Futsal diciptakan di Montevideo, Uruguay pada tahun 1930, oleh Juan Carlos Ceriani. Keunikan futsal mendapat perhatian di seluruh Amerika Selatan, terutamanya di Brasil. Ketrampilan yang dikembangkan dalam permainan ini dapat dilihat dalam gaya terkenal dunia yang diperlihatkan pemain-pemain Brasil di luar ruangan, pada lapangan berukuran biasa. Pele, bintang terkenal Brasil, contohnya, mengembangkan bakatnya di futsal. Sementara Brasil terus menjadi pusat futsal dunia, permainan ini sekarang dimainkan di bawah perlindungan Fédération Internationale de Football Association di seluruh dunia, dari Eropa hingga Amerika Tengah dan Amerika Utara serta Afrika, Asia, dan Oseania.
Pertandingan internasional pertama diadakan pada tahun 1965, Paraguay menjuarai Piala Amerika Selatan pertama. Enam perebutan Piala Amerika Selatan berikutnya diselenggarakan hingga tahun 1979, dan semua gelaran juara disapu habis Brasil. Brasil meneruskan dominasinya dengan meraih Piala Pan Amerika pertama tahun 1980 dan memenangkannya lagi pada perebutan berikutnya tahun pada 1984.
Kejuaraan Dunia Futsal pertama diadakan atas bantuan FIFUSA (sebelum anggota-anggotanya bergabung dengan FIFA pada tahun 1989) di Sao Paulo, Brasil, tahun 1982, berakhir dengan Brasil di posisi pertama. Brasil mengulangi kemenangannya di Kejuaraan Dunia kedua tahun 1985 di Spanyol, tetapi menderita kekalahan dari Paraguay dalam Kejuaraan Dunia ketiga tahun 1988 di Australia.
Pertandingan futsal internasional pertama diadakan di AS pada Desember 1985, di Universitas Negeri Sonoma di Rohnert Park, California.
Peraturan
Lapangan permainan
1. Ukuran: panjang 25-42 m x lebar 15-25 m
2. Garis batas: garis selebar 8 cm, yakni garis sentuh di sisi, garis gawang di ujung-ujung, dan garis melintang tengah lapangan; 3 m lingkaran tengah; tak ada tembok penghalang atau papan
3. Daerah penalti: busur berukuran 6 m dari setiap pos
4. Garis penalti: 6 m dari titik tengah garis gawang
5. Garis penalti kedua: 12 m dari titik tengah garis gawang
6. Zona pergantian: daerah 6 m (3 m pada setiap sisi garis tengah lapangan) pada sisi tribun dari pelemparan
7. Gawang: tinggi 2 m x lebar 3 m
8. Permukaan daerah pelemparan: halus, rata, dan tak abrasif
Bola
1. Ukuran: 4 cm
2. Keliling: 62-64 cm
3. Berat: 390-430 gram
4. Lambungan: 55-65 cm pada pantulan pertama
5. Bahan: kulit atau bahan yang cocok lainnya (yaitu, tak berbahaya)
Jumlah pemain (per tim)
1. Jumlah pemain maksimal untuk memulai pertandingan: 5, salah satunya penjaga gawang
2. Jumlah pemain minimal untuk mengakhiri pertandingan: 2
3. Jumlah pemain cadangan maksimal: 7
4. Jumlah wasit: 1
5. Jumlah hakim garis: 2
6. Batas jumlah pergantian pemain: tak terbatas
7. Metode pergantian: "pergantian melayang" (semua pemain kecuali penjaga gawang boleh memasuki dan meninggalkan lapangan kapan saja; pergantian penjaga gawang hanya dapat dilakukan jika bola tak sedang dimainkan dan dengan persetujuan wasit)
Perlengkapan pemain
1. Kaos bernomor
2. Celana pendek
3. Kaos kaki
4. Pelindung lutut
5. Alas kaki bersolkan karet
Lama permainan
1. Lama normal: 2x20 menit
2. Lama istiharat: 10 menit
3. Lama perpanjangan waktu: 2x10 menit
4. Ada adu penalti jika jumlah gol kedua tim seri saat perpanjangan waktu selesai
5. Time-out: 1 per tim per babak; tak ada dalam waktu tambahan
6. Waktu pergantian babak: maksimal 10 menit
Kejuaraan futsal terkemuka
Piala Dunia Futsal FIFA
1989 (di Rotterdam, Belanda): dimenangkan Brasil
1992 (di Hong Kong): dimenangkan Brasil
1996 (di Barcelona, Spanyol): dimenangkan Brasil
2000 (di Guatemala): dimenangkan Spanyol
2004 (di Taiwan): dimenangkan Spanyol.
2008 (di Brasil): dimenangkan Brasil.
Kamis, 10 Juni 2010
ALL ABOUT VIRUS
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Teknologi berkembang dengan pesat sesuai dengan kebutuhan zaman. Komputer
merupakan hasil dari teknologi yang mengalami perkembangan begitu pesat karena
hamper setiap orang menggunakan komputer sebagai alat Bantu dalam menyelesaikan
segala urusan dalam kehidupannya. Seiring dengan berkembangnya komputer, virus
yang merupakan suatu faktor pengganggu terbesar dalam dunia IT juga mengalami
perkembangan yang cukup tinggi untuk mengimbangi perkembangan komputer di
Dunia. Tetapi banyak orang yang tidak memahami virus komputer dengan benar,
mereka hanya ketakutan ketika mendengar ada sebuah virus yang menginfeksi
komputernya.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengertian
tentang bermacam-macam virus komputer kepada para pengguna komputer dan
memberikan sebuah solusi untuk perlindungan komputer terhadap virus beserta cara
penanggulangannya.
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Masalah yang akan dibahas pada makalah ini meliputi pengenalan virus
komputer, cara kerja dan penanggulangannya pada komputer dengan system operasi
DOS dan Windows 98/ME/NT/2000/XP
1.4 Teori
Komputer adalah suatu alat yang seluruh kemampuannnya dikendalikan oleh
software, banyak sekali jenis-jenis program yang tersedia, bahkan virus adalah salah
satu jenis software. Sayang sekali jenis software yang satu ini hampir seluruhnya
berdampak dan ditujukan untuk hal-hal yang bersifat merugikan orang yang
komputernya tertular virus komputer. Virus komputer memiliki berbagai kemampuan
dasar diantaranya adalah kemampuan memanipulasi, kemampuan untuk memperbanyak
diri, dan sebagainya.
Virus bekerja dengan memanfaatkan fungsi-fungsi operating system yang
tersembunyi dan juga memanfaatkan celah-celah yang ada dari program tertentu, selain
itu membuat virus memerlukan pengetahuan tentang sistem komputer bekerja dan
kemampuan pemrograman. Beberapa sumber pustaka mengelompokkan virus
berdasarkan kriteria tertentu, biasanya untuk setiap jenis tersebut memiliki ciri khas tersendiri yang umum ditemui. Hal inilah yang perlu diperhatikan agar kita dapat
melakukan pencegahan terhadap serangan virus-virus komputer.
2. VIRUS KOMPUTER
2.1 Sejarah Virus Komputer
Virus komputer pertama kalinya tercipta bersamaan dengan komputer. Pada
tahun 1949, salah seorang pencipta komputer, John von Newman, yang menciptakan
Electronic Discrete Variable Automatic Computer (EDVAC), memaparkan suatu
makalahnya yang berjudul “Theory and Organization of Complicated Automata”.
Dalam makalahnya dibahas kemungkinan program yang dapat menyebar dengan
sendirinya.
Perkembangan virus komputer selanjutnya terjadi di AT&T Bell Laboratory salah satu
laboratorium komputer terbesar di dunia yang telah menghasilkan banyak hal, seperti
bahasa C dan C++. Di laboratorium ini, sekitar tahun 1960-an, setiap waktu istirahat
para peneliti membuat permainan dengan suatu program yang dapat memusnahkan,
memperbaiki diri dan balik menyerang kedudukan lawan. Selain itu, program
permainan dapat memperbanyak dirinya secara otomatis. Perang program ini disebut
Core War, pemenangnya adalah pemilik program sisa yang terbanyak dalam selang
waktu tertentu. Karena sadar akan bahaya program tersebut, terutama bila bocor keluar
laboratorium tersebut, maka setiap selesai permainan, program tersebut selalu
dimusnahkan.
Sekitar tahun 1970-an , perusahaan Xerox memperkenalkan suatu program yang
digunakan untuk membantu kelancaran kerja. Struktur programnya menyerupai virus,
namun tujuan program ini adalah untuk memanfaatkan waktu semaksimal mungkin dan
pada waktu yang bersamaan dua tugas dapat dilakukan.
Pada tahun 1983 Fred Cohen seorang peneliti dari Ohio, memperlihatkan
program buatannya yang mampu menyebar secara cepat pada sejumlah komputer. Ia
juga memperkenalkan virus pertama yang diprogram dalam lingkungan Unix yang
dapat memberikan hak istimewa kepada setiap pengguna. Tahun berikutnya Cohen
menyerahkan desertasinya ‘Computer Viruses – Theory and Experiments’ yang
menyebabkan virus berkembang dengan cepat.
Pada tahun 1986 di Freie, Universitas Berlin mendeteksi adanya aktifitas virus
pada sebuah komputer besar.
Sementara virus berkembang, Indonesia juga mulai terkena wabah virus. Virus
komputer ini pertama menyebar di Indonesia juga pada tahun 1988.
Virus yang begitu menggemparkan seluruh pemakai komputer di Indonesia, saat itu, adalah virus ©Brain
yang dikenal dengan nama virus Pakistan.
Tahun 1987, virus komputer generasi kedua yaitu Cascade yang merupakan virus
residen pertama muncul terenkripsi dalam file.
Pada tahun 1989 virus polimorf pertama ditemukan, vurus tersebut dikenal
dengan V2Px atau Washburn. Virus semacam ini dapat terus mengubah diri menjadi
sebuah varian baru. Pada tahun berikutnya, virus DIR II menggunakan cara baru untuk
menginfeksi program dengan menyerang entri-entri FAT.
Tahun 1991 diadakan sebuah lomba dan acara pembuatan program virus
akibatnya jumlah virus baru yang ditemukan semakin banyak. Dan sampai saat ini pun
virus-virus baru terus bermunculan dengan segala jenis variasinya.
2.2 Cara Kerja Virus Komputer
Virus secara umum memiliki cara kerja yang relatif sama yaitu:
1. Kemampuan untuk mendapatkan sebuah informasi
2. Kemampuan untuk memeriksa suatu file
3. Kemampuan untuk menggandakan dan menularkan diri
4. Kemampuan dalam melakukan manipulasi
5. Kemampuan untuk menyembunyikan diri.
Virus dalam mendapatkan sebuah informasi dari daftar file yang ada dalam suatu
directory. Lalu virus tersebut mencari file-file yang bisa ditulari, saat pemakai
membuka program atau file yang sudah terinfeksi oleh virus tersebut maka data yang
dibutuhkan oleh virus tercipta. Virus biasanya melakukan pengumpulan data dan
menyimpannya di RAM, sehingga apabila komputer dimatikan data tersebut akan
hilang. Dan data tersebut akan tercipta kembali saat komputer dihidupkan, biasanya
data-data tersebut disimpan sebagai hidden file oleh virus.
Virus sebelum melakukan penularan ia akan memeriksa file yang akan
ditumpanginya. Hal ini tidak jauh berbeda dengan perilaku virus pada tubuh manusia.
Secara umum virus akan memberikan suatu tanda pada file atau program yang telah
terinfeksi sehingga mudah dikenali oleh virus tersebut. Seperti memberikan suatu byte
atau tanggal pembuatan yang unik bagi setiap file yang telah terinfeksi.
Proses penggandaan diri yang dilakukan oleh virus setelah memberikan suatu
tanda pada file dilanjutkan dengan menuliskan kode objek virus pada file yang sudah
diperiksa. Proses penggandaan secara umum dilakukan dengan cara menghapus atau
mengubah file inang lalu terciptalah suatu file yang berisi program virus dengan
menggunakan nama asli atau dengan cara menumpang pada file yang sudah terinfeksi.
Memanipulasi suatu file yang sudah terinfeksi dapat membahayakan komputer
yang akhirnya dapat merusak suatu komputer. Seperti contoh virus CIH pada tahun
1998 yang menyebabkan kerusakan yang hanya dapat diatasi dengan mengganti /
memperbaiki komponen hardware. Kegiatan memanipulasi ini pada umumnya memiliki
tujuan untuk mempopulerkan nama sipembuat virus.
Kemampuan lain yang dimiliki oleh sebuah virus adalah kemampuan untuk
menyembunyikan diri. Dengan cara ini virus disimpan dalam bentuk kode mesin dan
digabung dengan program lain, meletakkan program pada Boot Record atau track pada
sebuah disk. Program dibuat sependek mungkin agar file yang sudah terinfeksi tidak
berubah ukurannya secara signifikan.
Seperti pada umumnya virus dalam dunia kedokteran, virus komputer juga
memiliki siklus hidup yang secara umum dibagi menjadi 4 tahap, yaitu
1. fase istirahat umumnya virus menentukan tanggal atau waktu untuk
mengaktifkan virus pada komputer
2. fase penyebaran, pada umumnya virus melakukan replikasi diri dengan
menggandakan dirinya dalam suatu program ke sebuah tempat di media
penyimpanan (hardisk, RAM, Disket, dsb.)
3. fase aktif, pada fase ini virus akan mengaktifkan diri
4. fase eksekusi, pada fase ini virus yang telah aktif mulai melakukan kegiatannya.
2.3 Jenis Virus Komputer
2.3.1 Virus Makro
Virus yang dibuat dengan bahasa pemrograman yang terdapat pada suatu aplikasi.
Virus tersebut akan berjalan pada aplikasi pembentuknya dengan baik. Sebagai contoh
virus makro yang dibuat pada aplikasi Word, maka virus tersebut akan berjalan pada
aplikasi microsoft word.
Pada umumnya virus akan memodifikasi file NORMAL.DOT
yang merupakan standar awal pengetikan apabila menggunakan Microsoft Word. Tetapi
ada juga yang tidak memodifikasi file DOT tetapi ia membuat file DOT yang baru.
Contoh virus makro:
•virus Melissa yang media penyebarannya melalui internet
•varian W97M menginfeksi NORMAL.DOT dan menginfeksi dokumen apabila
dibuka
2.3.2 Virus Boot Sector
Virus ini bekerja dengan cara menggandakan dirinya, memindahkan atau
mengganti boot sektor asli dengan program booting virus. Dengan cara ini virus akan
tersimpan ke dalam memori sehingga virus akan mengendalikan hardware dan akan
menyebar ke drive yang terhubung pada komputer.
Contoh virus:
•varian virus wyx, wyx.C(B) menginfeksi boot record dan floopy dengan panjang
520 bytes memiliki karakteristik memory resident dan terenkripsi
•varian V-sign, virus ini menginfeksi master boot record dengan panjang 520
bytes
2.3.3 Stealth Virus
Virus yang menguasai tabel interrupt pada DOS yang sering dikenal dengan
“Interrupt interceptor”. Virus ini mengendalikan instruksi level DOS.
Contoh virus:
•vmem(s), virus ini menginfeksi file *.EXE, *.SYS, dan *.COM, memiliki
panjang 3275 bytes dengan karakteristik menetap di memori dengan ukuran
tersembunyi dan di enkripsi
•yankee.XPEH.4928, menginfeksi file *.COM dan *.EXE dengan panjang 4298
bytes memiliki karakteristik menetap di memori, ukurannya tersembunyi dan
memiliki pemicu.
2.3.4 Polymorphic Virus
Virus yang hampir mirip dengan virus influenza atau HIV ini mempunyai
kemampuan untuk mengecoh antivirus dengan merubah strukturnya setiap kali
menginfeksi suatu file.
Contoh virus:
Necropolis A/B, virus ini menginfeksi file *.EXE, *.COM, dengan ukuran 1963
bytes memiliki karakteristik menetap di memori, ukuran dan virus tersembunyi,
terenkripsi dan dapat berubah strukturnya
2.3.5 Virus File
Virus ini bekerja dengan cara menginfeksi secara langsung pada sistem operasi,
baik itu file *.EXE atau *.COM. hasilnya ditandai dengan berubahnya ukuran file yang
diserangnya.
2.3.6 Multi Partition Virus
Virus ini merupakan gabungan dari virus boot sector dengan virus file. Dalam
melakukan pekerjaannya virus ini menginfeksi file *.EXE atau *.COM dan juga
menginfeksi boot sector.
3. MENGATASI VIRUS KOMPUTER
3.1 Menggunakan Antivirus
Penggunaan antivirus sangat membantu dalam mengatasi virus komputer.
Pemakaiannya pun sangat mudah, sehingga seorang amatir pun dapat dengan mudah
menggunakannya.. Antivirus yang tersedia saat inipun beragam jenis dan modelnya
mulai dari software gratis sampai yang komersil.
Gunakanlah antivirus yang dapat
melakukan proses scanning di semua media penyimpanan juga jaringan apabila
komputer yang digunakan terhubung dengan jaringan.
Secara umum langkah-langkah yang harus dilakukan apabila kita mengandalkan
sebuah antivirus yaitu:
1. selalu memperbaharui antivirus anda minimal setiap akhir bulan
2. menyalakan auto-protect pada komputer agar antivirus selalu melindungi
komputer anda
3. jika komputer terhubung dengan jaringan maka pakailah antivirus anda dengan
firewall, anti spam
4. lakukan scanning komputer setiap anda melakukan pembaharuan virus definition.
3.2 Mengubah Atribut File
Sebenarnya cara ini kurang menjamin sebab sudah ada virus yang bisa
mengubah attribut file. Tetapi cara ini lebih baik dilakukan dari pada tidak sama sekali.
Parameter untuk merubah attribut file :
ATTRIB [+R | -R] [+A | -A] [+S | -S] [+H | -H]
[[drive:][path]filename] [/S]
Keterangan :
+ : menambahkan attribut
- : menghilangkan attribut
R : attribut hanya baca (Read only)
A : attribut file archive
S : attribut file aystem
H : attribut file tersembunyi
Path : nama cabang (sub-directory)
Filename: nama file yang akan diproses
9
/S : melakukan proses diseluruh directory dan sub-directory
3.3 Mengatasi Secara Manual
Untuk mengatasi virus secara manual, bukan berarti kita tidak menggunakan
antivirus dalam mengatasinya. Secara manual kita melakukan sebuah upaya proteksi
dengan melakukan berbagai pencegahan. Berikut ini langkah-langkah secara manual
dalam mengatasi virus, yaitu:
•Dalam mengatasi virus makro, contohnya pada microsoft word. Ubah semua
document template terutama file NORMAL.DOT menjadi read-only. Dapat juga
kita lakukan dengan menghapus file NORMAL.DOT. selanjutnya kita dapat
merubah dokumen tersebut dengan membuka Wordpad dan menyimpannya
dalam RTF (Rich Text Format).
•Hindari penggunaan disket-disket yang tidak bisa dipercaya sumbernya.
Usahakan untuk tidak menggunakan disket-disket yang sudah lama sebab
mungkin saja mengandung virus, dan juga jangan sembarangan menggunakan
disket dari orang lain yang tidak terjamin kebersihan disket dari virus.
•Melakukan Write Protect. Dengan selalu mengunci Write Protect disket maka,
kita dapat lebih meminimalkan kemungkinan penularan virus sebab virus tidak
bisa menulis pada disket yang telah di-Write Protect.
•Membuat sub-directory untuk program-program baru. Hal ini bisa melokalisir
beberapa virus apabila program kita terjangkit virus.
•Periksa secara rutin registry Windows di bagian \HKEY_CURRENT_USER\
Software\ Microsoft\ Windows\ Current Version\ Run, apakah menemukan
sesuatu yang mencurigakan jika menemukan itu hapus bagian yang
mencurigakan itu.
•Set atribut file WINSOCK.DLL menjadi read-only, untuk memperkecil
kemungkinan virus untuk memanipulasinya.
•Catat tanggal, ukuran, dari file yang mencurigakan sebab akan berguna suatu
saat apabila benar file tersebut mengandung virus.
10
4. SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Virus komputer adalah bagian dari software komputer, hanya saja berbeda
fungsinya yaitu mengganggu bahkan merusak sistim komputer.
2. Tidak semua virus komputer memiliki dampak yang fatal, cukup banyak virus
yang hanya bersifat jinak, tetapi walau bagaimanapun juga harus dihilangkan.
3. Ketakutan yang berlebihan dengan virus komputer disebabkan oleh kebutaan
akan virus komputer itu sendiri, ketakutan itu dapat dihilangkan dengan
mengenal virus komputer.
4. Dengan semakin mengenal sistem kerja suatu komputer, terutama sistem operasi
serta mengetahui virus, maka dengan sendirinya pengetahuan kita untuk
mempertahankan komputer dari serangan virus semakin baik sekaligus
mendapatkan konsep untuk menangani virus komputer.
5. Mencegah komputer tertular virus jauh lebih baik dari pada terkena virus baru
kemudian kita memperbaikinya, sebab lebih menyulitkan dan juga tidak terjamin
apakah akan berhasil sepenuhnya.
http://www.azmifauzan.web.id
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Teknologi berkembang dengan pesat sesuai dengan kebutuhan zaman. Komputer
merupakan hasil dari teknologi yang mengalami perkembangan begitu pesat karena
hamper setiap orang menggunakan komputer sebagai alat Bantu dalam menyelesaikan
segala urusan dalam kehidupannya. Seiring dengan berkembangnya komputer, virus
yang merupakan suatu faktor pengganggu terbesar dalam dunia IT juga mengalami
perkembangan yang cukup tinggi untuk mengimbangi perkembangan komputer di
Dunia. Tetapi banyak orang yang tidak memahami virus komputer dengan benar,
mereka hanya ketakutan ketika mendengar ada sebuah virus yang menginfeksi
komputernya.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengertian
tentang bermacam-macam virus komputer kepada para pengguna komputer dan
memberikan sebuah solusi untuk perlindungan komputer terhadap virus beserta cara
penanggulangannya.
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Masalah yang akan dibahas pada makalah ini meliputi pengenalan virus
komputer, cara kerja dan penanggulangannya pada komputer dengan system operasi
DOS dan Windows 98/ME/NT/2000/XP
1.4 Teori
Komputer adalah suatu alat yang seluruh kemampuannnya dikendalikan oleh
software, banyak sekali jenis-jenis program yang tersedia, bahkan virus adalah salah
satu jenis software. Sayang sekali jenis software yang satu ini hampir seluruhnya
berdampak dan ditujukan untuk hal-hal yang bersifat merugikan orang yang
komputernya tertular virus komputer. Virus komputer memiliki berbagai kemampuan
dasar diantaranya adalah kemampuan memanipulasi, kemampuan untuk memperbanyak
diri, dan sebagainya.
Virus bekerja dengan memanfaatkan fungsi-fungsi operating system yang
tersembunyi dan juga memanfaatkan celah-celah yang ada dari program tertentu, selain
itu membuat virus memerlukan pengetahuan tentang sistem komputer bekerja dan
kemampuan pemrograman. Beberapa sumber pustaka mengelompokkan virus
berdasarkan kriteria tertentu, biasanya untuk setiap jenis tersebut memiliki ciri khas tersendiri yang umum ditemui. Hal inilah yang perlu diperhatikan agar kita dapat
melakukan pencegahan terhadap serangan virus-virus komputer.
2. VIRUS KOMPUTER
2.1 Sejarah Virus Komputer
Virus komputer pertama kalinya tercipta bersamaan dengan komputer. Pada
tahun 1949, salah seorang pencipta komputer, John von Newman, yang menciptakan
Electronic Discrete Variable Automatic Computer (EDVAC), memaparkan suatu
makalahnya yang berjudul “Theory and Organization of Complicated Automata”.
Dalam makalahnya dibahas kemungkinan program yang dapat menyebar dengan
sendirinya.
Perkembangan virus komputer selanjutnya terjadi di AT&T Bell Laboratory salah satu
laboratorium komputer terbesar di dunia yang telah menghasilkan banyak hal, seperti
bahasa C dan C++. Di laboratorium ini, sekitar tahun 1960-an, setiap waktu istirahat
para peneliti membuat permainan dengan suatu program yang dapat memusnahkan,
memperbaiki diri dan balik menyerang kedudukan lawan. Selain itu, program
permainan dapat memperbanyak dirinya secara otomatis. Perang program ini disebut
Core War, pemenangnya adalah pemilik program sisa yang terbanyak dalam selang
waktu tertentu. Karena sadar akan bahaya program tersebut, terutama bila bocor keluar
laboratorium tersebut, maka setiap selesai permainan, program tersebut selalu
dimusnahkan.
Sekitar tahun 1970-an , perusahaan Xerox memperkenalkan suatu program yang
digunakan untuk membantu kelancaran kerja. Struktur programnya menyerupai virus,
namun tujuan program ini adalah untuk memanfaatkan waktu semaksimal mungkin dan
pada waktu yang bersamaan dua tugas dapat dilakukan.
Pada tahun 1983 Fred Cohen seorang peneliti dari Ohio, memperlihatkan
program buatannya yang mampu menyebar secara cepat pada sejumlah komputer. Ia
juga memperkenalkan virus pertama yang diprogram dalam lingkungan Unix yang
dapat memberikan hak istimewa kepada setiap pengguna. Tahun berikutnya Cohen
menyerahkan desertasinya ‘Computer Viruses – Theory and Experiments’ yang
menyebabkan virus berkembang dengan cepat.
Pada tahun 1986 di Freie, Universitas Berlin mendeteksi adanya aktifitas virus
pada sebuah komputer besar.
Sementara virus berkembang, Indonesia juga mulai terkena wabah virus. Virus
komputer ini pertama menyebar di Indonesia juga pada tahun 1988.
Virus yang begitu menggemparkan seluruh pemakai komputer di Indonesia, saat itu, adalah virus ©Brain
yang dikenal dengan nama virus Pakistan.
Tahun 1987, virus komputer generasi kedua yaitu Cascade yang merupakan virus
residen pertama muncul terenkripsi dalam file.
Pada tahun 1989 virus polimorf pertama ditemukan, vurus tersebut dikenal
dengan V2Px atau Washburn. Virus semacam ini dapat terus mengubah diri menjadi
sebuah varian baru. Pada tahun berikutnya, virus DIR II menggunakan cara baru untuk
menginfeksi program dengan menyerang entri-entri FAT.
Tahun 1991 diadakan sebuah lomba dan acara pembuatan program virus
akibatnya jumlah virus baru yang ditemukan semakin banyak. Dan sampai saat ini pun
virus-virus baru terus bermunculan dengan segala jenis variasinya.
2.2 Cara Kerja Virus Komputer
Virus secara umum memiliki cara kerja yang relatif sama yaitu:
1. Kemampuan untuk mendapatkan sebuah informasi
2. Kemampuan untuk memeriksa suatu file
3. Kemampuan untuk menggandakan dan menularkan diri
4. Kemampuan dalam melakukan manipulasi
5. Kemampuan untuk menyembunyikan diri.
Virus dalam mendapatkan sebuah informasi dari daftar file yang ada dalam suatu
directory. Lalu virus tersebut mencari file-file yang bisa ditulari, saat pemakai
membuka program atau file yang sudah terinfeksi oleh virus tersebut maka data yang
dibutuhkan oleh virus tercipta. Virus biasanya melakukan pengumpulan data dan
menyimpannya di RAM, sehingga apabila komputer dimatikan data tersebut akan
hilang. Dan data tersebut akan tercipta kembali saat komputer dihidupkan, biasanya
data-data tersebut disimpan sebagai hidden file oleh virus.
Virus sebelum melakukan penularan ia akan memeriksa file yang akan
ditumpanginya. Hal ini tidak jauh berbeda dengan perilaku virus pada tubuh manusia.
Secara umum virus akan memberikan suatu tanda pada file atau program yang telah
terinfeksi sehingga mudah dikenali oleh virus tersebut. Seperti memberikan suatu byte
atau tanggal pembuatan yang unik bagi setiap file yang telah terinfeksi.
Proses penggandaan diri yang dilakukan oleh virus setelah memberikan suatu
tanda pada file dilanjutkan dengan menuliskan kode objek virus pada file yang sudah
diperiksa. Proses penggandaan secara umum dilakukan dengan cara menghapus atau
mengubah file inang lalu terciptalah suatu file yang berisi program virus dengan
menggunakan nama asli atau dengan cara menumpang pada file yang sudah terinfeksi.
Memanipulasi suatu file yang sudah terinfeksi dapat membahayakan komputer
yang akhirnya dapat merusak suatu komputer. Seperti contoh virus CIH pada tahun
1998 yang menyebabkan kerusakan yang hanya dapat diatasi dengan mengganti /
memperbaiki komponen hardware. Kegiatan memanipulasi ini pada umumnya memiliki
tujuan untuk mempopulerkan nama sipembuat virus.
Kemampuan lain yang dimiliki oleh sebuah virus adalah kemampuan untuk
menyembunyikan diri. Dengan cara ini virus disimpan dalam bentuk kode mesin dan
digabung dengan program lain, meletakkan program pada Boot Record atau track pada
sebuah disk. Program dibuat sependek mungkin agar file yang sudah terinfeksi tidak
berubah ukurannya secara signifikan.
Seperti pada umumnya virus dalam dunia kedokteran, virus komputer juga
memiliki siklus hidup yang secara umum dibagi menjadi 4 tahap, yaitu
1. fase istirahat umumnya virus menentukan tanggal atau waktu untuk
mengaktifkan virus pada komputer
2. fase penyebaran, pada umumnya virus melakukan replikasi diri dengan
menggandakan dirinya dalam suatu program ke sebuah tempat di media
penyimpanan (hardisk, RAM, Disket, dsb.)
3. fase aktif, pada fase ini virus akan mengaktifkan diri
4. fase eksekusi, pada fase ini virus yang telah aktif mulai melakukan kegiatannya.
2.3 Jenis Virus Komputer
2.3.1 Virus Makro
Virus yang dibuat dengan bahasa pemrograman yang terdapat pada suatu aplikasi.
Virus tersebut akan berjalan pada aplikasi pembentuknya dengan baik. Sebagai contoh
virus makro yang dibuat pada aplikasi Word, maka virus tersebut akan berjalan pada
aplikasi microsoft word.
Pada umumnya virus akan memodifikasi file NORMAL.DOT
yang merupakan standar awal pengetikan apabila menggunakan Microsoft Word. Tetapi
ada juga yang tidak memodifikasi file DOT tetapi ia membuat file DOT yang baru.
Contoh virus makro:
•virus Melissa yang media penyebarannya melalui internet
•varian W97M menginfeksi NORMAL.DOT dan menginfeksi dokumen apabila
dibuka
2.3.2 Virus Boot Sector
Virus ini bekerja dengan cara menggandakan dirinya, memindahkan atau
mengganti boot sektor asli dengan program booting virus. Dengan cara ini virus akan
tersimpan ke dalam memori sehingga virus akan mengendalikan hardware dan akan
menyebar ke drive yang terhubung pada komputer.
Contoh virus:
•varian virus wyx, wyx.C(B) menginfeksi boot record dan floopy dengan panjang
520 bytes memiliki karakteristik memory resident dan terenkripsi
•varian V-sign, virus ini menginfeksi master boot record dengan panjang 520
bytes
2.3.3 Stealth Virus
Virus yang menguasai tabel interrupt pada DOS yang sering dikenal dengan
“Interrupt interceptor”. Virus ini mengendalikan instruksi level DOS.
Contoh virus:
•vmem(s), virus ini menginfeksi file *.EXE, *.SYS, dan *.COM, memiliki
panjang 3275 bytes dengan karakteristik menetap di memori dengan ukuran
tersembunyi dan di enkripsi
•yankee.XPEH.4928, menginfeksi file *.COM dan *.EXE dengan panjang 4298
bytes memiliki karakteristik menetap di memori, ukurannya tersembunyi dan
memiliki pemicu.
2.3.4 Polymorphic Virus
Virus yang hampir mirip dengan virus influenza atau HIV ini mempunyai
kemampuan untuk mengecoh antivirus dengan merubah strukturnya setiap kali
menginfeksi suatu file.
Contoh virus:
Necropolis A/B, virus ini menginfeksi file *.EXE, *.COM, dengan ukuran 1963
bytes memiliki karakteristik menetap di memori, ukuran dan virus tersembunyi,
terenkripsi dan dapat berubah strukturnya
2.3.5 Virus File
Virus ini bekerja dengan cara menginfeksi secara langsung pada sistem operasi,
baik itu file *.EXE atau *.COM. hasilnya ditandai dengan berubahnya ukuran file yang
diserangnya.
2.3.6 Multi Partition Virus
Virus ini merupakan gabungan dari virus boot sector dengan virus file. Dalam
melakukan pekerjaannya virus ini menginfeksi file *.EXE atau *.COM dan juga
menginfeksi boot sector.
3. MENGATASI VIRUS KOMPUTER
3.1 Menggunakan Antivirus
Penggunaan antivirus sangat membantu dalam mengatasi virus komputer.
Pemakaiannya pun sangat mudah, sehingga seorang amatir pun dapat dengan mudah
menggunakannya.. Antivirus yang tersedia saat inipun beragam jenis dan modelnya
mulai dari software gratis sampai yang komersil.
Gunakanlah antivirus yang dapat
melakukan proses scanning di semua media penyimpanan juga jaringan apabila
komputer yang digunakan terhubung dengan jaringan.
Secara umum langkah-langkah yang harus dilakukan apabila kita mengandalkan
sebuah antivirus yaitu:
1. selalu memperbaharui antivirus anda minimal setiap akhir bulan
2. menyalakan auto-protect pada komputer agar antivirus selalu melindungi
komputer anda
3. jika komputer terhubung dengan jaringan maka pakailah antivirus anda dengan
firewall, anti spam
4. lakukan scanning komputer setiap anda melakukan pembaharuan virus definition.
3.2 Mengubah Atribut File
Sebenarnya cara ini kurang menjamin sebab sudah ada virus yang bisa
mengubah attribut file. Tetapi cara ini lebih baik dilakukan dari pada tidak sama sekali.
Parameter untuk merubah attribut file :
ATTRIB [+R | -R] [+A | -A] [+S | -S] [+H | -H]
[[drive:][path]filename] [/S]
Keterangan :
+ : menambahkan attribut
- : menghilangkan attribut
R : attribut hanya baca (Read only)
A : attribut file archive
S : attribut file aystem
H : attribut file tersembunyi
Path : nama cabang (sub-directory)
Filename: nama file yang akan diproses
9
/S : melakukan proses diseluruh directory dan sub-directory
3.3 Mengatasi Secara Manual
Untuk mengatasi virus secara manual, bukan berarti kita tidak menggunakan
antivirus dalam mengatasinya. Secara manual kita melakukan sebuah upaya proteksi
dengan melakukan berbagai pencegahan. Berikut ini langkah-langkah secara manual
dalam mengatasi virus, yaitu:
•Dalam mengatasi virus makro, contohnya pada microsoft word. Ubah semua
document template terutama file NORMAL.DOT menjadi read-only. Dapat juga
kita lakukan dengan menghapus file NORMAL.DOT. selanjutnya kita dapat
merubah dokumen tersebut dengan membuka Wordpad dan menyimpannya
dalam RTF (Rich Text Format).
•Hindari penggunaan disket-disket yang tidak bisa dipercaya sumbernya.
Usahakan untuk tidak menggunakan disket-disket yang sudah lama sebab
mungkin saja mengandung virus, dan juga jangan sembarangan menggunakan
disket dari orang lain yang tidak terjamin kebersihan disket dari virus.
•Melakukan Write Protect. Dengan selalu mengunci Write Protect disket maka,
kita dapat lebih meminimalkan kemungkinan penularan virus sebab virus tidak
bisa menulis pada disket yang telah di-Write Protect.
•Membuat sub-directory untuk program-program baru. Hal ini bisa melokalisir
beberapa virus apabila program kita terjangkit virus.
•Periksa secara rutin registry Windows di bagian \HKEY_CURRENT_USER\
Software\ Microsoft\ Windows\ Current Version\ Run, apakah menemukan
sesuatu yang mencurigakan jika menemukan itu hapus bagian yang
mencurigakan itu.
•Set atribut file WINSOCK.DLL menjadi read-only, untuk memperkecil
kemungkinan virus untuk memanipulasinya.
•Catat tanggal, ukuran, dari file yang mencurigakan sebab akan berguna suatu
saat apabila benar file tersebut mengandung virus.
10
4. SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Virus komputer adalah bagian dari software komputer, hanya saja berbeda
fungsinya yaitu mengganggu bahkan merusak sistim komputer.
2. Tidak semua virus komputer memiliki dampak yang fatal, cukup banyak virus
yang hanya bersifat jinak, tetapi walau bagaimanapun juga harus dihilangkan.
3. Ketakutan yang berlebihan dengan virus komputer disebabkan oleh kebutaan
akan virus komputer itu sendiri, ketakutan itu dapat dihilangkan dengan
mengenal virus komputer.
4. Dengan semakin mengenal sistem kerja suatu komputer, terutama sistem operasi
serta mengetahui virus, maka dengan sendirinya pengetahuan kita untuk
mempertahankan komputer dari serangan virus semakin baik sekaligus
mendapatkan konsep untuk menangani virus komputer.
5. Mencegah komputer tertular virus jauh lebih baik dari pada terkena virus baru
kemudian kita memperbaikinya, sebab lebih menyulitkan dan juga tidak terjamin
apakah akan berhasil sepenuhnya.
http://www.azmifauzan.web.id
Tatanan, Pengendalian, dan Institusi Sosial
Tatanan Sosial
Kita hidup dalam suatu lingkungan sosial yang bukan apa adanya. Lingkungan sosial tersebut mempunyai sejumlah prasyarat yang menjadikannya dapat terus berjalan dan bertahan. Prasyarat- prasyarat inilah yang kita sebut tatanan sosial (sosial order). Konsep tatanan sosial merupakan konsep dasar yang harus dipahami dengan baik oleh mereka yang mempelajari sosiologi. Karena konsep tatanan sosial ini terkait erat dengan konsep-konsep dasar lainnya. Apabila Anda memahami dengan baik konsep-konsep dasar ini, maka Anda akan dapat menganalisis fenomena sosial dengan baik.
Prinsip yang bisa kita ambil adalah adanya pengaturan dan ketertataan dari suatu lingkungan sosial. Atas dasar pemenuhan kebutuhan, individu-individu membentuk lingkungan sosial tertentu, di mana individu-individu tersebut saling berinteraksi atas dasar status dan peranan sosialnya yang diatur oleh seperangkat norma dan nilai. Suatu lingkungan sosial di mana individu-individunya saling berinteraksi atas dasar status dan peranan sosial yang diatur oleh seperangkat norma dan nilai diistilahkan dengan tatanan sosial (social order). Demikian juga dengan tatanan sosial. Semua persyaratan, antara lain adanya sejumlah individu, interaksi, status dan peranan, nilai dan norma serta proses harus terpenuhi sehingga tatanan sosial tersebut bisa tetap berlangsung dan terpelihara.
Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial adalah merupakan suatu mekanisme untuk mencegah penyimpangan sosial serta mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan bersikap sesuai norma dan nilai yang berlaku. Dengan adanya pengendalian sosial yang baik diharapkan mampu meluruskan anggota masyarakat yang berperilaku menyimpang / membangkang.
Berikut ini adalah cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan sosial masyarakat :
1. Pengendalian Lisan (Pengendalian Sosial Persuasif)
Pengendalian lisan diberikan dengan menggunakan bahasa lisan guna mengajak anggota kelompok sosial untuk mengikuti peraturan yang berlaku.
2. Pengendalian Simbolik (Pengendalian Sosial Persuasif)
Pengendalian simbolik merupakan pengendalian yang dilakukan dengan melalui gambar, tulisan, iklan, dan lain-lain. Contoh : Spanduk, poster, Rambu Lalu Lintas, dll.
3. Pengendalian Kekerasan (Pengendalian Koersif)
Pengendalian melalui cara-cara kekerasan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk membuat si pelanggar jera dan membuatnya tidak berani melakukan kesalahan yang sama.
Contoh seperti main hakim sendiri.
Institusi Sosial
Elemen yang lain dari struktur sosial adalah institusi sosial. Institusi sosial berkaitan erat dengan upaya individu untuk memenuhi kebutuhannya, di mana untuk itu individu berusaha membentuk dan mengembangkan serangkaian hubungan sosial dengan individu lainnya. Serangkaian hubungan sosial tersebut terlaksana menurut pola-pola tertentu. Pola resmi dari suatu hubungan sosial ini terjadi di dalam suatu sistem yang disebut dengan sistem institusi sosial.
Judson R. Landis (1986: 255) mendefinisikan institusi sosial sebagai norma-norma, aturan-aturan, dan pola-pola organisasi yang dikembangkan di sekitar kebutuhan-kebutuhan atau masalah-masalah pokok yang terkait dengan pengalaman masyarakat. Dari definisi ini maka bisa kita pahami bahwa institusi sosial merujuk pada upaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan atau untuk mengatasi masalah.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan atau mengatasi masalah tersebut, maka kita jumpai banyak sekali institusi sosial dalam masyarakat. Besar kecilnya sosial yang ada di masyarakat sangat tergantung pada sederhana dan kompleksnya kebutuhan atau masalah dari masyarakat tersebut. Para sosiolog telah berusaha membuat penggolongan institusi sosial yang ada di masyarakat atas dasar fungsi dari institusi sosial tersebut.
Kita hidup dalam suatu lingkungan sosial yang bukan apa adanya. Lingkungan sosial tersebut mempunyai sejumlah prasyarat yang menjadikannya dapat terus berjalan dan bertahan. Prasyarat- prasyarat inilah yang kita sebut tatanan sosial (sosial order). Konsep tatanan sosial merupakan konsep dasar yang harus dipahami dengan baik oleh mereka yang mempelajari sosiologi. Karena konsep tatanan sosial ini terkait erat dengan konsep-konsep dasar lainnya. Apabila Anda memahami dengan baik konsep-konsep dasar ini, maka Anda akan dapat menganalisis fenomena sosial dengan baik.
Prinsip yang bisa kita ambil adalah adanya pengaturan dan ketertataan dari suatu lingkungan sosial. Atas dasar pemenuhan kebutuhan, individu-individu membentuk lingkungan sosial tertentu, di mana individu-individu tersebut saling berinteraksi atas dasar status dan peranan sosialnya yang diatur oleh seperangkat norma dan nilai. Suatu lingkungan sosial di mana individu-individunya saling berinteraksi atas dasar status dan peranan sosial yang diatur oleh seperangkat norma dan nilai diistilahkan dengan tatanan sosial (social order). Demikian juga dengan tatanan sosial. Semua persyaratan, antara lain adanya sejumlah individu, interaksi, status dan peranan, nilai dan norma serta proses harus terpenuhi sehingga tatanan sosial tersebut bisa tetap berlangsung dan terpelihara.
Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial adalah merupakan suatu mekanisme untuk mencegah penyimpangan sosial serta mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan bersikap sesuai norma dan nilai yang berlaku. Dengan adanya pengendalian sosial yang baik diharapkan mampu meluruskan anggota masyarakat yang berperilaku menyimpang / membangkang.
Berikut ini adalah cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan sosial masyarakat :
1. Pengendalian Lisan (Pengendalian Sosial Persuasif)
Pengendalian lisan diberikan dengan menggunakan bahasa lisan guna mengajak anggota kelompok sosial untuk mengikuti peraturan yang berlaku.
2. Pengendalian Simbolik (Pengendalian Sosial Persuasif)
Pengendalian simbolik merupakan pengendalian yang dilakukan dengan melalui gambar, tulisan, iklan, dan lain-lain. Contoh : Spanduk, poster, Rambu Lalu Lintas, dll.
3. Pengendalian Kekerasan (Pengendalian Koersif)
Pengendalian melalui cara-cara kekerasan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk membuat si pelanggar jera dan membuatnya tidak berani melakukan kesalahan yang sama.
Contoh seperti main hakim sendiri.
Institusi Sosial
Elemen yang lain dari struktur sosial adalah institusi sosial. Institusi sosial berkaitan erat dengan upaya individu untuk memenuhi kebutuhannya, di mana untuk itu individu berusaha membentuk dan mengembangkan serangkaian hubungan sosial dengan individu lainnya. Serangkaian hubungan sosial tersebut terlaksana menurut pola-pola tertentu. Pola resmi dari suatu hubungan sosial ini terjadi di dalam suatu sistem yang disebut dengan sistem institusi sosial.
Judson R. Landis (1986: 255) mendefinisikan institusi sosial sebagai norma-norma, aturan-aturan, dan pola-pola organisasi yang dikembangkan di sekitar kebutuhan-kebutuhan atau masalah-masalah pokok yang terkait dengan pengalaman masyarakat. Dari definisi ini maka bisa kita pahami bahwa institusi sosial merujuk pada upaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan atau untuk mengatasi masalah.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan atau mengatasi masalah tersebut, maka kita jumpai banyak sekali institusi sosial dalam masyarakat. Besar kecilnya sosial yang ada di masyarakat sangat tergantung pada sederhana dan kompleksnya kebutuhan atau masalah dari masyarakat tersebut. Para sosiolog telah berusaha membuat penggolongan institusi sosial yang ada di masyarakat atas dasar fungsi dari institusi sosial tersebut.
Pembuatan Sensor Mikroelektroda Ion Sulfida Berbasis Ag/Ag2s untuk Penentuan Ion Sulfida Dalam Air Limbah
1. Pendahuluan
Metoda analisis renik spesi ion yang sederhana, cepat, dan murah merupakan daya tarik khusus
dalam bidang kimia analitik. Pembuatan dan penggunaan mikro elektroda selektif ion (ESI) sebagai
suatu sensor potensiometri lebih disukai karena memiliki kelebihan anatara lain: sederhana, cepat, responnya cepat, murah, rentang konsentrasi pengukurannta luas serta mudah dibuat dan prosedurnya
analisisnya mudah sehingga cocok untuk analisis rutin. Dari segi instrumentasi memungkinkan dibuat
bentuk miniatur dan dapat digunakan dalam pengukuran sampel dalam analisis alir (Wang,2002).
Karakter yang dimiliki oleh ESI menyebabkan tersedianya ESI berbagai kation maupun anion sejak
beberapa dekade yang lalu (Buhlmann et,al., 2001).
Senyawa sulfida banyak dimanfaatkan dalam bidang industri, misalnya: kertas, bahan makanan
dan minuman, serta dimanfatkan dalam bidang fotografi sehingga keberadaan senyawa sulfida
ditemukan dalam air buangan industri, danau dan sungai (Rohmatin, 2006). Kandungan sulfida yang
berlebihan dalam lingkungan (air, tanah, udara) dapat mengganggu kesehatan seperti pernapasan (H2S)
dan iritasi pada kulit (Twonshend, 1995). Selain itu juga mengakibatkan bau busuk pada air. Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes) No 416/Menkes/PER/IX/1990 menyatakan bahwa batas maksimum
sulfida yang diizinkan hanya 0,05 mg/liter. Oleh karena itu, perlu dilakukan monitoring terhadap
sulfida menggunakan metoda yang sensitif, akurat, teliti, cepat, sederhana dan murah untuk analisis
lapang. Kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan menggunakan elektroda selektif ion sulfida. ESI banyak
digunakan dalam analisis kimia karena memiliki selektifitas, sensitifitas, keakuratan dan ketepatan yang
relatif tinggi serta limit deteksinya cukup rendah (Mahajan, et al, 2002).
BSS_367_2_2 - 6
Eftekhari (2001) telah melakukan penelitian dengan membuat mikro ESI sulfida tipe kawat
terlapis berbahan aktif Ag2S yang berukuran kecil memiliki rentang pengukuran panjang, tetapi metode
yang digunakan cukup rumit karena pembentukan membran dilakukan melalui sulfidasi kawat Ag
menggunakan uap sulfur dengan pengaliran gas nitrogen. Oleh karena itu, pada penelitian ini dibuat
mikro ESI sulfida tipe kawat terlapis dengan metode yang lebih sederhana dengan memodifikasi
pembuatan ESI sulfida tipe kawat terlapis yang lebih sederhana dibandingkan sebelumnya. ESI dibuat
dari kawat Ag yang dilapisi oleh membran Ag2S yang dibuat secara elektrolisis kawat Ag dalam
larutan (NH4)2S2O8 sehingga terbentuk lapisan Ag2S pada permukaan kawat Ag. Membran Ag2S
memiliki kelarutan yang rendah dan mempunyai ion–ion pengganggu yang sedikit (CN- dan Hg2+)
(Twonshend, 1995). Pada penelitian ini juga ditambahkan suatu garam yang berfungsi sebagai
penyangga kekuatan ion dan sebagai anti oksidan untuk mencegah oksidasi sulfida, yakni larutan
Sulphide Anti-Oxidant Buffer (SAOB).
Kualitas dari suatu ESI dapat dikarakterisasi oleh sifat Nernstian yang ditentukan oleh
ketebalan membran, yang ditentukan oleh lama waktu perendaman membran (elektrolisis). Makin lama
elektrolisis, ketebalan membran akan makin meningkat. Elektrolisis terlalu lama dapat menyebabkan
lapisan elektroda yang terlalu tebal sehingga mengakibatkan penurunan kepekaan elektroda. Oleh
karena itu, pada penelitian ini dilakukan penentuan lama waktu elektrolisis optimum untuk pembuatan
membran. Selain itu, pada penelitian ini juga dilakukan penentuan lama waktu prakondisi optimum ESI
tipe kawat terlapis yang dihasilkan karena pengukuran ESI sulfida tipe kawat terlapis mempunyai harga
Eo berubah – ubah (Rundle, 2000).
Untuk menentukan keoptimuman kinerja dari ESI, maka dilakukan penentuan karakteristik sifat
dasar ESI. ESI sulfida memiliki karakter optimum jika nilai faktor Nernstnya sesuai dengan nilai faktor
Nernst untuk ion divalen, yaitu 29,56 mV/dekade, kisaran konsentrasi linier panjang (1x10-6 - 1x10-
1M), limit deteksi rendah (1x10-6 M), waktu respon cepat (kurang dari 1 menit) dan usia pemakaian
cukup lama (6 bulan).
Sehingga dapat digunakan untuk analisis sulfida dalam air limbah secara
langsung.
2. Dasar Teori
Elektroda selektif ion (ESI) adalah sel paro elektrokimia yang berfungsi sebagai sensor terhadap
aktivitas ion – ion yang ada dalam larutan yang diukurnya dengan menggunakan membran sebagai
sensor ion. Respon potensial yang dihasilkan adalah reversibel terhadap perubahan aktivitas spesi ion
yang diukur (Brian, 1997).Membran adalah suatu lapisan yang memisahkan dua fasa dan mengatur
perpindahan massa dari kedua fasa yang dipisahkan. Ion yang ditranspor adalah ion-ion tertentu,
sehingga dapat mengadakan pertukaran secara selektif, sedangkan ion-ion lain tidak dapat
(Laksminarayanaiah, 1976). Sekematis ESI sulfida tipe kawat terlapis yang dibuat ddapat digambarkan
seperti pada Gambar 1 (IUPAC, 1997):
EEl(ekst) EM EEl (int)
Gambar 1 Skema sel ESI sulfida tipe kawat terlapis
Pada antarmuka larutan-membran bahan aktif membran Ag2S mengalami dissosiasi menjadi
ion-ion bebas (Ag+ dan S2-) menyebabkan permukaan membran Ag2S bermuatan positif, sehingga ion
sulfida dari larutan bermigrasi menuju permukaan membran. Ion-ion sulfida tersebut saling
menggantikan posisinya untuk berikatan dengan gugus tetap membran (Ag+) menyebabkan gradien
konsentrasi ion sulfida(Laitenen dan Harris, 1975). Reaksi pertukaran ion sulfida larutan dengan ion
sulfida bebas pada sisi aktif membran akan berlangsung terus menerus hingga mencapai kesetimbangan
Elektroda
pembanding
luar
Larutan S2- Membran
Ag2S
Kawat Ag
ESI tipe kawat terlapis
elektrokimia. Kesetimbangan ini akan menghasilkan beda potensial pada antarmuka membran Ag2S–
larutan sulfida. Beda potensial yang timbul dapat dihubungkan dengan persamaan Nernst (1), sehingga
konsentrasi sulfida dalam larutan dapat diketahui (Bailey, 1976).
x
x
a
z
E E log
59,12 0 atau E E 0 29,56 log s 2 (1)
Reaksi pertukaran ion sulfida pada antarmuka membran Ag2S–larutan sulfida dinyatakan sebagai
berikut:
membran Ag2S Ag2S
antar muka 2 Ag+ + S2- Ag2S
S2- (larutan analit)
Gambar 2 Skema pertukaran ion pada antarmuka membran–larutan analit
Karena potensial antara elektroda pembanding luar - larutan analit = EEl(ekst) konstan, demikian pula
potensial membran- kawat Ag= EEl (int). Potensial ESI yang terukur adalah jumlah dari potensial yang
timbul pada antarmuka membran – larutan analit = EM yang ditunjukkan pada Gambar 1. Dari
persamaan (1) diperoleh nilai slope sebesar 29,56 mV/dekade yang merupakan nilai faktor Nernst untuk
ion divalen (S2-) pada suhu 298 K. Reaksi pertukaran ion dengan ion asing (X-) dalam larutan
dituliskan sebagai persamaan (2)
RR3N+
membran + Xair
RR3N-X membran (2)
Potensial yang terukur dinyatakan dengan persamaan Nicolsky sebagai persamaan (3)
E = Eo 2,303 RT/F log (ai + Ki,j (aj )n/z) (3)
Dengan ai = aktivitas (konsentrasi) ion utama ; aj = aktivitas ion asing ; Ki,j = koefisien selektivitas.
Sedangkan E,Eo serta 2,3RT./ nF seperti pada persamaan Nernst (1). Koefisien selektivitas berharga 0-
1, bila ion asing tidak mengganggu kinerja ESI dan bila Ki,j 1 maka ion asing mengganggu kinerja
ESI. Penentuan koefisien selektivitas ini dapat dilakukan menggunakan metode larutan terpisah dan
tercampur. Agar ESI layak digunakan sebagai elektroda indikator untuk pengukuran analisis, maka
harus memiliki karakteristik sifat dasar yang meliputi: faktor Nernst dan kisaran konsentrasi linier, limit
deteksi, waktu respon, dan usia pemakaian.
3. Metode Penelitian
3.1 Peralatan dan Bahan
Potensial diukur menggunakan pH/mV meter Fisher E 520 ion analyzer relatif terhadap
elektroda pembanding kalomel jenuh (EKJ) pada temperatur konstan (25±0.5oC), alat gelas
serta plastik yang lazim digunakan di laboratorium kimia.
3.2 Bahan Penelitian. Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: NaOH (Merk), asam
askorbat (Merk), Na2EDTA (Fluka), Na2S (Merk), HNO3, (NH4)2S2O8 (Merk), kawat Ag (Aldrich;
panjang 3 cm; diameter 0,1 mm), kawat tembaga (panjang 10 cm; diameter 0,5 mm), kabel koaksial RG
58, akuadest dan akuabidest. Semua bahan tersebut mempunyai derajat kemurnian pro analisis (p.a).
3.3 Pembuatan larutan induk SAOB. Larutan induk SAOB disiapkan dengan menimbang 40 gram
NaOH, 17,411 gram asam askorbat dan 33,621 gram Na2EDTA, kemudian masing-masing dilarutkan
BSS_367_2_4 - 6
dengan akuades dalam beaker gelas. Setelah itu semua larutan dimasukkan dalam labu ukur 500 mL
dan diencerkan dengan akuades hingga tanda batas.
3.4 Pembuatan larutan SAOB 25%. Larutan SAOB 25% disiapkan dengan memipet larutan induk
SAOB sebanyak 125 mL, kemudian dimasukkan dalam labu ukur 500 mL dan diencerkan dengan
akuades hingga tanda batas.
3.5 Pembuatan larutan induk (Na2S)Larutan induk sulfida 0,1 M dibuat dari penimbangan padatan
Na2S seberat 7,0844 gram, dilarutkan dan diencerkan dengan larutan SAOB 25% sampai tanda batas
labu takar 100 mL. Larutan dengan konsentrasi 1.10-2-1.10-6M dibuat dari pengenceran larutan induk
menggunakan pelarut SAOB 25%.
3.5 Pembuatan badan ESI Sulfida. Pembuatan badan mikro ESI sulfida tipe kawat terlapis terdiri dari
polietilen, konduktor lektronik kawat Ag murni (diameter 0,1 mm, panjang 3 cm) disambungkan
dengan kawat Cu (diameter 0,5 mm, panjang 10 cm). Ujung kawat Ag sepanjang 1,5 cm dibiarkan
terbuka sedang bagian lainnya dibungkus dengan tip plastik. Ujung bagian atas kawat disambung
dengan kabel koaksial RG-58 sebagai penghubung ESI ke alat potensio/pH meter. Ujung bawahnya
diampelas dengan ampelas, lalu dilakukan perendaman dalam asam nitrat (HNO3) pekat 1:1 kurang
lebih 10 detik dan dibersihkan dengan akuabides (lihat gambar 3).
3.6 Pembuatan ESI sulfida tipe kawat terlapis. ESI sulfida tipe kawat terlapis dibuat dengan melapisi
kawat Ag dengan larutan membran (NH4)2S2O8 0,1 M. yang dibuat dari penimbangan padatan
(NH4)2S2O8 1,141 gram, dilarutkan dengan akuades dalam labu takar 50 mL. Larutan membran ini
digunakan untuk merendam kawat Ag sampai terbentuk lapisan Ag2S secara elektrolisis dengan variasi
15, 30 dan 60 menit. Selanjutnya membran dikeringkan di udara terbuka selama 30 menit dan
diprakondisi dalam larutan Na2S 0,1 M selama 12 jam agar ion S2- menempel secara menetap pada
komponen membran. Potensial larutan ditentukan dengan menggunakan Elektroda kalomel sebagai
pembanding.Konstruksi ESI sulfida tipe kawat terlapis yang terdiri dari: badan elektroda, membran dari
bahan aktif Ag2S serta kabel koaksial RG-58 sebagai penghubung ESI ke alat potensiometer yang
ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3 Konstruksi badan ESI sulfida tipe kawat terlapis
3.5 Karakterisasi Sifat Dasar ESI
Agar ESI layak digunakan sebagai elektroda indikator untuk pengukuran analisis, maka harus
memiliki karakteristik sifat dasar yang meliputi: faktor Nernst dan kisaran konsentrasi linier, limit
deteksi, waktu respon, dan usia pemakaian.
4. Hasil dan Pembahasan
dihubungkan ke kabel alat
potensiometer
plastik
Kawat Ag yang
terlapisi membran
Kawat Cu
Pembuatan ESI sulfida tipe kawat terlapis menghasilkan konstruksi seperti pada Gambar 3,
menunjukkan elektroda sulfida yang dibuat berukuran kecil, konstruksi sederhana dan kuat . Hasil
karakterisasi sifat dasr ESI sulfida pada pengukuran potensial larutan Na2S pada rentang aktivitas 10-6
– 10-1 M terhadap elektroda pembanding kalomel jenuh menggunakan lima buah ESI sulfida tipe kawat
terlapis yang dibuat menghasilkan data seperti pada Tabel 1
Tabel 1 Karakterisasi ESI nitrat tipe kawat terlapis
No. Karakteristik ESI Harga
1. Sensitivitas (faktor Nernst) 29,4 0,53 mV / dekade konsentrasi,
menunjukkan reprodusibilitas yang baik
2. Rentang konsentrasi pengukuran 10-4 – 1 M
3. Waktu respon 45 detik
4. Batas deteksi 7, 76 x10-5 M (2,48 ppm)
5. Selektivitas Sulfida > kromat > karbonat > sulfat
6. Perubahan harga Eo pada minggu pertama 0,34 mV/hari,distabilkan oleh prakondisi
dalam larutan Na2S 0,1 M selama 12 jam
7. Penyimpangan baku pembuatan 0,5 (1,2 % SD)
8. Usia pemakaian 65 hari masih baik
9
10.
Stabilitas terhadap pH
Stabilitas terhadap temperatur
7-12
20-50oC
Hasil penentuan ion sulfida dalam air limbah buatan mengandung ion sulfida 10-4-10-1 M dengan ion
kromat,sulfat dan karbonat 10-2 M disajikan dalam Tabel 2 , sedangkan dalam air limbah riil disajikan
dalam Tabel 3
Tabel 2 Hasil Penentuan Kadar Sulfida dalam Air Limbah Buatan
[S2-] [S2-] dari 3 kali pengukuran
sebenarnya rata - rata ± SD
%
presisi
%
akurasi
%
kesalahan
1x10-4 atau 3,2 ppm 0,96x10-4 ±3,9x10-6 95,95 95,53 4,47
1x10-3 atau 32 ppm 0,85x10-3±3,9x10-5 95,36 93,00 7,00
1x10-2 atau 320 ppm 0,96x10-2±3,9x10-4 95,95 95,53 4,47
1x10-1 atau 3200 ppm 0,94x10-1±3,5x10-3 96,31 94,00 6,00
Tabel 3 Hasil Penentuan Kadar Sulfida dalam Air Limbah Riil secara Kurva Baku dan Adisi Standar
Metode
[S2-] dari 3 kali
pengukuran
rata-rata ± SD
%
akurasi
%
presisi
%
kesalahan
7,48 x 10-2 M 95,37
7,68 x 10-2 M
Kurva baku
8,18 x 10-2 M
7,78 x 10-2M ±
0,3606 atau
2489,6 ppm
96,57 3,43
7,94 x 10-2 M 95,53
8,35 x 10-2 M
Adisi standar
7,64 x 10-2 M
7,98 x 10-2M ±
0,3564 atau
2553,6 ppm
96,87 3,13
Harga pada Tabel 1 dan Lampiran 1 menunjukkan faktor Nernst ( lereng ) kurva E (mV) terhadap - log
aNO3- (M) rata-rata sebesar 29,4 ± 0,34 mV/dekade aktivitas nitrat, pada rentang aktivitas nitrat 10 – 4 –
1M yang merupakan trayek pengukuran ESI. Intersep kurva sebesar 289,0 ± 17,8 mV merupakan harga
potensial standar (Eo), simpangan baku dan kesalahan faktor Nernst masing-masing sebesar 0,5 mV dan
1,2 % menunjukkan bahwa ESI yang dibuat bersifat Nenstian dan pembuatan lima buah ESI nitrat tipe
kawat terlapis menunjukkan keterulang yang baik. Berdasarkan data Tabel 2 dan Tabel 3 dapat
dinyatakan bahwa ESI sulfida dapat digunakan untuk mengukur kadar sulfida dalam air limbah buatan
BSS_367_2_6 - 6
dan riil, baik menggunakan metode kurva baku maupun menggunakan metode adisi standar. Hasil
penentuan sulfida menggunakan metode kurva baku menghasilkan kesalahan < 5 %
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Waktu optimal elektrolisis pembuatan membran ESI sulfida tipe kawat terlapis adalah 30 menit, dan
waktu prakondisi ESI dalam larutan Na2S adalah 12 jam.
2. ESI yang dibuat memiliki konstruksi sederhana, berukuran kecil dan memiliki karakterisasi sifat
dasar optilam untuk pengukuran analisis sulfida
3. ESI dapat digunakan dalam pengukuran sulfida buatan dan riil pada rentang konsentrasi 1x10-4-1x10-
1M (3,2 – 3200 ppm) memberikan kesalahan berturut-turut 4,47 – 7,00%, dan k ≤ 3,43
6. Saran
Penentuan kadar sulfida dalam air limbah riil menggunakan ESI sulfida tipe kawat terlapis perlu
dilakukan dalam air limbah yang lebih luas
Sumber:
atikadhikara@yahoo.com ; atikah_chem@brawijaya.ac.id
herminsulistyarti@yahoo.com
Metoda analisis renik spesi ion yang sederhana, cepat, dan murah merupakan daya tarik khusus
dalam bidang kimia analitik. Pembuatan dan penggunaan mikro elektroda selektif ion (ESI) sebagai
suatu sensor potensiometri lebih disukai karena memiliki kelebihan anatara lain: sederhana, cepat, responnya cepat, murah, rentang konsentrasi pengukurannta luas serta mudah dibuat dan prosedurnya
analisisnya mudah sehingga cocok untuk analisis rutin. Dari segi instrumentasi memungkinkan dibuat
bentuk miniatur dan dapat digunakan dalam pengukuran sampel dalam analisis alir (Wang,2002).
Karakter yang dimiliki oleh ESI menyebabkan tersedianya ESI berbagai kation maupun anion sejak
beberapa dekade yang lalu (Buhlmann et,al., 2001).
Senyawa sulfida banyak dimanfaatkan dalam bidang industri, misalnya: kertas, bahan makanan
dan minuman, serta dimanfatkan dalam bidang fotografi sehingga keberadaan senyawa sulfida
ditemukan dalam air buangan industri, danau dan sungai (Rohmatin, 2006). Kandungan sulfida yang
berlebihan dalam lingkungan (air, tanah, udara) dapat mengganggu kesehatan seperti pernapasan (H2S)
dan iritasi pada kulit (Twonshend, 1995). Selain itu juga mengakibatkan bau busuk pada air. Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes) No 416/Menkes/PER/IX/1990 menyatakan bahwa batas maksimum
sulfida yang diizinkan hanya 0,05 mg/liter. Oleh karena itu, perlu dilakukan monitoring terhadap
sulfida menggunakan metoda yang sensitif, akurat, teliti, cepat, sederhana dan murah untuk analisis
lapang. Kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan menggunakan elektroda selektif ion sulfida. ESI banyak
digunakan dalam analisis kimia karena memiliki selektifitas, sensitifitas, keakuratan dan ketepatan yang
relatif tinggi serta limit deteksinya cukup rendah (Mahajan, et al, 2002).
BSS_367_2_2 - 6
Eftekhari (2001) telah melakukan penelitian dengan membuat mikro ESI sulfida tipe kawat
terlapis berbahan aktif Ag2S yang berukuran kecil memiliki rentang pengukuran panjang, tetapi metode
yang digunakan cukup rumit karena pembentukan membran dilakukan melalui sulfidasi kawat Ag
menggunakan uap sulfur dengan pengaliran gas nitrogen. Oleh karena itu, pada penelitian ini dibuat
mikro ESI sulfida tipe kawat terlapis dengan metode yang lebih sederhana dengan memodifikasi
pembuatan ESI sulfida tipe kawat terlapis yang lebih sederhana dibandingkan sebelumnya. ESI dibuat
dari kawat Ag yang dilapisi oleh membran Ag2S yang dibuat secara elektrolisis kawat Ag dalam
larutan (NH4)2S2O8 sehingga terbentuk lapisan Ag2S pada permukaan kawat Ag. Membran Ag2S
memiliki kelarutan yang rendah dan mempunyai ion–ion pengganggu yang sedikit (CN- dan Hg2+)
(Twonshend, 1995). Pada penelitian ini juga ditambahkan suatu garam yang berfungsi sebagai
penyangga kekuatan ion dan sebagai anti oksidan untuk mencegah oksidasi sulfida, yakni larutan
Sulphide Anti-Oxidant Buffer (SAOB).
Kualitas dari suatu ESI dapat dikarakterisasi oleh sifat Nernstian yang ditentukan oleh
ketebalan membran, yang ditentukan oleh lama waktu perendaman membran (elektrolisis). Makin lama
elektrolisis, ketebalan membran akan makin meningkat. Elektrolisis terlalu lama dapat menyebabkan
lapisan elektroda yang terlalu tebal sehingga mengakibatkan penurunan kepekaan elektroda. Oleh
karena itu, pada penelitian ini dilakukan penentuan lama waktu elektrolisis optimum untuk pembuatan
membran. Selain itu, pada penelitian ini juga dilakukan penentuan lama waktu prakondisi optimum ESI
tipe kawat terlapis yang dihasilkan karena pengukuran ESI sulfida tipe kawat terlapis mempunyai harga
Eo berubah – ubah (Rundle, 2000).
Untuk menentukan keoptimuman kinerja dari ESI, maka dilakukan penentuan karakteristik sifat
dasar ESI. ESI sulfida memiliki karakter optimum jika nilai faktor Nernstnya sesuai dengan nilai faktor
Nernst untuk ion divalen, yaitu 29,56 mV/dekade, kisaran konsentrasi linier panjang (1x10-6 - 1x10-
1M), limit deteksi rendah (1x10-6 M), waktu respon cepat (kurang dari 1 menit) dan usia pemakaian
cukup lama (6 bulan).
Sehingga dapat digunakan untuk analisis sulfida dalam air limbah secara
langsung.
2. Dasar Teori
Elektroda selektif ion (ESI) adalah sel paro elektrokimia yang berfungsi sebagai sensor terhadap
aktivitas ion – ion yang ada dalam larutan yang diukurnya dengan menggunakan membran sebagai
sensor ion. Respon potensial yang dihasilkan adalah reversibel terhadap perubahan aktivitas spesi ion
yang diukur (Brian, 1997).Membran adalah suatu lapisan yang memisahkan dua fasa dan mengatur
perpindahan massa dari kedua fasa yang dipisahkan. Ion yang ditranspor adalah ion-ion tertentu,
sehingga dapat mengadakan pertukaran secara selektif, sedangkan ion-ion lain tidak dapat
(Laksminarayanaiah, 1976). Sekematis ESI sulfida tipe kawat terlapis yang dibuat ddapat digambarkan
seperti pada Gambar 1 (IUPAC, 1997):
EEl(ekst) EM EEl (int)
Gambar 1 Skema sel ESI sulfida tipe kawat terlapis
Pada antarmuka larutan-membran bahan aktif membran Ag2S mengalami dissosiasi menjadi
ion-ion bebas (Ag+ dan S2-) menyebabkan permukaan membran Ag2S bermuatan positif, sehingga ion
sulfida dari larutan bermigrasi menuju permukaan membran. Ion-ion sulfida tersebut saling
menggantikan posisinya untuk berikatan dengan gugus tetap membran (Ag+) menyebabkan gradien
konsentrasi ion sulfida(Laitenen dan Harris, 1975). Reaksi pertukaran ion sulfida larutan dengan ion
sulfida bebas pada sisi aktif membran akan berlangsung terus menerus hingga mencapai kesetimbangan
Elektroda
pembanding
luar
Larutan S2- Membran
Ag2S
Kawat Ag
ESI tipe kawat terlapis
elektrokimia. Kesetimbangan ini akan menghasilkan beda potensial pada antarmuka membran Ag2S–
larutan sulfida. Beda potensial yang timbul dapat dihubungkan dengan persamaan Nernst (1), sehingga
konsentrasi sulfida dalam larutan dapat diketahui (Bailey, 1976).
x
x
a
z
E E log
59,12 0 atau E E 0 29,56 log s 2 (1)
Reaksi pertukaran ion sulfida pada antarmuka membran Ag2S–larutan sulfida dinyatakan sebagai
berikut:
membran Ag2S Ag2S
antar muka 2 Ag+ + S2- Ag2S
S2- (larutan analit)
Gambar 2 Skema pertukaran ion pada antarmuka membran–larutan analit
Karena potensial antara elektroda pembanding luar - larutan analit = EEl(ekst) konstan, demikian pula
potensial membran- kawat Ag= EEl (int). Potensial ESI yang terukur adalah jumlah dari potensial yang
timbul pada antarmuka membran – larutan analit = EM yang ditunjukkan pada Gambar 1. Dari
persamaan (1) diperoleh nilai slope sebesar 29,56 mV/dekade yang merupakan nilai faktor Nernst untuk
ion divalen (S2-) pada suhu 298 K. Reaksi pertukaran ion dengan ion asing (X-) dalam larutan
dituliskan sebagai persamaan (2)
RR3N+
membran + Xair
RR3N-X membran (2)
Potensial yang terukur dinyatakan dengan persamaan Nicolsky sebagai persamaan (3)
E = Eo 2,303 RT/F log (ai + Ki,j (aj )n/z) (3)
Dengan ai = aktivitas (konsentrasi) ion utama ; aj = aktivitas ion asing ; Ki,j = koefisien selektivitas.
Sedangkan E,Eo serta 2,3RT./ nF seperti pada persamaan Nernst (1). Koefisien selektivitas berharga 0-
1, bila ion asing tidak mengganggu kinerja ESI dan bila Ki,j 1 maka ion asing mengganggu kinerja
ESI. Penentuan koefisien selektivitas ini dapat dilakukan menggunakan metode larutan terpisah dan
tercampur. Agar ESI layak digunakan sebagai elektroda indikator untuk pengukuran analisis, maka
harus memiliki karakteristik sifat dasar yang meliputi: faktor Nernst dan kisaran konsentrasi linier, limit
deteksi, waktu respon, dan usia pemakaian.
3. Metode Penelitian
3.1 Peralatan dan Bahan
Potensial diukur menggunakan pH/mV meter Fisher E 520 ion analyzer relatif terhadap
elektroda pembanding kalomel jenuh (EKJ) pada temperatur konstan (25±0.5oC), alat gelas
serta plastik yang lazim digunakan di laboratorium kimia.
3.2 Bahan Penelitian. Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: NaOH (Merk), asam
askorbat (Merk), Na2EDTA (Fluka), Na2S (Merk), HNO3, (NH4)2S2O8 (Merk), kawat Ag (Aldrich;
panjang 3 cm; diameter 0,1 mm), kawat tembaga (panjang 10 cm; diameter 0,5 mm), kabel koaksial RG
58, akuadest dan akuabidest. Semua bahan tersebut mempunyai derajat kemurnian pro analisis (p.a).
3.3 Pembuatan larutan induk SAOB. Larutan induk SAOB disiapkan dengan menimbang 40 gram
NaOH, 17,411 gram asam askorbat dan 33,621 gram Na2EDTA, kemudian masing-masing dilarutkan
BSS_367_2_4 - 6
dengan akuades dalam beaker gelas. Setelah itu semua larutan dimasukkan dalam labu ukur 500 mL
dan diencerkan dengan akuades hingga tanda batas.
3.4 Pembuatan larutan SAOB 25%. Larutan SAOB 25% disiapkan dengan memipet larutan induk
SAOB sebanyak 125 mL, kemudian dimasukkan dalam labu ukur 500 mL dan diencerkan dengan
akuades hingga tanda batas.
3.5 Pembuatan larutan induk (Na2S)Larutan induk sulfida 0,1 M dibuat dari penimbangan padatan
Na2S seberat 7,0844 gram, dilarutkan dan diencerkan dengan larutan SAOB 25% sampai tanda batas
labu takar 100 mL. Larutan dengan konsentrasi 1.10-2-1.10-6M dibuat dari pengenceran larutan induk
menggunakan pelarut SAOB 25%.
3.5 Pembuatan badan ESI Sulfida. Pembuatan badan mikro ESI sulfida tipe kawat terlapis terdiri dari
polietilen, konduktor lektronik kawat Ag murni (diameter 0,1 mm, panjang 3 cm) disambungkan
dengan kawat Cu (diameter 0,5 mm, panjang 10 cm). Ujung kawat Ag sepanjang 1,5 cm dibiarkan
terbuka sedang bagian lainnya dibungkus dengan tip plastik. Ujung bagian atas kawat disambung
dengan kabel koaksial RG-58 sebagai penghubung ESI ke alat potensio/pH meter. Ujung bawahnya
diampelas dengan ampelas, lalu dilakukan perendaman dalam asam nitrat (HNO3) pekat 1:1 kurang
lebih 10 detik dan dibersihkan dengan akuabides (lihat gambar 3).
3.6 Pembuatan ESI sulfida tipe kawat terlapis. ESI sulfida tipe kawat terlapis dibuat dengan melapisi
kawat Ag dengan larutan membran (NH4)2S2O8 0,1 M. yang dibuat dari penimbangan padatan
(NH4)2S2O8 1,141 gram, dilarutkan dengan akuades dalam labu takar 50 mL. Larutan membran ini
digunakan untuk merendam kawat Ag sampai terbentuk lapisan Ag2S secara elektrolisis dengan variasi
15, 30 dan 60 menit. Selanjutnya membran dikeringkan di udara terbuka selama 30 menit dan
diprakondisi dalam larutan Na2S 0,1 M selama 12 jam agar ion S2- menempel secara menetap pada
komponen membran. Potensial larutan ditentukan dengan menggunakan Elektroda kalomel sebagai
pembanding.Konstruksi ESI sulfida tipe kawat terlapis yang terdiri dari: badan elektroda, membran dari
bahan aktif Ag2S serta kabel koaksial RG-58 sebagai penghubung ESI ke alat potensiometer yang
ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3 Konstruksi badan ESI sulfida tipe kawat terlapis
3.5 Karakterisasi Sifat Dasar ESI
Agar ESI layak digunakan sebagai elektroda indikator untuk pengukuran analisis, maka harus
memiliki karakteristik sifat dasar yang meliputi: faktor Nernst dan kisaran konsentrasi linier, limit
deteksi, waktu respon, dan usia pemakaian.
4. Hasil dan Pembahasan
dihubungkan ke kabel alat
potensiometer
plastik
Kawat Ag yang
terlapisi membran
Kawat Cu
Pembuatan ESI sulfida tipe kawat terlapis menghasilkan konstruksi seperti pada Gambar 3,
menunjukkan elektroda sulfida yang dibuat berukuran kecil, konstruksi sederhana dan kuat . Hasil
karakterisasi sifat dasr ESI sulfida pada pengukuran potensial larutan Na2S pada rentang aktivitas 10-6
– 10-1 M terhadap elektroda pembanding kalomel jenuh menggunakan lima buah ESI sulfida tipe kawat
terlapis yang dibuat menghasilkan data seperti pada Tabel 1
Tabel 1 Karakterisasi ESI nitrat tipe kawat terlapis
No. Karakteristik ESI Harga
1. Sensitivitas (faktor Nernst) 29,4 0,53 mV / dekade konsentrasi,
menunjukkan reprodusibilitas yang baik
2. Rentang konsentrasi pengukuran 10-4 – 1 M
3. Waktu respon 45 detik
4. Batas deteksi 7, 76 x10-5 M (2,48 ppm)
5. Selektivitas Sulfida > kromat > karbonat > sulfat
6. Perubahan harga Eo pada minggu pertama 0,34 mV/hari,distabilkan oleh prakondisi
dalam larutan Na2S 0,1 M selama 12 jam
7. Penyimpangan baku pembuatan 0,5 (1,2 % SD)
8. Usia pemakaian 65 hari masih baik
9
10.
Stabilitas terhadap pH
Stabilitas terhadap temperatur
7-12
20-50oC
Hasil penentuan ion sulfida dalam air limbah buatan mengandung ion sulfida 10-4-10-1 M dengan ion
kromat,sulfat dan karbonat 10-2 M disajikan dalam Tabel 2 , sedangkan dalam air limbah riil disajikan
dalam Tabel 3
Tabel 2 Hasil Penentuan Kadar Sulfida dalam Air Limbah Buatan
[S2-] [S2-] dari 3 kali pengukuran
sebenarnya rata - rata ± SD
%
presisi
%
akurasi
%
kesalahan
1x10-4 atau 3,2 ppm 0,96x10-4 ±3,9x10-6 95,95 95,53 4,47
1x10-3 atau 32 ppm 0,85x10-3±3,9x10-5 95,36 93,00 7,00
1x10-2 atau 320 ppm 0,96x10-2±3,9x10-4 95,95 95,53 4,47
1x10-1 atau 3200 ppm 0,94x10-1±3,5x10-3 96,31 94,00 6,00
Tabel 3 Hasil Penentuan Kadar Sulfida dalam Air Limbah Riil secara Kurva Baku dan Adisi Standar
Metode
[S2-] dari 3 kali
pengukuran
rata-rata ± SD
%
akurasi
%
presisi
%
kesalahan
7,48 x 10-2 M 95,37
7,68 x 10-2 M
Kurva baku
8,18 x 10-2 M
7,78 x 10-2M ±
0,3606 atau
2489,6 ppm
96,57 3,43
7,94 x 10-2 M 95,53
8,35 x 10-2 M
Adisi standar
7,64 x 10-2 M
7,98 x 10-2M ±
0,3564 atau
2553,6 ppm
96,87 3,13
Harga pada Tabel 1 dan Lampiran 1 menunjukkan faktor Nernst ( lereng ) kurva E (mV) terhadap - log
aNO3- (M) rata-rata sebesar 29,4 ± 0,34 mV/dekade aktivitas nitrat, pada rentang aktivitas nitrat 10 – 4 –
1M yang merupakan trayek pengukuran ESI. Intersep kurva sebesar 289,0 ± 17,8 mV merupakan harga
potensial standar (Eo), simpangan baku dan kesalahan faktor Nernst masing-masing sebesar 0,5 mV dan
1,2 % menunjukkan bahwa ESI yang dibuat bersifat Nenstian dan pembuatan lima buah ESI nitrat tipe
kawat terlapis menunjukkan keterulang yang baik. Berdasarkan data Tabel 2 dan Tabel 3 dapat
dinyatakan bahwa ESI sulfida dapat digunakan untuk mengukur kadar sulfida dalam air limbah buatan
BSS_367_2_6 - 6
dan riil, baik menggunakan metode kurva baku maupun menggunakan metode adisi standar. Hasil
penentuan sulfida menggunakan metode kurva baku menghasilkan kesalahan < 5 %
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Waktu optimal elektrolisis pembuatan membran ESI sulfida tipe kawat terlapis adalah 30 menit, dan
waktu prakondisi ESI dalam larutan Na2S adalah 12 jam.
2. ESI yang dibuat memiliki konstruksi sederhana, berukuran kecil dan memiliki karakterisasi sifat
dasar optilam untuk pengukuran analisis sulfida
3. ESI dapat digunakan dalam pengukuran sulfida buatan dan riil pada rentang konsentrasi 1x10-4-1x10-
1M (3,2 – 3200 ppm) memberikan kesalahan berturut-turut 4,47 – 7,00%, dan k ≤ 3,43
6. Saran
Penentuan kadar sulfida dalam air limbah riil menggunakan ESI sulfida tipe kawat terlapis perlu
dilakukan dalam air limbah yang lebih luas
Sumber:
atikadhikara@yahoo.com ; atikah_chem@brawijaya.ac.id
herminsulistyarti@yahoo.com
PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN MASSA JENIS GAS
I. Kelebihan
1. Dengan metode ini, kita dapat menentukan berat molekul suatu senyawa volatil dengan peralatan yang lebih sederhana.
2. Percobaan ini menggunakan penangas air sebagai pengatur suhu. Sehingga percobaan ini lebih cocok untuk senyawa yang memiliki titik didih kurang dari 100 0C.
3. Dengan adanya faktor koreksi, maka dapat meminimalkan kesalahan perhitungan data hasil percobaan.
II. kelemahan
1. Ketidak tepatan pengamatan pada saat cairan telah menguap semua atau belum dapat mengakibatkan kesalahan dalam perhitungan. Jika masih ada cairan yang belum menguap atau masih ada cairan yang tersisi dalam labu erlenmeyer, maka dapat mengakibatkan kesalahan dalam perhitungan massa jenis gas dan pada akhirnya mengakibatkan kesalahan pada perhitungan berat molekul.
2. Mahasiswa tidak mengetahui dengan pasti titik didih dari suatu sampel senyawa. Sehingga timbul pertanyaan apakah suhu penangas air yang tercatat sangat berpengaruh pada nilai berat molekul yang dihasilkan atau tidak. Pertanyaan ini timbul karena bila labu erlenmeyer dimasukkan dalam penangas air pada suhu misal 80 0C, maka cairan volatil tersebut akan menguap total pada suhu sedikit di atas 80 0C. Jika labu erlenmeyer dimasukkan berisi sampel volatil dimasukkan ke dalam penangas air pada suhu (misal) 90 0C, maka dalam perhitungan nilai berat molekul yang diperoleh akan pasti berbeda.
Rumus: P.V = n.R.T
3. Metode penentuan berat molekul berdasarkan massa jenis gas ini tidak cocok untuk senyawa dengan titik didih di atas 100 0C.
IDENTIFIKASI JENIS ALKOHOL PRIMER
DALAM REAKSI DEHIDRASI ALKOHOL
BERDASARKAN MASSA JENIS GAS ALKENA YANG DIHASILKAN
A. Data dan fakta.
Alkena adalah senyawa non polar. Gaya tarik antar molekul terjadi olehakibat gaya dispersi. Secara umum, sifat-sifat fisika alkena mirip dengan sifat-sifat fisika alkana. Alkena yang terdiri dari 2-4 atom karbon berwujud gas pada temperatur kamar. Alkena yang terdiri lima atau lebih atom karbon berupa cairan tidak berwarna dengan berat jenis lebih kecil daripada air. Alkena tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alkena lain, pelarut organik non polar, dan etanol. Alkena dapat dibuat dengan cara
mereaksikan alkohol (dalam percobaan ini digunakan alkohol primer) dengan H2SO4 pekat pada suhu 160-1700C. Perubahan alkohol primer menjadi alkena ini merupakan proses dehidrasi (pelepasan air).
Persamaan reaksinya:
H2SO4 pekat
160-1700C
CnH2n+2O CnH2n + H2O
Pada reaksi di atas, CnH2n+2O yang digunakan adalah alkohol primer.
Pada reaksi ini, H2SO4 pekat berfungsi sebagai dehidrator. Bila digunakan alkohol sekunder atau tersier, dehidratornya harus H2SO4 encer, karena penggunaan H2SO4 pekat menyebabkan alkena yang terbentuk mengalami polarisasi. Dalam hal kereaktifan dehidrasi diperoleh urutan alkohol primer > alkohol sekunder > alkohol tersier.
B. Masalah atau Kesenjangan.
Seringkali kita mengalami kesulitan untuk membedakan atau mengidentifikasi suatu alkohol primer. Misalnya jika kita diberi suatu sampel alkohol primer dan kita dituntut untuk mengidentifikasi atau menentukan nama apakah alkohol tersebut adalah propanol ataukah butanol ataukah pentanol, dst.
Apabila identifikasi jenis atau nama suatu alkohol primer tersebut dilakukan atas dasar reaksi alkohol dengan pereaksi tertentu, pasti sangat sulit. Hal ini dikarenakan
oleh, semua jenis alkohol mengalami reaksi sama, baik reaksi subtitusi maupun reaksi dengan senyawa yang lain. Yang membedakan dalam reaksi ini adalah struktur alkohol (primer, sekunder, tersier) merupakan penentu dari hasil reaksi.
C. Solusi.
1. Dasar teori.
Massa molekul relatif dadri suatu senyawa dapat ditentukan dengan berbagai metode tergantung dari sifat-sifat fisika senyawa yang bersangkutan. Massa molekul senyawa yang volatil dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan gas ideal dan massa jenis gas.
P.V = n.R.T, dengan konsep mol menjadi P.V = (m/Mr).R.T
Sehingga persamaanya dapat diubah menjadi P.Mr = (m/V).R.T = .R.T
Dimana: Mr = massa molekul
P = tekanan gas
V = volume gas
T = suhu ( 0K )
R = tetapan gas
= massa jenis gas
Suatu senyawa alkena dengan atom C lebih dari 5 yang dihasilkan dari dehidrasi suatu erlenmeyer (atom C lebih dari 5) dapat diketahui berat molekulnya berdasarkan massa jenis gas yang dihasilkan.
Bila suatu alkena (dengan titik didih < 1000C) ditempatkan dalam labu erlenmeyer yang mempunyai lubang kecil pada bagian penutupnya dan kemudian labu erlenmeyer tersebut dipanaskan sampai kurang lebih 1000C, maka cairan tadi akan menguap dan uap itu akan mendorong udara yang terdapat pada labu erlenmeyer keluar melalui lubang kecil tadi. Setelah semua udara keluar, pada akhirnya uap cairan tersebut akan keluar, sampai uap ini berhenti keluar bila keadaan setimbang tercapai, yaitu tekanan udara cairan dalam labu erlenmeyer sama dengan tekanan udara luar.
Pada kondisi kesetimbangan ini, labu erlenmeyer hanya berisi uap cairan dengan tekanan sama dengan atmosfer, volume sama dengan volume labu erlenmeyer dan suhu sama dengan suhu titik didih air dalam penangas air ( kurang lebih 1000C). Labu erlenmeyer ini
kemudian diambil dari penangas air, didinginkan dalam desikator dan ditimbang sehingga massa gas yang terdapat di dalamnya dapat diketahui. Kemudian dengan menggunakan persamaan P.Mr = .R.T, berat molekul senyawa tersebut dapat dapat ditentukan.
Bila alkena yang dihasilkan memiliki titik didih yang lebih besar, maka penangas yang berisi air dapat diganti dengan senyawa lain yang memiliki titik didih tinggi (misalnya minyak). Hal yang perlu diperhatikan adalah pengamatan harus secermat dan seteliti mungkin, hal ini dikarekan warna dari minyak dapat menghambat pengamatan pada saat cairan telah menguap semuanya. Pada saat pengeringan labu erlenmeyer, bagian luar labu juga harus benar-benar kering agar perhitungan berat molekul mendekati harga berat molekul yang sebenarnya.
2. Prosedur penyelesaian masalah.
1. Dimasukkan kurang lebih 5 ml alkohol cair yang akan diidentifikasi ke dalam tabung reaksi. Kemudian dipanaskan sampai suhu 160-1700C.
2. Ditambahkan tetes demi tetes H2SO4 pekat.
3. Alkena yang diperoleh dipisahkan dari H2O (alkena dapat dipisahkan dengan mudah dari air, karena alkena tidak larut dalam air).
4. Ambil sebuah labu erlenmeyer berleher kecil yang bersih dan kering, tutup labu erlenmeyer dengan menggunakan aluminium foil dan karet gelang
5. Timbang labu erlenmeyer tadi beserta aluminium foil dan karet gelang dengan menggunakan neraca analitik.
6. Masukkan kurang lebih 5 ml alkena hasil dehidrasi alkohol ke dalam labu erlenmeyer, kemudian tutup kembali dengan menggunakan karet gelang erat-erat sehingga tutup ini beersifat kedap udara. Dengan menggunakan jarum buatlah lubang kecil pada aluminium foil agar uap dapat keluar.
7. Rendam labu erlenmeyer dalam penangas air bersuhu kurang lebih 1000C (untuk alkena dengan titik didih 1000C) sedemikian sehingga air kurang lebih 1 cm di bawah aluminium foil. Biarkan labu erlenmeyer dalam penangas air sampai semua cairan menguap. Catat suhu penangas air tersebut.
8. Setelah semua ciran volatil dalam labu erlenmeyer menguap, angkatlah labu erlenmeyer dari penangas, keringkan air yang terdapat pada bagian luar labu erlenmeyer dengan lap, lalu tempatkan labu erlenmeyer dalam desikator. Uap cairan volatil yang terdapat dalm labu erlenmeyer akan kembali menjadi cairan.
9. Timbang labu erlenmeyer yang sudah dingin tadi dengan neraca analitik (jangan lepaskan tutup aluminium foil sebelum labu erlenmeyer ditimbang).
10. Tentukan volume labu erlenmeyer dengan jalan mengisi lebu erlenmeyer dengan air sampai penuh dan menimbang massa air yang terdapat dalam erlenmeyer. Volume air bisa diketahui bila massa jenis air pada suhu air dalam labu erlenmeyer diketahui dengan menggunakan rumus = m/V.
11. Ukur tekanan atmosfer dengan menggunakan barometer.
12. Dihitung berat molekul alkena dengan menggunakan faktor koreksi.
13. Berdasarkan persamaan reaksi dalam dehidrasi alkohol, tentukan jenis alkohol cair yang digunakan dalam reaksi dehidrasi.
1. Dengan metode ini, kita dapat menentukan berat molekul suatu senyawa volatil dengan peralatan yang lebih sederhana.
2. Percobaan ini menggunakan penangas air sebagai pengatur suhu. Sehingga percobaan ini lebih cocok untuk senyawa yang memiliki titik didih kurang dari 100 0C.
3. Dengan adanya faktor koreksi, maka dapat meminimalkan kesalahan perhitungan data hasil percobaan.
II. kelemahan
1. Ketidak tepatan pengamatan pada saat cairan telah menguap semua atau belum dapat mengakibatkan kesalahan dalam perhitungan. Jika masih ada cairan yang belum menguap atau masih ada cairan yang tersisi dalam labu erlenmeyer, maka dapat mengakibatkan kesalahan dalam perhitungan massa jenis gas dan pada akhirnya mengakibatkan kesalahan pada perhitungan berat molekul.
2. Mahasiswa tidak mengetahui dengan pasti titik didih dari suatu sampel senyawa. Sehingga timbul pertanyaan apakah suhu penangas air yang tercatat sangat berpengaruh pada nilai berat molekul yang dihasilkan atau tidak. Pertanyaan ini timbul karena bila labu erlenmeyer dimasukkan dalam penangas air pada suhu misal 80 0C, maka cairan volatil tersebut akan menguap total pada suhu sedikit di atas 80 0C. Jika labu erlenmeyer dimasukkan berisi sampel volatil dimasukkan ke dalam penangas air pada suhu (misal) 90 0C, maka dalam perhitungan nilai berat molekul yang diperoleh akan pasti berbeda.
Rumus: P.V = n.R.T
3. Metode penentuan berat molekul berdasarkan massa jenis gas ini tidak cocok untuk senyawa dengan titik didih di atas 100 0C.
IDENTIFIKASI JENIS ALKOHOL PRIMER
DALAM REAKSI DEHIDRASI ALKOHOL
BERDASARKAN MASSA JENIS GAS ALKENA YANG DIHASILKAN
A. Data dan fakta.
Alkena adalah senyawa non polar. Gaya tarik antar molekul terjadi olehakibat gaya dispersi. Secara umum, sifat-sifat fisika alkena mirip dengan sifat-sifat fisika alkana. Alkena yang terdiri dari 2-4 atom karbon berwujud gas pada temperatur kamar. Alkena yang terdiri lima atau lebih atom karbon berupa cairan tidak berwarna dengan berat jenis lebih kecil daripada air. Alkena tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alkena lain, pelarut organik non polar, dan etanol. Alkena dapat dibuat dengan cara
mereaksikan alkohol (dalam percobaan ini digunakan alkohol primer) dengan H2SO4 pekat pada suhu 160-1700C. Perubahan alkohol primer menjadi alkena ini merupakan proses dehidrasi (pelepasan air).
Persamaan reaksinya:
H2SO4 pekat
160-1700C
CnH2n+2O CnH2n + H2O
Pada reaksi di atas, CnH2n+2O yang digunakan adalah alkohol primer.
Pada reaksi ini, H2SO4 pekat berfungsi sebagai dehidrator. Bila digunakan alkohol sekunder atau tersier, dehidratornya harus H2SO4 encer, karena penggunaan H2SO4 pekat menyebabkan alkena yang terbentuk mengalami polarisasi. Dalam hal kereaktifan dehidrasi diperoleh urutan alkohol primer > alkohol sekunder > alkohol tersier.
B. Masalah atau Kesenjangan.
Seringkali kita mengalami kesulitan untuk membedakan atau mengidentifikasi suatu alkohol primer. Misalnya jika kita diberi suatu sampel alkohol primer dan kita dituntut untuk mengidentifikasi atau menentukan nama apakah alkohol tersebut adalah propanol ataukah butanol ataukah pentanol, dst.
Apabila identifikasi jenis atau nama suatu alkohol primer tersebut dilakukan atas dasar reaksi alkohol dengan pereaksi tertentu, pasti sangat sulit. Hal ini dikarenakan
oleh, semua jenis alkohol mengalami reaksi sama, baik reaksi subtitusi maupun reaksi dengan senyawa yang lain. Yang membedakan dalam reaksi ini adalah struktur alkohol (primer, sekunder, tersier) merupakan penentu dari hasil reaksi.
C. Solusi.
1. Dasar teori.
Massa molekul relatif dadri suatu senyawa dapat ditentukan dengan berbagai metode tergantung dari sifat-sifat fisika senyawa yang bersangkutan. Massa molekul senyawa yang volatil dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan gas ideal dan massa jenis gas.
P.V = n.R.T, dengan konsep mol menjadi P.V = (m/Mr).R.T
Sehingga persamaanya dapat diubah menjadi P.Mr = (m/V).R.T = .R.T
Dimana: Mr = massa molekul
P = tekanan gas
V = volume gas
T = suhu ( 0K )
R = tetapan gas
= massa jenis gas
Suatu senyawa alkena dengan atom C lebih dari 5 yang dihasilkan dari dehidrasi suatu erlenmeyer (atom C lebih dari 5) dapat diketahui berat molekulnya berdasarkan massa jenis gas yang dihasilkan.
Bila suatu alkena (dengan titik didih < 1000C) ditempatkan dalam labu erlenmeyer yang mempunyai lubang kecil pada bagian penutupnya dan kemudian labu erlenmeyer tersebut dipanaskan sampai kurang lebih 1000C, maka cairan tadi akan menguap dan uap itu akan mendorong udara yang terdapat pada labu erlenmeyer keluar melalui lubang kecil tadi. Setelah semua udara keluar, pada akhirnya uap cairan tersebut akan keluar, sampai uap ini berhenti keluar bila keadaan setimbang tercapai, yaitu tekanan udara cairan dalam labu erlenmeyer sama dengan tekanan udara luar.
Pada kondisi kesetimbangan ini, labu erlenmeyer hanya berisi uap cairan dengan tekanan sama dengan atmosfer, volume sama dengan volume labu erlenmeyer dan suhu sama dengan suhu titik didih air dalam penangas air ( kurang lebih 1000C). Labu erlenmeyer ini
kemudian diambil dari penangas air, didinginkan dalam desikator dan ditimbang sehingga massa gas yang terdapat di dalamnya dapat diketahui. Kemudian dengan menggunakan persamaan P.Mr = .R.T, berat molekul senyawa tersebut dapat dapat ditentukan.
Bila alkena yang dihasilkan memiliki titik didih yang lebih besar, maka penangas yang berisi air dapat diganti dengan senyawa lain yang memiliki titik didih tinggi (misalnya minyak). Hal yang perlu diperhatikan adalah pengamatan harus secermat dan seteliti mungkin, hal ini dikarekan warna dari minyak dapat menghambat pengamatan pada saat cairan telah menguap semuanya. Pada saat pengeringan labu erlenmeyer, bagian luar labu juga harus benar-benar kering agar perhitungan berat molekul mendekati harga berat molekul yang sebenarnya.
2. Prosedur penyelesaian masalah.
1. Dimasukkan kurang lebih 5 ml alkohol cair yang akan diidentifikasi ke dalam tabung reaksi. Kemudian dipanaskan sampai suhu 160-1700C.
2. Ditambahkan tetes demi tetes H2SO4 pekat.
3. Alkena yang diperoleh dipisahkan dari H2O (alkena dapat dipisahkan dengan mudah dari air, karena alkena tidak larut dalam air).
4. Ambil sebuah labu erlenmeyer berleher kecil yang bersih dan kering, tutup labu erlenmeyer dengan menggunakan aluminium foil dan karet gelang
5. Timbang labu erlenmeyer tadi beserta aluminium foil dan karet gelang dengan menggunakan neraca analitik.
6. Masukkan kurang lebih 5 ml alkena hasil dehidrasi alkohol ke dalam labu erlenmeyer, kemudian tutup kembali dengan menggunakan karet gelang erat-erat sehingga tutup ini beersifat kedap udara. Dengan menggunakan jarum buatlah lubang kecil pada aluminium foil agar uap dapat keluar.
7. Rendam labu erlenmeyer dalam penangas air bersuhu kurang lebih 1000C (untuk alkena dengan titik didih 1000C) sedemikian sehingga air kurang lebih 1 cm di bawah aluminium foil. Biarkan labu erlenmeyer dalam penangas air sampai semua cairan menguap. Catat suhu penangas air tersebut.
8. Setelah semua ciran volatil dalam labu erlenmeyer menguap, angkatlah labu erlenmeyer dari penangas, keringkan air yang terdapat pada bagian luar labu erlenmeyer dengan lap, lalu tempatkan labu erlenmeyer dalam desikator. Uap cairan volatil yang terdapat dalm labu erlenmeyer akan kembali menjadi cairan.
9. Timbang labu erlenmeyer yang sudah dingin tadi dengan neraca analitik (jangan lepaskan tutup aluminium foil sebelum labu erlenmeyer ditimbang).
10. Tentukan volume labu erlenmeyer dengan jalan mengisi lebu erlenmeyer dengan air sampai penuh dan menimbang massa air yang terdapat dalam erlenmeyer. Volume air bisa diketahui bila massa jenis air pada suhu air dalam labu erlenmeyer diketahui dengan menggunakan rumus = m/V.
11. Ukur tekanan atmosfer dengan menggunakan barometer.
12. Dihitung berat molekul alkena dengan menggunakan faktor koreksi.
13. Berdasarkan persamaan reaksi dalam dehidrasi alkohol, tentukan jenis alkohol cair yang digunakan dalam reaksi dehidrasi.
Penggabungan IP Multicast dan PSVP
Internet telah digunakan sebagai meida yang cukup handal untuk transmisi data dengan batasan delay yang hampir atau bahkan tidak ada. Protokol TCP/IP telah didesain untuk trafik jenis ini dan dapat bekerja dengan baik Meskipun demikian, trafik multimedia yang telah dikompromikan dengan potensial penggunaan trafik multicast, mempunyai karakteristik yang berbeda dan pertimtaan yang lebih baik sehingga diperlukan penggunaan protocol yang berbeda untuk mendukung pelayanannya.
Misalnya : jika penerima harus menunggu untuk transmisi ulang TCP, maka dimungkinkan akan ada waktu jeda yang tidak dapat diterima, misalnya pada real-time data seperti audio, video atau data-data lain yang sensitive terhadap delay.
Mekanisme kontrol TCP , “Slow start”, dapat menginterferensi data audio dan video pada palyout rate. Ketika tidak ada diagram path yang tetap untuk aliran melalui internet, maka tidak ada mekanisme yang dapat menjamin tersedianya bandwith yang diperlukan untuk data multimedia antara pengirim dan penerima, jadi kualitas dari layanan tidak dapat dijamin. Sebagai tambahan lagi TCP tidak dapat mendukung timing informasi yang merupakan keperluan yang kritis utnuk mendukung multimedia.
Aplikasi-aplikasi multimedia dapat menjadi awal dari kompleksitas TCP dan digunakan didalam transport framework yang sederhana. Kebanyakan algoritma playback tidak dapat mentolelir adanya kehilangan data yang lebih banyak dari lengthy delay yang disebabkan oleh transmisi ulang dan juga tidak dapat sebagai jaminan dalam pengantaran data secara sequensial. Beberapa macam protocol telah dikembangkan untuk memperbaiki arsitekture internet dan menigkatkan dukungan untuk aplikasi multimedia, seperti audio, video, dan konfrensi interaktif multimedia. Protokol-rotokol yang dikembangkan tersebut misalnya RTP, RTCP, RSVP dan RTSP. Protocol berorientasi real-time didesain untuk dapat digunakan secara multicast atau unicast pada pelayanan jaringan.
Sejak beberapa aplikasi real-time dapat memelihara jaringan dan resource server dengan menggunakan IP Multicast, Maka keperluan dan karakteristik khusus harus dipertimbangkan dalam perancangan protocol. Seperti : scalability, multicast routing, dan akomodasi pada penerima dengan jumlah banyak dan heterogen.
Dengan mengikuti diskusi-diskusi tentang beberapa protocol yang digunakan untuk aplikasi multimedia secara real-time, dapat dilihat bahwa keandalan IP Multicast sangat dipertimbangkan. Keandalan pengantaran data diperlukan oleh beberapa aplikasi real-time maupun aplikasi non-real-time.
Pada pelayanan unicast IP, deteksi dan koreksi kesalahan dalam layer TCP sangat mendukung keandalannya. Untuk keandalan multicast, pendekatan baru dalam tracking acknowledgment dan deteksi dan koreksi kesalahan telah diterapkan, ketika sebuat IP multicast terkirim pada beribu-ribu penerima.
Resource Reservation Protocol (RSVP)
Resource Reservation Protocol (RSVP ) adalah sebuah resource reservation setup protocol yang didesain untuk diintegrasikan pada pelayanan internetworking. Sebuah aplikasi memerlukan RVSP untuk meminta end-to-end QoS yang spesifik untuk streaming data. RVSP bertujuan untuk secara efisien men-setup jaminan resouce reservation QoS yang dapat mendukung routing protocol unicast dam multicast dan dapat ditempatkan pada pengantara dalam group multicast yang besar. RSVP telah didefinikan pada IETF.
Misalnya : jika penerima harus menunggu untuk transmisi ulang TCP, maka dimungkinkan akan ada waktu jeda yang tidak dapat diterima, misalnya pada real-time data seperti audio, video atau data-data lain yang sensitive terhadap delay.
Mekanisme kontrol TCP , “Slow start”, dapat menginterferensi data audio dan video pada palyout rate. Ketika tidak ada diagram path yang tetap untuk aliran melalui internet, maka tidak ada mekanisme yang dapat menjamin tersedianya bandwith yang diperlukan untuk data multimedia antara pengirim dan penerima, jadi kualitas dari layanan tidak dapat dijamin. Sebagai tambahan lagi TCP tidak dapat mendukung timing informasi yang merupakan keperluan yang kritis utnuk mendukung multimedia.
Aplikasi-aplikasi multimedia dapat menjadi awal dari kompleksitas TCP dan digunakan didalam transport framework yang sederhana. Kebanyakan algoritma playback tidak dapat mentolelir adanya kehilangan data yang lebih banyak dari lengthy delay yang disebabkan oleh transmisi ulang dan juga tidak dapat sebagai jaminan dalam pengantaran data secara sequensial. Beberapa macam protocol telah dikembangkan untuk memperbaiki arsitekture internet dan menigkatkan dukungan untuk aplikasi multimedia, seperti audio, video, dan konfrensi interaktif multimedia. Protokol-rotokol yang dikembangkan tersebut misalnya RTP, RTCP, RSVP dan RTSP. Protocol berorientasi real-time didesain untuk dapat digunakan secara multicast atau unicast pada pelayanan jaringan.
Sejak beberapa aplikasi real-time dapat memelihara jaringan dan resource server dengan menggunakan IP Multicast, Maka keperluan dan karakteristik khusus harus dipertimbangkan dalam perancangan protocol. Seperti : scalability, multicast routing, dan akomodasi pada penerima dengan jumlah banyak dan heterogen.
Dengan mengikuti diskusi-diskusi tentang beberapa protocol yang digunakan untuk aplikasi multimedia secara real-time, dapat dilihat bahwa keandalan IP Multicast sangat dipertimbangkan. Keandalan pengantaran data diperlukan oleh beberapa aplikasi real-time maupun aplikasi non-real-time.
Pada pelayanan unicast IP, deteksi dan koreksi kesalahan dalam layer TCP sangat mendukung keandalannya. Untuk keandalan multicast, pendekatan baru dalam tracking acknowledgment dan deteksi dan koreksi kesalahan telah diterapkan, ketika sebuat IP multicast terkirim pada beribu-ribu penerima.
Resource Reservation Protocol (RSVP)
Resource Reservation Protocol (RSVP ) adalah sebuah resource reservation setup protocol yang didesain untuk diintegrasikan pada pelayanan internetworking. Sebuah aplikasi memerlukan RVSP untuk meminta end-to-end QoS yang spesifik untuk streaming data. RVSP bertujuan untuk secara efisien men-setup jaminan resouce reservation QoS yang dapat mendukung routing protocol unicast dam multicast dan dapat ditempatkan pada pengantara dalam group multicast yang besar. RSVP telah didefinikan pada IETF.
Pemodelan Jaringan xDSL
Internet saat ini sudah menjadi sebuah teknologi dan jaringan komunikasi data yang paling populer di planet ini. Pada lima tahun lalu, trafik telnet dan World Wide Web merupakan jenis-jenis trafik dominan. Akan tetapi, bentuk layanan yang ditawarkan Internet semakin beragam. Pengguna Internet mulai menggunakan aplikasi-aplikasi “pembunuh”, seperti video conference, telemedicine, distance learning, dan layanan-layanan lain yang banyak menghabiskan bandwidth.
Akan tetapi, teknologi Modem konvensional saat ini yang mempunyai rate maksimum 56 kbps tentu saja tidak dapat mengakomodasi layanan-layanan baru ini. Para pengguna Internet menginginkan kapasitas transfer data yang lebih besar agar dapat menggunakan aplikasi-aplikasi Internet secara wajar. Oleh karena itu, teknologi xDSL saat ini merupakan sebuah alternatif terbaik yang cocok diterapkan untuk mempercepat akses transfer data di subscriber lines.
Komponen Sistem DSL
Ada beberapa perlengkapan yang dibutuhkan untuk menyediakan layanan-layanan DSL. Komponen-komponen yang digunakan beserta fungsinya adalha sebagai berikut :
• Transport System
Komponen ini menyediakan interface transmisi backbone untuk sistem DSLAM (Digital Subscriber Line Access Multiplexer). Divais ini menyediakan interface, seperti T1/E1, T3/E3, OC-1, OC-3, STS-1, dan STS-3.
• Local Access Network
Local Access Network menggunakan local carrier inter-CO network sebagai fondasi. Switch ATM, Frame Relay, dan/atau router dapat digunakan untuk mengakses jaringan. Saat ini, ATM adalah sistem yang paling efisien.
• Multiservice Digital Subscriber Line Access Multiplexer (DSLAM)
DSLAM yang berada dalam lingkungan CO (central office) digunakan sebagai dasar untuk solusi DSL. DSLAM berfungsi untuk mengkonsentrasikan trafik data dari berbagai loop DSL yang kemudian akan dikirimkan ke backbone network untuk dihubungkan lagi ke jaringan lainnya. DSLAM dapatt mengirimkan layanan untuk aplikasi berbasis paket, cell, dan circuit, seperti DSL ke 10Base-T, 100Base-T, T1/E1, T3/E3, atau ATM.
• DSL Transceiver Unit (ATU-R)
Unit ini digunakan pada sisi pemakai. Koneksi ATU-R biasanya 10base-T, V.35, ATM-25, atau T1/E1. Alat multiport lain yang mendukung suara, data, dan video juga memungkinkan. ATU-R tersedia dalam berbagai konfigurasi. Selain sebagai modem DSL, ATU-R dapat juga digunakan untuk bridging, routing, TDM multiplexing, dan ATM multiplexing.
• POTS splitter
Divais ini ada pada CO dan pemakai yang memungkinkan loop digunakan untuk transmisi data kecepatan tinggi dan digunakan juga untuk komunikasi telepon. POTS splitter biasanya mempunyai 2 konfigurasi, yaitu splitter tunggal untuk pengguna rumah dan mass splitter untuk CO.
Model Jaringan
Layanan kecepatan tinggi yang diperlukan oleh pelanggan sebenarnya sudah banyak tersedia, antara lain :
• Layanan IP/LAN, seperti akses Internet atau remote LAN
• Layanan Frame Relay
• Layanan N 64
• Layanan ATM
Akan tetapi, layanan-layanan tersebut mempunyai biaya yang relatif lebih besar daripada teknologi DSL. Dengan DSL, kinerja layanan yang lebih tinggi dapat dicapai dengan biaya yang lebih rendah. Akan tetapi, perlu adanya dukungan terhadap layanan multiservice. Multiservice bukan berarti mendukung berbagai line code seperti 2B1Q, CAP, atau DMT, melainkan kemampuan untuk mendukung adanya layanan lain seperti Frame Relay, IP/LAN, N 64, dan ATM pada platform DSLAM.
Model jaringan ini akan menjelaskan bahwa DSL dari segi logika dapat mendukung multiple service. Dengan demikian, satu infrastruktur jaringan dapat menyediakan berbagai jenis layanan.
Akan tetapi, teknologi Modem konvensional saat ini yang mempunyai rate maksimum 56 kbps tentu saja tidak dapat mengakomodasi layanan-layanan baru ini. Para pengguna Internet menginginkan kapasitas transfer data yang lebih besar agar dapat menggunakan aplikasi-aplikasi Internet secara wajar. Oleh karena itu, teknologi xDSL saat ini merupakan sebuah alternatif terbaik yang cocok diterapkan untuk mempercepat akses transfer data di subscriber lines.
Komponen Sistem DSL
Ada beberapa perlengkapan yang dibutuhkan untuk menyediakan layanan-layanan DSL. Komponen-komponen yang digunakan beserta fungsinya adalha sebagai berikut :
• Transport System
Komponen ini menyediakan interface transmisi backbone untuk sistem DSLAM (Digital Subscriber Line Access Multiplexer). Divais ini menyediakan interface, seperti T1/E1, T3/E3, OC-1, OC-3, STS-1, dan STS-3.
• Local Access Network
Local Access Network menggunakan local carrier inter-CO network sebagai fondasi. Switch ATM, Frame Relay, dan/atau router dapat digunakan untuk mengakses jaringan. Saat ini, ATM adalah sistem yang paling efisien.
• Multiservice Digital Subscriber Line Access Multiplexer (DSLAM)
DSLAM yang berada dalam lingkungan CO (central office) digunakan sebagai dasar untuk solusi DSL. DSLAM berfungsi untuk mengkonsentrasikan trafik data dari berbagai loop DSL yang kemudian akan dikirimkan ke backbone network untuk dihubungkan lagi ke jaringan lainnya. DSLAM dapatt mengirimkan layanan untuk aplikasi berbasis paket, cell, dan circuit, seperti DSL ke 10Base-T, 100Base-T, T1/E1, T3/E3, atau ATM.
• DSL Transceiver Unit (ATU-R)
Unit ini digunakan pada sisi pemakai. Koneksi ATU-R biasanya 10base-T, V.35, ATM-25, atau T1/E1. Alat multiport lain yang mendukung suara, data, dan video juga memungkinkan. ATU-R tersedia dalam berbagai konfigurasi. Selain sebagai modem DSL, ATU-R dapat juga digunakan untuk bridging, routing, TDM multiplexing, dan ATM multiplexing.
• POTS splitter
Divais ini ada pada CO dan pemakai yang memungkinkan loop digunakan untuk transmisi data kecepatan tinggi dan digunakan juga untuk komunikasi telepon. POTS splitter biasanya mempunyai 2 konfigurasi, yaitu splitter tunggal untuk pengguna rumah dan mass splitter untuk CO.
Model Jaringan
Layanan kecepatan tinggi yang diperlukan oleh pelanggan sebenarnya sudah banyak tersedia, antara lain :
• Layanan IP/LAN, seperti akses Internet atau remote LAN
• Layanan Frame Relay
• Layanan N 64
• Layanan ATM
Akan tetapi, layanan-layanan tersebut mempunyai biaya yang relatif lebih besar daripada teknologi DSL. Dengan DSL, kinerja layanan yang lebih tinggi dapat dicapai dengan biaya yang lebih rendah. Akan tetapi, perlu adanya dukungan terhadap layanan multiservice. Multiservice bukan berarti mendukung berbagai line code seperti 2B1Q, CAP, atau DMT, melainkan kemampuan untuk mendukung adanya layanan lain seperti Frame Relay, IP/LAN, N 64, dan ATM pada platform DSLAM.
Model jaringan ini akan menjelaskan bahwa DSL dari segi logika dapat mendukung multiple service. Dengan demikian, satu infrastruktur jaringan dapat menyediakan berbagai jenis layanan.
MOTIVASI, SIKAP TERHADAP MENGAJAR DAN KONSEP DIRI
Abstract.
The purpose of this study was to investigate relationships among Maslow' needs hierarchy, educational attitudes and self-concept of students of College of Education, Lampung University. The sample consisted of 120 students in their fourth semester from all departments at College of Education, Lampung University. Three data-gathering instrument used in this study were:
(1) the work motivation questionnaire to measure the students' motivation,
(2) the teacher attitudes questionnaire to measure educational attitudes, and
(3) the adjectives self-description questionnaire to measure self-concepts. The data were analyzed by multiple regression techniques. Results of the study revealed that attitudes toward teaching and self-concept, operating jointly, significantly contributed to the variance in Maslow' needs hierarchy scales of basic, safety, and self-actualization needs.
The finding that self-concept and attitudes toward teaching were related to students motivation adds validity to theory of the relationships between attitudes, self-concept, and motivation. It confirms the belief that a student's behavior pattern can be conceived as a number of affective variables operating jointly. Moreover, it would seem reasonable for teacher education programs to gather data on both the students' attitudes toward teaching and self-concept so that insights might be gained into the students' motivations. This information might be added to the repertoire of screening devices. And so increase the probability of more effective candidate selection for teacher education.
Keyword: Maslow's needs hierarchy, attitudes toward teaching, self-concept.
Telah banyak penelitian yang berkaitan dengan karakteristik kepribadian dan performasi colon guru dilakukan. Namun bukti yang berkaitan dengan sifat hubungan ini masih belum jelas. Para ahli psikologi yang tertarik dengan penelitian karakteristik kepribadian, motivasi, dan prilaku manusia, percaya bahwa motivasi memberikan ragam dalam intensitas prilaku manusia, serta arah terhadap prilaku tersebut.
Kebutuhan penelitian yang berhubungan dengan motivasi dalam dunia pendidikan guru
telah diidentifikasi oleh Turner sejak tahun1975 yang menyatakan bahwa:
Studies ... probe more deeply into the motivational basis ... [of student teachers] are needed. An efficient professional training system is one which invest substantial fund in the training ... [of] ... the least ... motivated candidates. A more efficient system would devote more intense and systematic training of the most talented and well motivated aspirants (hal.108-109).
Pentingnya kebutuhan tersebut juga telah dibahas oleh Howson (1976) dalam laporan The Bicentennial Commission on Education for the Profession of Teaching, yang menyatakan bahwa "society now demands a new breed of teachers – a well prepared, high motivated professional".
Dengan demikian, bila program pendidikan guru seperti FKIP ini mencari mahasiswa yang memiliki minat untuk menjadi guru serta memiliki kompetensi mengajar, akan lebih ekonomis apabila memilih para calon guru yang menunjukkan motivasi tinggi terhadap mengajar yang mungkin akan berkaitan dengan keberhasilan calon guru tersebut. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti hubungan antara motivasi, sikap terhadap mengajar, dan konsep diri mahasiswa FKIP Universitas Lampung.
Motivasi
Teori motivasi Maslow (1954) menyatakan bahwa:
An attempt to formulate a positive theory of motivation which will satisfy theoretical demands [while] confirming to known facts (about human behavior), clinical and observational, as well as experimental .(hal. 86).
Teori yang digambarkan oleh Maslow tersebut memfokuskan pada 5 tingkatan kebutuhan (needs). Kebutuhan tersebut menggambarkan suatu kekuatan di belakang prilaku manusia; dan tingkat kebutuhan seseorang akan berbeda tergantung kepada individu masing-masing yang memerlukan kebutuhan itu. Kelima kebutuhan yang diungkapkan oleh Maslow tersebut adalah kebutuhan dasar (fisiologis), rasa aman (emosional), rasa memiliki (sosial), status-ego (personal), dan aktualisasi diri (personality). Menurut Maslow, suatu kebutuhan hanya dapat dipuaskan bila kebutuhan yang pada tingkatan yang lebih rendah telah terpenuhi, yang diatur dalam suatu hirarki yang disebut prepotensi. Misalnya, seseorang tak akan berhasil memenuhi kebutuhan aktualisasi diri (pengembangan diri) bila taraf pertama yang paling fundamental, yakni kebutuhan fisiologis (seperti makanan, minuman, dan sandang) tidak terpenuhi. Kebutuhan tersebut harus dapat dicapai agar kebutuhan-kebutuhan individu lainnya dapat dipuaskan, dan dimulai dari kebutuhan dasar (fisiologis).
Teori Maslow telah banyak digunakan secara luas dalam dunia industri untuk menunjukkan adanya hubungan antara pekerja dengan performansi kerja (Robert, 1972). Wamer (1978) juga telah melakukan penelitian tentang hubungan antara mahasiswa calon guru dalam hubungannya dengan praktek mengajar. Hasil penelitian Wamer menunjukkan bahwa ada hubungan yang logis antara hirarki kebutuhan Maslow, sikap kependidikan, dan konsep diri mahasiswa.
Sikap dan Motivasi
Para ahli psikologi menyatakan tentang adanya dua variabel sikap, yaitu: (a) sikap terhadap mengajar (Young, 1973), dan (b) konsep diri (Le Benne dan Gresene, 1965) yang secara erat dapat disatukan dengan motivasi; dengan asumsi bahwa variabel sikap bukan hanya memiliki kualitas motivasi yang dapat tumbuh dan mengatur prilaku, tetapi juga memberikan arah terhadap prilaku individu.
Sikap terhadap Mengajar
Aspek motivasi dari sikap dinyatakan oleh Young (1973):
As primary motives (attitudes) arouse behavior; they sustain or terminate an activity and progress, they regulate and organize behavior ... and they lead to the acquisition of motives, stable dispositions to act. (hal. 194).
Pernyataan tersebut menggambarkan bagaimana sikap dapat membangkitkan, mengatur dan mengorganisasikan prilaku individu terhadap sekumpulan objek. Walau pun hubungan antara sikap dan prilaku tidak secara mudah dapat diidentifikasi, namun fungsi sikap dapat masuk dan menentukan prilaku manusia. Menurut Peak (1955), sikap memiliki "the effect emphasizing objects ... with the result that their probability of activation and of choice and selection is increased". Dengan kata lain, sikap dapat mengatur apakah seseorang dapat menerima atau menolak terhadap rangsangan suatu objek, misalnya perasaan suka dan tidak suka, menyenangkan atau tidak menyenangkan. Kesimpulannya, sikap terhadap suatu objek dapat mempengaruhi pilihan seseorang terhadap objek tersebut, dan oleh karena itu dapat menentukan arah yang akan diambil oleh individu yang bersangkutan.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan mahasiswa FKIP adalah sikap mahasiswa terhadap mengajar. Kemampuan mahasiswa untuk meningkatkan siswa belajar dapat dipengaruhi oleh sikapnya terhadap belajar. Kasus konflik antara guru dengan mahasiswa tentang ketidak disiplinan mahasiswa, kasus ketergantungan mahasiswa terhadap sesuatu dalam belajar, misalnya, menunjukkan bahwa hubungan antara guru dengan mahasiswa merupakan suatu hubungan yang sangat penting dalam keberhasilan belajar mahasiswa.
Konsep Diri
Variabel kedua yang memiliki hubungan erat dengan motivasi adalah konsep diri. Menurut Traver (1973) bahwa konsep diri memiliki energi yang berpengaruh terhadap prilaku guru, menghasilkan kegiatan pembelajaran yang penuh semangat, dan adanya rasa percaya bahwa pembelajaran tersebut bermanfaat. Sejalan dengan Traver, Purkey (1975) menyatakan bahwa alasan konsep diri dikaitkan dengan motivasi adalah bahwa motif di belakang seluruh prilaku seorang guru dapat memelihara serta meningkatkan pemahaman dirinya sebagai manusia, dan sebagai seorang guru; yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap penampilannya di dalam kelas.
Dari pemahaman akan dirinya diharapkan ia bisa membimbing serta mengatur prilakunya. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang menilai dirinya efesien, cekatan, dan tangkas, akan berprilaku sangat berbeda dengan mahasiswa yang merasa malas, kurang bertanggung jawab, dan merasa bodoh. Oleh karena itu, perbedaan prilaku mahasiswa akan tergantung pada apakah melihat dirinya sebagai mahasiswa periang, sabar, dan penuh semangat atau mahasiswa yang emosional, egois, dan tak acuh. Dengan demikian, konsep diri mahasiswa akan sangat berperanan penting dalam mempengaruhi prilakunya di dalam kelas dan menentukan hasil belajar di kelas tersebut (Snygg & Cmbs, 1965).
METODE PENELITIAN
Sampel
Dengan menggunakan teknik penyampelan acak sederhana, seluruh populasi yang berjumlah 230 orang mahasiswa, dipilih 120 mahasiswa FKIP Unila semester tiga dan empat dari semua jurusan sebagai sampel. Dengan rincian: mahasiswa jurusan pendidikan MIPA sebanyak 40 orang, mahasiswa jurusan pendidikan IPS sebanyak 40 orang, dan mahasiswa jurusan pendidikan bahasa dan seni sebanyak 40 orang.
Alat Pengmpul Data
Tiga alat pengumpul data yang digunaan dalam penelitian ini, yaitu: (1) kuisioner yang
berkaitan dengan motivasi kerja, digunakan untuk mengukur lima skala motivasi: kebutuhan dasar, rasa aman, rasa memiliki, status-ego, dan aktualisasi diri mahasiswa, (2) kuisioner yang berkaitan dengan sikap terhadap mengajar, digunakan untuk mengukur sikap colon guru terhadap tanggung jawab siswa, kerjasama siswa, dan kemandirian siwa dalam belajar, dan (3) kuisioner yang berkaitan dengan konsep diri digunakan untuk mengukur: sikap social mahasiswa, prilaku sosial, kebiasaan, orientasi sosial, dan stabilitas emosional mahasiswa.
Seluruh instrumen telah diuji-cobakan kepada mahasiswa FKIP selain sampel penelitian, dengan hasil uji coba menurut Coefficient Alpha (a) dari Cronbach secara berurutan adalah sebagai berikut: 0,62; 0,70; dan 0,74.
Analisis Data
Regresi berganda (Muitipie Regression) digunakan dalam menganalisis data penelitian ini, dengan menggunakan tingkat signifikansi Q 0,05.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini menjawab hipotesis penelitian yang diajukan, yaitu: Motivasi, konsep diri dan sikap terhadap mengajar secara statistic sigfnifikan dikaitkan dengan motivasi kerja mahasiswa. Hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan lima skala motivasi dalam kuisioner sebagai variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap mahasiswa terhadap mengajar dan konsep diri mahasiswa. Variabel terikat sebagai predictor variabel bebas.
Kebutuhan Dasar
Jumlah R menunjukkan (Tabel 1) bahwa 20% dari ragam dalam sejumlah kebutuhan dasar dijelaskan oleh variabel sikap terhadap mengajar dan konsep diri. R berganda menunjukkan arah hubungan positif pada 0,4495. Dengan seluruh variabel terikat masuk dalam ekuasi regresi koefesien R berganda memiliki nilai F. 2,04, dengan tingkat signifikansi 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa adanya dukungan terhadap hipotesis (Hipotesis diterima). Variansi dalam kebutuhan dasar secara signifikan dipengruhi oleh sikap terhadap mengajar dan konsep diri.
Rasa Aman
Hasil analisis regresi skor kebutuhan rasa aman dihubungkan dengan skor sikap terhadap mengajar dan konsep diri mahasiswa menunjukkan (Tabel 1) bahwa 23% dari variansi dalam kebutuhan rasa aman dijelaskan oleh sikap terhadap mengajar dan konsep diri. Positif R berganda 0,4696 menggambarkan nilai F 2,28 sampai pada tingkat signifikan mendukung atau menerima hipotesis. Dengan demikian, kebutuhan rasa aman secara signifikan dipengaruhi oleh sikap terhadap mengajar dan konsep diri
mahasiswa.
Rasa Memiliki
Hasil analisis regresi berganda terhadap kebutuhan rasa memiliki sebagai kriteria variable (Tabel 1) menunjukkan 10, 25% dari variansi dalam kebutuhan rasa memiliki dipengaruhi oleh sikap terhadap mengajar dan konsep diri. Positif R berganda 0.3202 menghasilkan nilai F 1,00 yang menunjukkan tidak signifikan pada tingkat p 0,05. Jadi rasa memiliki secara signifikan tidak dipengaruhi oleh sikap mahasiswa terhadap mengajar dan konsep diri mahasiswa. Dengan demikian, hipotesis penelitan ditolak.
Stastus Ego
Tabel 1 menunjukkan hanya 6,1% jumlah variansi dalam kebutuhan status ego dijelaskan oleh pelaksanaan bersama antar sikap mahasiswa terhadap mengajar dan konsep diri mahasiswa. Nilai
signifikan P 0,05. Jadi kebutuhan status ego tidak dipengaruhi secara signifikan oleh sikap mahsasiswa terhadap mengajar dan konsep diri mahasiswa. Oleh karena itu hipotesis penelitian ditolak.
Aktualisasi Diri
Hasil analisis regresi sikap mahasiswa terhadap mengajar dan konsep diri menunjukkan bahwa variabel ini menjelaskan 20,3% dari ragam aktualisasi diri (Tabel 1). Dengan positif R. berganda 0,4505, nilai F adalah 2,06 dan tingkat signifikan p. 0,05. Jadi, temuan hasil penelitian mendukung atau menerima hipotesis.
Dengan demikian, hasil analisis regresi berganda terhadap variabel bebas (5 kebutuhan Maslow) menunjukkan bahwa variabel terikat (sikap terhadap mengajar dan konsep diri) memberikan kontribusi secara signifikan (secara berturut-turut 20, 22 dan 20%) terhadap variansi dalam motivasi dengan tingkat signifikan pada p 0,05. Jadi hipotesis yang menyatakan bahwa motivasi berhubungan dengan sikap terhadap mengajar dan konsep diri telah didukung atau diterima.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka kesimpulan hasil penelitian ini adalah bahwa konsep diri dan sikap terhadap mengajar berhubungan positif dengan skala motivasi mahasiswa yang meliputi kebutuhan dasar, rasa aman, dan kebutuhan aktualisasi diri. Hasil penelitian ini menambah validitas terhadap kerangka teori yang menyatakan bahwa konsep diri dan sikap terhadap mengajar berhubungan erat dengan motivasi.
Temuan ini penting bagi dunia pendidikan dengan beberapa alasan.
(1) temuan ini menkonfirmasikan kepercayaan bahwa bentuk prilaku mahasiswa FKIP dapat dipahami sebagai sejumlah variabel afektif. Oleh karena itu, ada alasan untuk menyarankan agar sejumlah variabel afektif lainnya perlu diteliti dan mendapat perhatian,
(2) Bagi program pendidikan guru, hal ini beralasan untuk mengumpulkan data baik dari sikap terhadap pendidikan maupun konsep diri sehingga pemahaman secara mendalam tentang motivasi dapat diperoleh mahasiswa. Dua masalah luas tersebut mengacu kepada kesimpulan yang spesifik bahwa sikap terhadap mengajar dan konsep diri berkaitan dengan prilaku mahasiswa yang mungkin perlu memperhatikan kondisi sekolah yang lebih menyenangkan, meminimalkan ketidak nyamanan lingkungan sekolah, jam mengajar yang proporsional sehingga dimungkinkan adanya waktu untuk santai (kebutuhan dasar), (b) ketaatan pada peraturan sekolah, rencana belajar, dan pemenuhan terhadap otoritas (kebutuhan rasa
aman), dan (c) aturan di kelas yang memungkinkan bagi pertumbuhan personal, perolehan hasil belajar, dan kepuasan, (kebutuhan aktualisasi diri). Hal-hal tersebut dimaksudkan bahwa sikap dan konsep diri mahasiswa calon guru berkaitan erat dengan motivasi yang mengendalikan prilaku mahasiswa terhadap tantangan dan tugas mahasiswa yang bersifat pribadi.
Sumber http: pakguruonline.pendidikan.net
The purpose of this study was to investigate relationships among Maslow' needs hierarchy, educational attitudes and self-concept of students of College of Education, Lampung University. The sample consisted of 120 students in their fourth semester from all departments at College of Education, Lampung University. Three data-gathering instrument used in this study were:
(1) the work motivation questionnaire to measure the students' motivation,
(2) the teacher attitudes questionnaire to measure educational attitudes, and
(3) the adjectives self-description questionnaire to measure self-concepts. The data were analyzed by multiple regression techniques. Results of the study revealed that attitudes toward teaching and self-concept, operating jointly, significantly contributed to the variance in Maslow' needs hierarchy scales of basic, safety, and self-actualization needs.
The finding that self-concept and attitudes toward teaching were related to students motivation adds validity to theory of the relationships between attitudes, self-concept, and motivation. It confirms the belief that a student's behavior pattern can be conceived as a number of affective variables operating jointly. Moreover, it would seem reasonable for teacher education programs to gather data on both the students' attitudes toward teaching and self-concept so that insights might be gained into the students' motivations. This information might be added to the repertoire of screening devices. And so increase the probability of more effective candidate selection for teacher education.
Keyword: Maslow's needs hierarchy, attitudes toward teaching, self-concept.
Telah banyak penelitian yang berkaitan dengan karakteristik kepribadian dan performasi colon guru dilakukan. Namun bukti yang berkaitan dengan sifat hubungan ini masih belum jelas. Para ahli psikologi yang tertarik dengan penelitian karakteristik kepribadian, motivasi, dan prilaku manusia, percaya bahwa motivasi memberikan ragam dalam intensitas prilaku manusia, serta arah terhadap prilaku tersebut.
Kebutuhan penelitian yang berhubungan dengan motivasi dalam dunia pendidikan guru
telah diidentifikasi oleh Turner sejak tahun1975 yang menyatakan bahwa:
Studies ... probe more deeply into the motivational basis ... [of student teachers] are needed. An efficient professional training system is one which invest substantial fund in the training ... [of] ... the least ... motivated candidates. A more efficient system would devote more intense and systematic training of the most talented and well motivated aspirants (hal.108-109).
Pentingnya kebutuhan tersebut juga telah dibahas oleh Howson (1976) dalam laporan The Bicentennial Commission on Education for the Profession of Teaching, yang menyatakan bahwa "society now demands a new breed of teachers – a well prepared, high motivated professional".
Dengan demikian, bila program pendidikan guru seperti FKIP ini mencari mahasiswa yang memiliki minat untuk menjadi guru serta memiliki kompetensi mengajar, akan lebih ekonomis apabila memilih para calon guru yang menunjukkan motivasi tinggi terhadap mengajar yang mungkin akan berkaitan dengan keberhasilan calon guru tersebut. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti hubungan antara motivasi, sikap terhadap mengajar, dan konsep diri mahasiswa FKIP Universitas Lampung.
Motivasi
Teori motivasi Maslow (1954) menyatakan bahwa:
An attempt to formulate a positive theory of motivation which will satisfy theoretical demands [while] confirming to known facts (about human behavior), clinical and observational, as well as experimental .(hal. 86).
Teori yang digambarkan oleh Maslow tersebut memfokuskan pada 5 tingkatan kebutuhan (needs). Kebutuhan tersebut menggambarkan suatu kekuatan di belakang prilaku manusia; dan tingkat kebutuhan seseorang akan berbeda tergantung kepada individu masing-masing yang memerlukan kebutuhan itu. Kelima kebutuhan yang diungkapkan oleh Maslow tersebut adalah kebutuhan dasar (fisiologis), rasa aman (emosional), rasa memiliki (sosial), status-ego (personal), dan aktualisasi diri (personality). Menurut Maslow, suatu kebutuhan hanya dapat dipuaskan bila kebutuhan yang pada tingkatan yang lebih rendah telah terpenuhi, yang diatur dalam suatu hirarki yang disebut prepotensi. Misalnya, seseorang tak akan berhasil memenuhi kebutuhan aktualisasi diri (pengembangan diri) bila taraf pertama yang paling fundamental, yakni kebutuhan fisiologis (seperti makanan, minuman, dan sandang) tidak terpenuhi. Kebutuhan tersebut harus dapat dicapai agar kebutuhan-kebutuhan individu lainnya dapat dipuaskan, dan dimulai dari kebutuhan dasar (fisiologis).
Teori Maslow telah banyak digunakan secara luas dalam dunia industri untuk menunjukkan adanya hubungan antara pekerja dengan performansi kerja (Robert, 1972). Wamer (1978) juga telah melakukan penelitian tentang hubungan antara mahasiswa calon guru dalam hubungannya dengan praktek mengajar. Hasil penelitian Wamer menunjukkan bahwa ada hubungan yang logis antara hirarki kebutuhan Maslow, sikap kependidikan, dan konsep diri mahasiswa.
Sikap dan Motivasi
Para ahli psikologi menyatakan tentang adanya dua variabel sikap, yaitu: (a) sikap terhadap mengajar (Young, 1973), dan (b) konsep diri (Le Benne dan Gresene, 1965) yang secara erat dapat disatukan dengan motivasi; dengan asumsi bahwa variabel sikap bukan hanya memiliki kualitas motivasi yang dapat tumbuh dan mengatur prilaku, tetapi juga memberikan arah terhadap prilaku individu.
Sikap terhadap Mengajar
Aspek motivasi dari sikap dinyatakan oleh Young (1973):
As primary motives (attitudes) arouse behavior; they sustain or terminate an activity and progress, they regulate and organize behavior ... and they lead to the acquisition of motives, stable dispositions to act. (hal. 194).
Pernyataan tersebut menggambarkan bagaimana sikap dapat membangkitkan, mengatur dan mengorganisasikan prilaku individu terhadap sekumpulan objek. Walau pun hubungan antara sikap dan prilaku tidak secara mudah dapat diidentifikasi, namun fungsi sikap dapat masuk dan menentukan prilaku manusia. Menurut Peak (1955), sikap memiliki "the effect emphasizing objects ... with the result that their probability of activation and of choice and selection is increased". Dengan kata lain, sikap dapat mengatur apakah seseorang dapat menerima atau menolak terhadap rangsangan suatu objek, misalnya perasaan suka dan tidak suka, menyenangkan atau tidak menyenangkan. Kesimpulannya, sikap terhadap suatu objek dapat mempengaruhi pilihan seseorang terhadap objek tersebut, dan oleh karena itu dapat menentukan arah yang akan diambil oleh individu yang bersangkutan.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan mahasiswa FKIP adalah sikap mahasiswa terhadap mengajar. Kemampuan mahasiswa untuk meningkatkan siswa belajar dapat dipengaruhi oleh sikapnya terhadap belajar. Kasus konflik antara guru dengan mahasiswa tentang ketidak disiplinan mahasiswa, kasus ketergantungan mahasiswa terhadap sesuatu dalam belajar, misalnya, menunjukkan bahwa hubungan antara guru dengan mahasiswa merupakan suatu hubungan yang sangat penting dalam keberhasilan belajar mahasiswa.
Konsep Diri
Variabel kedua yang memiliki hubungan erat dengan motivasi adalah konsep diri. Menurut Traver (1973) bahwa konsep diri memiliki energi yang berpengaruh terhadap prilaku guru, menghasilkan kegiatan pembelajaran yang penuh semangat, dan adanya rasa percaya bahwa pembelajaran tersebut bermanfaat. Sejalan dengan Traver, Purkey (1975) menyatakan bahwa alasan konsep diri dikaitkan dengan motivasi adalah bahwa motif di belakang seluruh prilaku seorang guru dapat memelihara serta meningkatkan pemahaman dirinya sebagai manusia, dan sebagai seorang guru; yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap penampilannya di dalam kelas.
Dari pemahaman akan dirinya diharapkan ia bisa membimbing serta mengatur prilakunya. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang menilai dirinya efesien, cekatan, dan tangkas, akan berprilaku sangat berbeda dengan mahasiswa yang merasa malas, kurang bertanggung jawab, dan merasa bodoh. Oleh karena itu, perbedaan prilaku mahasiswa akan tergantung pada apakah melihat dirinya sebagai mahasiswa periang, sabar, dan penuh semangat atau mahasiswa yang emosional, egois, dan tak acuh. Dengan demikian, konsep diri mahasiswa akan sangat berperanan penting dalam mempengaruhi prilakunya di dalam kelas dan menentukan hasil belajar di kelas tersebut (Snygg & Cmbs, 1965).
METODE PENELITIAN
Sampel
Dengan menggunakan teknik penyampelan acak sederhana, seluruh populasi yang berjumlah 230 orang mahasiswa, dipilih 120 mahasiswa FKIP Unila semester tiga dan empat dari semua jurusan sebagai sampel. Dengan rincian: mahasiswa jurusan pendidikan MIPA sebanyak 40 orang, mahasiswa jurusan pendidikan IPS sebanyak 40 orang, dan mahasiswa jurusan pendidikan bahasa dan seni sebanyak 40 orang.
Alat Pengmpul Data
Tiga alat pengumpul data yang digunaan dalam penelitian ini, yaitu: (1) kuisioner yang
berkaitan dengan motivasi kerja, digunakan untuk mengukur lima skala motivasi: kebutuhan dasar, rasa aman, rasa memiliki, status-ego, dan aktualisasi diri mahasiswa, (2) kuisioner yang berkaitan dengan sikap terhadap mengajar, digunakan untuk mengukur sikap colon guru terhadap tanggung jawab siswa, kerjasama siswa, dan kemandirian siwa dalam belajar, dan (3) kuisioner yang berkaitan dengan konsep diri digunakan untuk mengukur: sikap social mahasiswa, prilaku sosial, kebiasaan, orientasi sosial, dan stabilitas emosional mahasiswa.
Seluruh instrumen telah diuji-cobakan kepada mahasiswa FKIP selain sampel penelitian, dengan hasil uji coba menurut Coefficient Alpha (a) dari Cronbach secara berurutan adalah sebagai berikut: 0,62; 0,70; dan 0,74.
Analisis Data
Regresi berganda (Muitipie Regression) digunakan dalam menganalisis data penelitian ini, dengan menggunakan tingkat signifikansi Q 0,05.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini menjawab hipotesis penelitian yang diajukan, yaitu: Motivasi, konsep diri dan sikap terhadap mengajar secara statistic sigfnifikan dikaitkan dengan motivasi kerja mahasiswa. Hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan lima skala motivasi dalam kuisioner sebagai variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap mahasiswa terhadap mengajar dan konsep diri mahasiswa. Variabel terikat sebagai predictor variabel bebas.
Kebutuhan Dasar
Jumlah R menunjukkan (Tabel 1) bahwa 20% dari ragam dalam sejumlah kebutuhan dasar dijelaskan oleh variabel sikap terhadap mengajar dan konsep diri. R berganda menunjukkan arah hubungan positif pada 0,4495. Dengan seluruh variabel terikat masuk dalam ekuasi regresi koefesien R berganda memiliki nilai F. 2,04, dengan tingkat signifikansi 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa adanya dukungan terhadap hipotesis (Hipotesis diterima). Variansi dalam kebutuhan dasar secara signifikan dipengruhi oleh sikap terhadap mengajar dan konsep diri.
Rasa Aman
Hasil analisis regresi skor kebutuhan rasa aman dihubungkan dengan skor sikap terhadap mengajar dan konsep diri mahasiswa menunjukkan (Tabel 1) bahwa 23% dari variansi dalam kebutuhan rasa aman dijelaskan oleh sikap terhadap mengajar dan konsep diri. Positif R berganda 0,4696 menggambarkan nilai F 2,28 sampai pada tingkat signifikan mendukung atau menerima hipotesis. Dengan demikian, kebutuhan rasa aman secara signifikan dipengaruhi oleh sikap terhadap mengajar dan konsep diri
mahasiswa.
Rasa Memiliki
Hasil analisis regresi berganda terhadap kebutuhan rasa memiliki sebagai kriteria variable (Tabel 1) menunjukkan 10, 25% dari variansi dalam kebutuhan rasa memiliki dipengaruhi oleh sikap terhadap mengajar dan konsep diri. Positif R berganda 0.3202 menghasilkan nilai F 1,00 yang menunjukkan tidak signifikan pada tingkat p 0,05. Jadi rasa memiliki secara signifikan tidak dipengaruhi oleh sikap mahasiswa terhadap mengajar dan konsep diri mahasiswa. Dengan demikian, hipotesis penelitan ditolak.
Stastus Ego
Tabel 1 menunjukkan hanya 6,1% jumlah variansi dalam kebutuhan status ego dijelaskan oleh pelaksanaan bersama antar sikap mahasiswa terhadap mengajar dan konsep diri mahasiswa. Nilai
signifikan P 0,05. Jadi kebutuhan status ego tidak dipengaruhi secara signifikan oleh sikap mahsasiswa terhadap mengajar dan konsep diri mahasiswa. Oleh karena itu hipotesis penelitian ditolak.
Aktualisasi Diri
Hasil analisis regresi sikap mahasiswa terhadap mengajar dan konsep diri menunjukkan bahwa variabel ini menjelaskan 20,3% dari ragam aktualisasi diri (Tabel 1). Dengan positif R. berganda 0,4505, nilai F adalah 2,06 dan tingkat signifikan p. 0,05. Jadi, temuan hasil penelitian mendukung atau menerima hipotesis.
Dengan demikian, hasil analisis regresi berganda terhadap variabel bebas (5 kebutuhan Maslow) menunjukkan bahwa variabel terikat (sikap terhadap mengajar dan konsep diri) memberikan kontribusi secara signifikan (secara berturut-turut 20, 22 dan 20%) terhadap variansi dalam motivasi dengan tingkat signifikan pada p 0,05. Jadi hipotesis yang menyatakan bahwa motivasi berhubungan dengan sikap terhadap mengajar dan konsep diri telah didukung atau diterima.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka kesimpulan hasil penelitian ini adalah bahwa konsep diri dan sikap terhadap mengajar berhubungan positif dengan skala motivasi mahasiswa yang meliputi kebutuhan dasar, rasa aman, dan kebutuhan aktualisasi diri. Hasil penelitian ini menambah validitas terhadap kerangka teori yang menyatakan bahwa konsep diri dan sikap terhadap mengajar berhubungan erat dengan motivasi.
Temuan ini penting bagi dunia pendidikan dengan beberapa alasan.
(1) temuan ini menkonfirmasikan kepercayaan bahwa bentuk prilaku mahasiswa FKIP dapat dipahami sebagai sejumlah variabel afektif. Oleh karena itu, ada alasan untuk menyarankan agar sejumlah variabel afektif lainnya perlu diteliti dan mendapat perhatian,
(2) Bagi program pendidikan guru, hal ini beralasan untuk mengumpulkan data baik dari sikap terhadap pendidikan maupun konsep diri sehingga pemahaman secara mendalam tentang motivasi dapat diperoleh mahasiswa. Dua masalah luas tersebut mengacu kepada kesimpulan yang spesifik bahwa sikap terhadap mengajar dan konsep diri berkaitan dengan prilaku mahasiswa yang mungkin perlu memperhatikan kondisi sekolah yang lebih menyenangkan, meminimalkan ketidak nyamanan lingkungan sekolah, jam mengajar yang proporsional sehingga dimungkinkan adanya waktu untuk santai (kebutuhan dasar), (b) ketaatan pada peraturan sekolah, rencana belajar, dan pemenuhan terhadap otoritas (kebutuhan rasa
aman), dan (c) aturan di kelas yang memungkinkan bagi pertumbuhan personal, perolehan hasil belajar, dan kepuasan, (kebutuhan aktualisasi diri). Hal-hal tersebut dimaksudkan bahwa sikap dan konsep diri mahasiswa calon guru berkaitan erat dengan motivasi yang mengendalikan prilaku mahasiswa terhadap tantangan dan tugas mahasiswa yang bersifat pribadi.
Sumber http: pakguruonline.pendidikan.net
MODERNISASI SEBAGAI KASUS PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA
Dalam suatu proses modernisasi, suatu proses perubahan yang direncanakan, melibatkan semua kondisi atau nilai-nilai sosial dan kebudayaan secara integratif. Atas dasar ini, semua pihak, apakah tokoh ? Tokoh masyarakat, formal atau non-formal, anggota masyarakat lainnya, apakah dalam skala individual atau pun dalam skala kelompok, seyogianya memahami dan menyadari, bahwa, manakala salah satu aspek atau unsur sosial atau kebudayaan mengalami perubahan, maka unsur-unsur lainnya mesti menghadapi dan mengharmonisikan kondisinya dengan unsur-unsur lain yang telah berubah terlebih dulu.
Oleh karena itu mesti memahami dan menyadari bahwa sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan ada yang berkualifikasi norma (norm) dan nilai (value). Di mana norma skala keberlakuannya tergantung pada aspek waktu, ruang (tempat, dan kelompok sosial yang bersangkutan; sedangkan nilai (value) skala keberlakuannya lebih universal. Dalam tatanan masyarakat yang maju atau modern, maka nilai-nilai sosial dan kultural yang bersifat universal mendominasi dan mengisi semua mosaik kehidupan masyarakat yang bersangkutan.
Orientasi Perubahan
Yang dimaksudkan orientasi atau arah perubahan di sini meliputi beberapa orientasi, antara lain (1) perubahan dengan orientasi pada upaya meninggalkan faktor-faktor atau unsur-unsur kehidupan sosial yang mesti ditinggalkan atau diubah, (2) perubahan dengan orientasi pada suatu bentuk atau unsur yang memang bentuk atau unsur baru, (3) suatu perubahan yang berorientasi pada bentuk, unsur, atau nilai yang telah eksis atau ada pada masa lampau.
Tidaklah jarang suatu masyarakat atau bangsa yang selain berupaya mengadakan proses modernisasi pada berbagai bidang kehidupan, apakah aspek ekonomis, birokrasi, pertahanan keamanan, dan bidang iptek; namun demikian, tidaklah luput perhatian masyarakat atau bangsa yang bersangkutan untuk berupaya menyelusuri, mengeksplorasi, dan menggali serta menemukan unsur-unsur atau nilai-nilai kepribadian atau jatidiri sebagai bangsa yang bermartabat.
Dalam memantapkan orientasi suatu proses perubahan, ada beberapa faktor yang memberikan kekuatan pada gerak perubahan tersebut, yang antara lain adalah sebagai berikut,
(1) suatu sikap, baik skala individu maupun skala kelompok, yang mampu menghargai karya pihak lain, tanpa dilihat dari skala besar atau kecilnya produktivitas kerja itu sendiri,
(2) adanya kemampuan untuk mentolerir adanya sejumlah penyimpangan dari bentuk-bentuk atau unsur-unsur rutinitas, sebab pada hakekatnya salah satu pendorong perubahan adanya individu-individu yang menyimpang dari hal-hal yang rutin.,
(3) mengokohkan suatu kebiasaan atau sikap mental yang mampu memberikan penghargaan (reward) kepada pihak lain (individual, kelompok) yang berprestasi dalam berinovasi, baik dalam bidang sosial, ekonomi, dan iptek,
(4) adanya atau tersedianya fasilitas dan pelayanan pendidikan dan pelatihan yang memiliki spesifikasi dan kualifikasi progresif, demokratis, dan terbuka bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Jejak Langkah Modernisasi
Modernisasi, menunjukkan suatu proses dari serangkaian upaya untuk menuju atau menciptakan nilai-nilai (fisik, material dan sosial) yang bersifat atau berkualifikasi universal, rasional, dan fungsional. Lazimnya suka dipertentangkan dengan nilai-nilai tradisi.
Modernisasi berasal dari kata modern (maju), modernity (modernitas), yang diartikan sebagai nilai-nilai yang keberlakuan dalam aspek ruang, waktu, dan kelompok sosialnya lebih luas atau universal, itulah spesifikasi nilai atau values. Sedangkan yang lazim dipertentangkan dengan konsep modern adalah tradisi, yang berarti barang sesuatu yang diperoleh seseorang atau kelompok melalui proses pewarisan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Umumnya tradisi meliputi sejumlah norma (norms) yang keberlakuannya tergantung pada (depend on) ruang (tempat), waktu, dan kelompok (masyarakat) tertentu.
Spesifikasi norma-norma dan tradisi bila dilihat atas dasar proses modernisasi adalah sebagai berikut,
(1) ada norma-norma yang bersumber dari tradisi itu, boleh dikatakan sebagai penghambat kemajuan atau proses modernisasi,
(2) ada pula sejumlah norma atau tradisi yang memiliki potensi untuk dikembangkan, disempurnakan, dilakukan pencerahan, atau dimodifikasi sehingga kondusif dalam menghadapi proses modernisasi,
(3) ada pula yang betul-betul memiliki konsistensi dan relevansi dengan nilai-nilai baru. Dalam kaitannya dengan modernisasi masyarakat dengan nilai-nilai tradisi ini, maka ditampilkan spesifikasi atau kualifikasi masyarakat modern, yaitu bahwa masyarakat atau orang yang tergolong modern (maju) adalah mereka yang terbebas dari kepercayaan terhadap tahyul. Modernisasi menunjukkan suatu perkembangan dari struktur sistem sosial, suatu bentuk perubahan yang berkelanjutan pada aspek-aspek kehidupan ekonomi, politik, pendidikan, tradisi dan kepercayaan dari suatu masyarakat, atau satuan sosial tertentu.
Modernisasi suatu kelompok satuan sosial atau masyarakat, menampilkan suatu pengertian yang berkenaan dengan bentuk upaya untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang sadar dan kondusif terhadap tuntutan dari tatanan kehidupan yang semakin meng-global pada saat kini dan mendatang. Diharapkan dari proses menduniakan seseorang atau masyarakat yang bersangkutan, manakala dihadapkan pada arus globalisasi tatanan kehidupan manusia, suatu masyarakat tertentu (misalnya masyarakat Indonesia) tidaklah sekedar memperlihatkan suatu fenomena kebengongan semata, tetapi diharapkan mampu merespons, melibatkan diri dan memanfaatkannya secara signifikan bagi eksistensi bagi dirinya, sesamanya, dan lingkungan sekitarnya.
Adapun spesifikasi sikap mental seseorang atau kelompok yang kondusif untuk mengadopsi dan mengadaptasi proses modernisasi adalah,
(1) nilai budaya atau sikap mental yang senantiasa berorientasi ke masa depan
(2) nilai budaya atau sikap mental yang senantiasa berhasrat mengeksplorasi dan mengeksploitasi potensi-potensi sumber daya alam, dan terbuka bagi pengembangan inovasi bidang iptek.
(3) nilai budaya atau sikap mental yang siap menilai tinggi suatu prestasi dan tidak menilai tinggi status sosial, karena status ini seringkali dijadikan suatu predikat yang bernuansa gengsi pribadi yang sifat normatif, sedangkan penilai obyektif hanya bisa didasarkan pada konsep seperti apa yang dikemukakan oleh D.C. Mc Clelland (Koentjaraningrat, 1985), yaitu achievement-oriented,
(4) nilai budaya atau sikap mental yang bersedia menilai tinggi usaha fihak lain yang mampu meraih prestasi atas kerja kerasnya sendiri.
Tanpa harus suatu masyarakat berubah seperti orang Barat, dan tanpa harus bergaya hidup seperti orang Barat, namun unsur-unsur iptek Barat tidak ada salahnya untuk ditiru, diambil alih, diadopsi, diadaptasi, dipinjam, bahkan dibeli. Manakala persyaratan ini telah dipenuhi dan keempat nilai budaya atau sikap mental yang telah ditampilkan telah dimiliki oleh suatu masyarakat tersebut.
Khusus untuk masyarakat di Indonesia, sejarah masa lampau mengajarkan bahwa sistem ekonomi, politik, dan kebudayaan dari kerajaan-kerajaan besar di Asia seperti India dan Cina, yang diadopsi dan diadaptasi oleh kerajaan-kerajaan di Nusantara ini, seperti Sriwijaya dan Majapahit, namun fakta sejarah tidak membuktikan bahwa orang-orang Sriwijaya dan Majapahit, dalam pengadopsian dan pengadaptasian nilai-nilai kebudayaan tadi sekaligus menjadi orang India atau Cina.
Proses modernisasi sampai saat ini masih tampak dimonopoli oleh masyarakat perkotaan (urban community), terutama di kota-kota Negara Sedang Berkembang, seperti halnya di Indonesia. Kota-kota di negara-negara sedang berkembang menjadi pusat-pusat modernisasi yang diaktualisasikan oleh berbagai bentuk kegiatan pembangunan, baik aspek fisik-material, sosio-kultural, maupun aspek mental-spiritual. Kecenderungan-kecenderungan seperti ini, menjadikan daerah perkotaan sebagai daerah yang banyak menjanjikan kehidupan yang lebih baik bagi penduduk pedesaan, terutama bagi generasi mudanya.
Obsesi semacam ini menjadi pendorong kuat bagi penduduk pedesaan untuk beramai-ramai membanjiri dan memadati setiap sudut daerah perkotaan, dalam suatu proses sosial yang disebut urbanisasi. Fenomena demografis seperti ini, selanjutnya menjadi salah satu sumber permasalahan bagi kebijakan-kebijakan dalam upaya penataan ruang dan kehidupan masyarakat perkotaan. Sampai dengan saat sekarang ini masalah perkotaan ini masih menunjukkan gelagat yang semakin ruwet dan kompleks.
Oleh karena itu mesti memahami dan menyadari bahwa sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan ada yang berkualifikasi norma (norm) dan nilai (value). Di mana norma skala keberlakuannya tergantung pada aspek waktu, ruang (tempat, dan kelompok sosial yang bersangkutan; sedangkan nilai (value) skala keberlakuannya lebih universal. Dalam tatanan masyarakat yang maju atau modern, maka nilai-nilai sosial dan kultural yang bersifat universal mendominasi dan mengisi semua mosaik kehidupan masyarakat yang bersangkutan.
Orientasi Perubahan
Yang dimaksudkan orientasi atau arah perubahan di sini meliputi beberapa orientasi, antara lain (1) perubahan dengan orientasi pada upaya meninggalkan faktor-faktor atau unsur-unsur kehidupan sosial yang mesti ditinggalkan atau diubah, (2) perubahan dengan orientasi pada suatu bentuk atau unsur yang memang bentuk atau unsur baru, (3) suatu perubahan yang berorientasi pada bentuk, unsur, atau nilai yang telah eksis atau ada pada masa lampau.
Tidaklah jarang suatu masyarakat atau bangsa yang selain berupaya mengadakan proses modernisasi pada berbagai bidang kehidupan, apakah aspek ekonomis, birokrasi, pertahanan keamanan, dan bidang iptek; namun demikian, tidaklah luput perhatian masyarakat atau bangsa yang bersangkutan untuk berupaya menyelusuri, mengeksplorasi, dan menggali serta menemukan unsur-unsur atau nilai-nilai kepribadian atau jatidiri sebagai bangsa yang bermartabat.
Dalam memantapkan orientasi suatu proses perubahan, ada beberapa faktor yang memberikan kekuatan pada gerak perubahan tersebut, yang antara lain adalah sebagai berikut,
(1) suatu sikap, baik skala individu maupun skala kelompok, yang mampu menghargai karya pihak lain, tanpa dilihat dari skala besar atau kecilnya produktivitas kerja itu sendiri,
(2) adanya kemampuan untuk mentolerir adanya sejumlah penyimpangan dari bentuk-bentuk atau unsur-unsur rutinitas, sebab pada hakekatnya salah satu pendorong perubahan adanya individu-individu yang menyimpang dari hal-hal yang rutin.,
(3) mengokohkan suatu kebiasaan atau sikap mental yang mampu memberikan penghargaan (reward) kepada pihak lain (individual, kelompok) yang berprestasi dalam berinovasi, baik dalam bidang sosial, ekonomi, dan iptek,
(4) adanya atau tersedianya fasilitas dan pelayanan pendidikan dan pelatihan yang memiliki spesifikasi dan kualifikasi progresif, demokratis, dan terbuka bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Jejak Langkah Modernisasi
Modernisasi, menunjukkan suatu proses dari serangkaian upaya untuk menuju atau menciptakan nilai-nilai (fisik, material dan sosial) yang bersifat atau berkualifikasi universal, rasional, dan fungsional. Lazimnya suka dipertentangkan dengan nilai-nilai tradisi.
Modernisasi berasal dari kata modern (maju), modernity (modernitas), yang diartikan sebagai nilai-nilai yang keberlakuan dalam aspek ruang, waktu, dan kelompok sosialnya lebih luas atau universal, itulah spesifikasi nilai atau values. Sedangkan yang lazim dipertentangkan dengan konsep modern adalah tradisi, yang berarti barang sesuatu yang diperoleh seseorang atau kelompok melalui proses pewarisan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Umumnya tradisi meliputi sejumlah norma (norms) yang keberlakuannya tergantung pada (depend on) ruang (tempat), waktu, dan kelompok (masyarakat) tertentu.
Spesifikasi norma-norma dan tradisi bila dilihat atas dasar proses modernisasi adalah sebagai berikut,
(1) ada norma-norma yang bersumber dari tradisi itu, boleh dikatakan sebagai penghambat kemajuan atau proses modernisasi,
(2) ada pula sejumlah norma atau tradisi yang memiliki potensi untuk dikembangkan, disempurnakan, dilakukan pencerahan, atau dimodifikasi sehingga kondusif dalam menghadapi proses modernisasi,
(3) ada pula yang betul-betul memiliki konsistensi dan relevansi dengan nilai-nilai baru. Dalam kaitannya dengan modernisasi masyarakat dengan nilai-nilai tradisi ini, maka ditampilkan spesifikasi atau kualifikasi masyarakat modern, yaitu bahwa masyarakat atau orang yang tergolong modern (maju) adalah mereka yang terbebas dari kepercayaan terhadap tahyul. Modernisasi menunjukkan suatu perkembangan dari struktur sistem sosial, suatu bentuk perubahan yang berkelanjutan pada aspek-aspek kehidupan ekonomi, politik, pendidikan, tradisi dan kepercayaan dari suatu masyarakat, atau satuan sosial tertentu.
Modernisasi suatu kelompok satuan sosial atau masyarakat, menampilkan suatu pengertian yang berkenaan dengan bentuk upaya untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang sadar dan kondusif terhadap tuntutan dari tatanan kehidupan yang semakin meng-global pada saat kini dan mendatang. Diharapkan dari proses menduniakan seseorang atau masyarakat yang bersangkutan, manakala dihadapkan pada arus globalisasi tatanan kehidupan manusia, suatu masyarakat tertentu (misalnya masyarakat Indonesia) tidaklah sekedar memperlihatkan suatu fenomena kebengongan semata, tetapi diharapkan mampu merespons, melibatkan diri dan memanfaatkannya secara signifikan bagi eksistensi bagi dirinya, sesamanya, dan lingkungan sekitarnya.
Adapun spesifikasi sikap mental seseorang atau kelompok yang kondusif untuk mengadopsi dan mengadaptasi proses modernisasi adalah,
(1) nilai budaya atau sikap mental yang senantiasa berorientasi ke masa depan
(2) nilai budaya atau sikap mental yang senantiasa berhasrat mengeksplorasi dan mengeksploitasi potensi-potensi sumber daya alam, dan terbuka bagi pengembangan inovasi bidang iptek.
(3) nilai budaya atau sikap mental yang siap menilai tinggi suatu prestasi dan tidak menilai tinggi status sosial, karena status ini seringkali dijadikan suatu predikat yang bernuansa gengsi pribadi yang sifat normatif, sedangkan penilai obyektif hanya bisa didasarkan pada konsep seperti apa yang dikemukakan oleh D.C. Mc Clelland (Koentjaraningrat, 1985), yaitu achievement-oriented,
(4) nilai budaya atau sikap mental yang bersedia menilai tinggi usaha fihak lain yang mampu meraih prestasi atas kerja kerasnya sendiri.
Tanpa harus suatu masyarakat berubah seperti orang Barat, dan tanpa harus bergaya hidup seperti orang Barat, namun unsur-unsur iptek Barat tidak ada salahnya untuk ditiru, diambil alih, diadopsi, diadaptasi, dipinjam, bahkan dibeli. Manakala persyaratan ini telah dipenuhi dan keempat nilai budaya atau sikap mental yang telah ditampilkan telah dimiliki oleh suatu masyarakat tersebut.
Khusus untuk masyarakat di Indonesia, sejarah masa lampau mengajarkan bahwa sistem ekonomi, politik, dan kebudayaan dari kerajaan-kerajaan besar di Asia seperti India dan Cina, yang diadopsi dan diadaptasi oleh kerajaan-kerajaan di Nusantara ini, seperti Sriwijaya dan Majapahit, namun fakta sejarah tidak membuktikan bahwa orang-orang Sriwijaya dan Majapahit, dalam pengadopsian dan pengadaptasian nilai-nilai kebudayaan tadi sekaligus menjadi orang India atau Cina.
Proses modernisasi sampai saat ini masih tampak dimonopoli oleh masyarakat perkotaan (urban community), terutama di kota-kota Negara Sedang Berkembang, seperti halnya di Indonesia. Kota-kota di negara-negara sedang berkembang menjadi pusat-pusat modernisasi yang diaktualisasikan oleh berbagai bentuk kegiatan pembangunan, baik aspek fisik-material, sosio-kultural, maupun aspek mental-spiritual. Kecenderungan-kecenderungan seperti ini, menjadikan daerah perkotaan sebagai daerah yang banyak menjanjikan kehidupan yang lebih baik bagi penduduk pedesaan, terutama bagi generasi mudanya.
Obsesi semacam ini menjadi pendorong kuat bagi penduduk pedesaan untuk beramai-ramai membanjiri dan memadati setiap sudut daerah perkotaan, dalam suatu proses sosial yang disebut urbanisasi. Fenomena demografis seperti ini, selanjutnya menjadi salah satu sumber permasalahan bagi kebijakan-kebijakan dalam upaya penataan ruang dan kehidupan masyarakat perkotaan. Sampai dengan saat sekarang ini masalah perkotaan ini masih menunjukkan gelagat yang semakin ruwet dan kompleks.
Membuat Restore Windows dgn Norton Ghost
Langkah - langkah Membuat Backup Windows / Restore Dgn Norton GhostSering
Kali kita mendapat masalah yang tidak terduga dengan PC kita, Yang Dinamakan System OS sebagai contoh Windows, Kadang-kadang hal-hal yang tdk
terduga terjadi windows kita error, missing file, atau bahkan rusak.... Kalau install windows memerlukan waktu yang lama kurang lebih 1 - 1.5 jam plus install applikasi-apllikasi lainnya. Apalagi jika Windows kita Original sudah install ulang,
harus activasi via internet, atau kalau nggak harus backup wpa.dbl sungguh terlalu lama dan menjengkelkan.
Tapi sekarang anda tidak perlu kuatir itu semua bisa kok ditanggulangi, Sebelum Windows Anda rusak Ada baiknya anda
back-up dulu windows anda atau sering kita sebut dengan istilah Windows Restore. Dengan ini Anda bisa Membuat Restore Windows ini dengan sangat Cepat dan mudah, jadi tidak perlu install-install windows lagi jika dikala windows
anda rusak, cukup pake CD Restore windows aja. MUDAH, PRAKTIS dan CEPAT,
Untuk membuat restore windows tersebut dibutuhkan beberapa software dan hardware :
- Satu Unit PC atau notebook tentunya yang sudah dilengkapi CD-ROOM jika anda booting lewar CDROOM atau USB
Drive Jika anda Booting Lewat USBBOOT
- Software Norton Ghost bisa di download disini
- Beberapa CD atau DVD Blank, jika nantinya anda ingin menyimpan hasil backup windows anda di kepingan tersebut,
Jika tidak disimpang di harddisk anda juga bisa, Tapi HARUS DI PARTISI LAIN HARDDISK ANDA, seumpama HDD anda 2 partisi C dan D maka Restore tersebut disimpan Di Partisi D
Untuk Langkah-langkahnya anda bisa baca di bawah ini atau juga bisa liat gambarnya:
- Masukkan USB Flashdisk Boot Yang Telah dibuat, atau bisa di download di sini
- Booting Komputer dengan menekan power button
- Pilih Boot device Setelah Muncul Tampilan BIOS Dengan Menekan F8, Tergantung dari masing-masing bios PC
- Pilih USB Flashdisk kemudian ENTER
- Klick Tombol OK, Sorot Local ----> Partition ----> To Image
- Pilih Drive 1 dan click OK
- Pilih Drive yang ingin di backup ( Primary atau Logical ) Untuk membackup Windows biasanya pilih yang primary dan
ini tergantung dari windows tersebut berada di drive mana ? Primary atau logical --> OK
- Tentukan Drive mana untuk menyimpan hasil dari backupan tersebut Beri nama pada file name exp : YC-NISSAN-01
dan click Save
- Muncul dialog " Compress Image file ? " Pilih salah satu dibawah ini :
- No = Point ini tidak akan merubah ukuran file windows sblm di backup FAST = Mengcompress File dengan Cepat
HIGH = Mengcompress Dgn hasil lebih kecil dari Fast dan hasilnya
lebih kecil dari file Aslinya ( Cara ini Lebih di anjurkan ) Pemilihan Cara diatas tidak merubah file windows hanya saja
yang berbeda adalah ukuran File nya Image
- Muncul dialog " Procesed with partition image creation ?" Pilih di Look ini ----> D:1.2:[DATA] FAT drive Click Yes
- Tunggu sampai proses selesai 100%
- Setelah Selesai Click Continue
- Click Quit untuk keluar Program Norton Ghost dan kembali ke DOS
- Selanjutnya ke halaman kedua untuk cara-cara merestore windows dengan norton ghost hasil dari backup tadi.
Langkah - langkah Restore Windows Dengan Norton Ghost
- Masukkan USB Flashdisk Boot Yang Telah dibuat
- Booting Komputer dengan menekan power button
- Pilih Boot device Setelah Muncul Tampilan BIOS Dengan Menekan F8, Tergantung dari masing-masing bios PC
- Pilih USB Flashdisk kemudian ENTER
- Klick Tombol OK, Sorot Local ----> Partition ----> From Image
- Cari file restore windows yang Telah ada dgn extention .GHO
- Pilih Drive Partition dari image file ---> Part 1 [Primary] Kemudian click OK
- Pilih Drive 1 dan click OK
- Pilih Partisi yang akan di restore ( disini pilih PRIMARY )
- Muncul kotak Dialog " Prosses wiyh partition restore?" Click Yes
- Tunggu sampai proses selesai 100%
- Click Continue untuk kembali ke DOS atau Click Reset Computer utk Restart Komputer
bikiEn.cOm
http://www.bikien.com Powered by bikiEn.cOm! Generated: 28 February, 2009, 21:25
Untuk bisa Booting lewat flashdisk yang harus dipersiapkan adalah :
1. Komputer Yang Support Booting Lewat USB
2. Flashdisk ukuran sembarang Minimal 64Mb
3. USBBOOT bisa di download disini
Berisi -- Norton Partisi Magic ( untuk membuat partisi lewat dos )
-- Norton Ghost ( untuk cloning )
4. Software usb Format bisa di download disini
5. Pilih Device --> ini Flash disk anda
6. Pilih FAT32 pada File System
7. Untuk Volume Label Sembarang exp : USBBOOT
8. Pilih Quick Format dan Created a DOS Bootable Disk
9. Cari dimana anda file USBBOOT yang telah diextract tadi
10. Click Start
11. Copy Semua file ke USB anda.. jika muncul dialog "Confirm file replace" Click NO
12. Flashdisk siap dicoba
Sumber http://www.bikien.com
Kali kita mendapat masalah yang tidak terduga dengan PC kita, Yang Dinamakan System OS sebagai contoh Windows, Kadang-kadang hal-hal yang tdk
terduga terjadi windows kita error, missing file, atau bahkan rusak.... Kalau install windows memerlukan waktu yang lama kurang lebih 1 - 1.5 jam plus install applikasi-apllikasi lainnya. Apalagi jika Windows kita Original sudah install ulang,
harus activasi via internet, atau kalau nggak harus backup wpa.dbl sungguh terlalu lama dan menjengkelkan.
Tapi sekarang anda tidak perlu kuatir itu semua bisa kok ditanggulangi, Sebelum Windows Anda rusak Ada baiknya anda
back-up dulu windows anda atau sering kita sebut dengan istilah Windows Restore. Dengan ini Anda bisa Membuat Restore Windows ini dengan sangat Cepat dan mudah, jadi tidak perlu install-install windows lagi jika dikala windows
anda rusak, cukup pake CD Restore windows aja. MUDAH, PRAKTIS dan CEPAT,
Untuk membuat restore windows tersebut dibutuhkan beberapa software dan hardware :
- Satu Unit PC atau notebook tentunya yang sudah dilengkapi CD-ROOM jika anda booting lewar CDROOM atau USB
Drive Jika anda Booting Lewat USBBOOT
- Software Norton Ghost bisa di download disini
- Beberapa CD atau DVD Blank, jika nantinya anda ingin menyimpan hasil backup windows anda di kepingan tersebut,
Jika tidak disimpang di harddisk anda juga bisa, Tapi HARUS DI PARTISI LAIN HARDDISK ANDA, seumpama HDD anda 2 partisi C dan D maka Restore tersebut disimpan Di Partisi D
Untuk Langkah-langkahnya anda bisa baca di bawah ini atau juga bisa liat gambarnya:
- Masukkan USB Flashdisk Boot Yang Telah dibuat, atau bisa di download di sini
- Booting Komputer dengan menekan power button
- Pilih Boot device Setelah Muncul Tampilan BIOS Dengan Menekan F8, Tergantung dari masing-masing bios PC
- Pilih USB Flashdisk kemudian ENTER
- Klick Tombol OK, Sorot Local ----> Partition ----> To Image
- Pilih Drive 1 dan click OK
- Pilih Drive yang ingin di backup ( Primary atau Logical ) Untuk membackup Windows biasanya pilih yang primary dan
ini tergantung dari windows tersebut berada di drive mana ? Primary atau logical --> OK
- Tentukan Drive mana untuk menyimpan hasil dari backupan tersebut Beri nama pada file name exp : YC-NISSAN-01
dan click Save
- Muncul dialog " Compress Image file ? " Pilih salah satu dibawah ini :
- No = Point ini tidak akan merubah ukuran file windows sblm di backup FAST = Mengcompress File dengan Cepat
HIGH = Mengcompress Dgn hasil lebih kecil dari Fast dan hasilnya
lebih kecil dari file Aslinya ( Cara ini Lebih di anjurkan ) Pemilihan Cara diatas tidak merubah file windows hanya saja
yang berbeda adalah ukuran File nya Image
- Muncul dialog " Procesed with partition image creation ?" Pilih di Look ini ----> D:1.2:[DATA] FAT drive Click Yes
- Tunggu sampai proses selesai 100%
- Setelah Selesai Click Continue
- Click Quit untuk keluar Program Norton Ghost dan kembali ke DOS
- Selanjutnya ke halaman kedua untuk cara-cara merestore windows dengan norton ghost hasil dari backup tadi.
Langkah - langkah Restore Windows Dengan Norton Ghost
- Masukkan USB Flashdisk Boot Yang Telah dibuat
- Booting Komputer dengan menekan power button
- Pilih Boot device Setelah Muncul Tampilan BIOS Dengan Menekan F8, Tergantung dari masing-masing bios PC
- Pilih USB Flashdisk kemudian ENTER
- Klick Tombol OK, Sorot Local ----> Partition ----> From Image
- Cari file restore windows yang Telah ada dgn extention .GHO
- Pilih Drive Partition dari image file ---> Part 1 [Primary] Kemudian click OK
- Pilih Drive 1 dan click OK
- Pilih Partisi yang akan di restore ( disini pilih PRIMARY )
- Muncul kotak Dialog " Prosses wiyh partition restore?" Click Yes
- Tunggu sampai proses selesai 100%
- Click Continue untuk kembali ke DOS atau Click Reset Computer utk Restart Komputer
bikiEn.cOm
http://www.bikien.com Powered by bikiEn.cOm! Generated: 28 February, 2009, 21:25
Untuk bisa Booting lewat flashdisk yang harus dipersiapkan adalah :
1. Komputer Yang Support Booting Lewat USB
2. Flashdisk ukuran sembarang Minimal 64Mb
3. USBBOOT bisa di download disini
Berisi -- Norton Partisi Magic ( untuk membuat partisi lewat dos )
-- Norton Ghost ( untuk cloning )
4. Software usb Format bisa di download disini
5. Pilih Device --> ini Flash disk anda
6. Pilih FAT32 pada File System
7. Untuk Volume Label Sembarang exp : USBBOOT
8. Pilih Quick Format dan Created a DOS Bootable Disk
9. Cari dimana anda file USBBOOT yang telah diextract tadi
10. Click Start
11. Copy Semua file ke USB anda.. jika muncul dialog "Confirm file replace" Click NO
12. Flashdisk siap dicoba
Sumber http://www.bikien.com
LEMBAGA LEGISLATIF DAN KORUPSI DI INDONESIA
BAB I . PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini masalah korupsi sedang hangat-hangatnya dibicarakan publik, terutama dalam media massa baik lokal maupun nasional. Banyak para ahli mengemukakan pendapatnya tentang masalah korupsi ini. Pada dasarnya, ada yang pro ada pula yang kontra. Akan tetapi walau bagaimanapun korupsi ini merugikan negara dan dapat meusak sendi-sendi kebersamaan bangsa. Pada hakekatnya, korupsi adalah “benalu sosial” yang merusak struktur pemerintahan, dan menjadi penghambat utama terhadap jalannya pemerintahan dan pembangunan pada umumnya.
Dalam prakteknya, korupsi sangat sukar bahkan hampir tidak mungkin dapat diberantas, oleh karena sangat sulit memberikan pembuktian-pembuktian yang eksak. Disamping itu sangat sulit mendeteksinya dengan dasar-dasar hukum yang pasti. Namun akses perbuatan korupsi merupakan bahaya latent yang harus diwaspadai baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat itu sendiri. Korupsi adalah produk dari sikap hidup satu kelompok masyarakat yang memakai uang sebagai standard kebenaran dan sebagai kekuasaaan mutlak. Sebagai akibatnya, kaum koruptor yang kaya raya dan para politisi korup yang berkelebihan uang bisa masuk ke dalam golongan elit yang berkuasa dan sangat dihormati. Mereka ini juga akan menduduki status sosial yang tinggi dimata masyarakat.
Korupsi dimulai dengan semakin mendesaknya usaha-usaha pembangunan yang diinginkan, sedangkan proses birokrasi relaif lambat, sehingga setiap orang atau badan menginginkan jalan pintas yang cepat dengan memberikan imbalan- imbalan dengan cara memberikan uang pelicin (uang sogok). Praktek ini akan berlangsung terus menerus sepanjang tidak adanya kontrol dari pemerintah dan masyarakat, sehingga timbul golongan pegawai yang termasuk OKB-OKB (orang kaya baru) yang memperkaya diri sendiri (ambisi material).
Pada kesempatan kali ini kami akan membahas “Bagaimana korupsi menggerogoti DPR?”. Kami akan memulai dengan apa yang disebut legislatif serta siapakah legislatif itu. Lalu kami juga akan membahas tugas, kewenangan dan fungsi badan lembaga tersebut. Kami juga akan menjelaskan tentang arti dan penyebab korupsi, yang akan menarik hati bagi anggota-anggota DPR. Dengan tetap mempertahankan isi bobot yang terkandung dalam makalah ini, kami berharap makalah ini dapat membantu anda dalam menjelaskan arti, tujuan dan maksud dari masalah yang telah kami ambil ini. Terima kasih.
Tim Penyusun
BAB II . PEMBAHASAN
A. Pengertian Legislatif
Legislatif, adalah badan deliberatif pemerintah dengan kuasa membuat hukum. Legislatif dikenal dengan beberapa nama, yaitu parlemen (parliament) yang menekankan unsur bicara (parler) dan merundingkan, kongres, dan asembli nasional(assembly) yang mengutamakan unsur berkumpul. Dalam sistem Parlemen, legislatif adalah badan tertinggi dan menujuk eksekutif.
Dalam sistem Presidensial, legislatif adalah cabang pemerintahan yang sama, dan bebas, dari eksekutif. Sebagai tambahan atas menetapkan hukum, legislatif biasanya juga memiliki kuasa untuk menaikkan pajak dan menerapkan budget dan pengeluaran uang lainnya. Legislatif juga kadangkala menulis perjanjian dan memutuskan perang. Badan legislasi di negara-negara demokrasi disusun sedemikian rupa sehingga dapat mewakili mayoritas dari rakyat dan pemerintah bertanggung jawab kepadanya.
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), adalah lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyat dan memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang. DPR memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. Lembaga ini disebut juga People’s representative Body yang mengutamakan representasi dan keterwakilan anggota-anggotanya.
B. Masalah Perwakilan (Representasi)
Dibagi menjadi 2 kategori yaitu:
1. Perwakilan Politik (political representation)
Pada saat ini anggota badan legislatif mewakili rakyat melalui partai politik.
2. Perwakilan Fungsional (functional representation)
Peran anggota parlemen sebagai trustee dan juga pengemban mandat perwakilan. Yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai kemampuan berbicara dan bertindak atas nama suatu kelompok yang lebih besar.
C. Sistem Satu Majelis dan Sistem Dua Majelis
Sistem Satu Majelis (House of Representative atau Lower House)
Sistem ini mencerminkan mayoritas dari kehendak rakyat karena biasanya dipilih secara langsung oleh masyarakat dan prosedur pengambilan keputusan dapat berjalan relatif cepat. . Prinsip ini paling sesuai dengan konsep demokrasi. Tetapi sistem ini dibatasi kekuasaannya karena memberi peluang untuk menyalahgunakan wewenang itu. Anggota-anggotanya juga mudah dipengaruhi oleh fluktuasi situasi poitik karena dipilih langsung oleh rakyat.
Sistem Dua Majelis (Upper House atau Senate)
Sistem ini memberikan kesempatan kepada provinsi atau negara bagian untuk memajukan kepentingannya masing-masing, biasanya wewenangnya kurang daripada badan yang mewakili rakyat.
D. Majelis Tinggi dasn Majelis Rendah
Majelis Tinggi
Keanggotaan majelis ini ditentukan berdasarkan:
Turun temurun (Inggris)
Ditunjuk (Inggris, Kanada), biasa karena atas jasanya
Dipilih (India, Amerika, Filipina)
Majelis tinggi mempunyai masa jabatan lebih lama dibanding anggota majelis rendah. Bobot wewenang majelis tinggi juga kebih kecil dibandinhkan majelis rendah,
Majelis Rendah
Keanggotaan majelis ini dipilih dalam pemilihan umum. Majelis ini juga dianggap sebagai yang paling pening. Masa jabatannya biasa sudah ditentukan, tetapi di beberapa negara majelis ini dapat dibubarkan oleh perdana menteri untuk diadakan pemilihan baru.
Bobot wewenang majelis ini lebih besar dibanding majelis tinggi. Wewenang ini tercermin di bidang legislatif maupun pengawasan (kontrol). Di negara yang mempunyai sistem pemerintahan parlementer, majelis ini dapat menjatuhkan kabinet. Tetapi dalam pemerintahan yang mempunyai sistem presidensial, majelis tidak mempunyai wewenang itu.
E. Fungsi Badan Legislatif
Fungsi Legislasi
Tugas dan wewenang:
• Dapat mebuat kebijakan (policy) dan mengajukan rancangan undang-undang (RUU) kepada DPR
• Ikut membahas RUU
Badan legislasi diberi hak inisiatif, hak untuk mengadakan amandemen terhadap rancangan undang-undang yang disusun oleh pemerintah, dan terutama di bidang budget atau anggaran. Mayoritas undang-undang dirumuskan dan dipersiapkan oleh badan eksekutif, dan badan legislatif tinggal membahas dan mengamandemennya.
Bidang Terkait: Otonomi daerah; Hubungan pusat dan daerah; Pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah; Pengelolaan sumberdaya alam dan sumberdaya ekonomi lainnya; Perimbangan keuangan pusat dan daerah.
Fungsi Pertimbangan
Tugas dan wewenang:
• Memberikan pertimbangan kepada DPR
Bidang Terkait: RUU Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN); RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama; Pemilihan anggota Badan Pemeriksa Keuangan.
Fungsi Pengawasan (kontrol)
Tugas dan wewenang:
• Dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang dan menyampaikan hasil pengawasannya kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
• Menerima hasil pemeriksaan keuangan negara yang dilakukan BPK
• Mengawasi aktivitas badan eksekutif agar sesuai dengan kebijakkan yang ditetapkan (scrutiny, oversight) melalui sidang panitia-panitia legislatif melalui hak-hak kontrol yang khusus sepert hak bertanya, interpelasi (meminta keterangan), hak angket (penyelidikan), dan mosi(pernyataan tidak percaya).
Bidang Terkait : Otonomi daerah; Hubungan pusat dan daerah; Pembentukan dan pemekaran, serta penggabungan daerah; Pengelolaan sumberdaya alam serta sumberdaya ekonomi lainnya; Perimbangan keuangan pusat dan daerah; Pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN); Pajak, pendidikan, dan agama.
Fungsi Lainnya
Bagi anggota badan legislatif juga terbuka kesempatan untuk bertindak sebagai pembawa suara rakyat dan mengajukan beraneka pandangan secara dinamis dalam masyarakat. Dan juga fungsi lainnya sebagai sarana rekrutmen politik, yaitu merupakan training ground bagi generasi muda yang ingin mendapat pengalaman di bidang poltik sampai ke tingkat nasional.
F. Pengertian korupsi.
Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jka dilihat dari struktrur bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya mempunyai makna yang sama. Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara.
Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan wewenang dan kekuatan kekuatan formal (misalnya denagan alasan hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri. Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan mengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman. Wertheim (dalam Lubis, 1970) menyatakan bahwa seorang pejabat dikatakan melakukan tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang yang bertujuan mempengaruhinya agar ia mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingan si pemberi hadiah. Kadang-kadang orang yang menawarkan hadiahdalam bentuk balas jasa juga termasuk dalam korupsi.
Selanjutnya, Wertheim menambahkan bahwa balas jasa dari pihak ketiga yang diterima atau diminta oleh seorang pejabat untuk diteruskan kepada keluarganya atau partainya/ kelompoknya atau orang-orang yang mempunyai hubungan pribadi dengannya, juga dapat dianggap sebagai korupsi. Dalam keadaan yang demikian, jelas bahwa ciri yang paling menonjol di dalam korupsi adalah tingkah laku pejabat yang melanggar azas pemisahan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan masyarakat, pemisaham keuangan pribadi dengan masyarakat.
F. Penyebab Terjadinya Korupsi
Di sisi lain Ainan (1982) menyebutkan beberapa sebab terjadinya korupsi yaitu :
a. Perumusan perundang-undangan yang kurang sempurna.
b. Administrasi yang lamban, mahal, dan tidak luwes.
c. Tradisi untuk menambah penghasilan yang kurang dari pejabat pemerintah dengan upeti atau suap.
d. Dimana berbagai macam korupsi dianggap biasa, tidak dianggap bertentangan
dengan moral, sehingga orang berlomba untuk korupsi.
e. Di India, misalnya menyuap jarang dikutuk selama menyuap tidak dapat dihindarkan.
f. Menurut kebudayaannya, orang Nigeria Tidak dapat menolak suapan dan
korupsi, kecuali mengganggap telah berlebihan harta dan kekayaannya.
g. Manakala orang tidak menghargai aturan-aturan resmi dan tujuan organisasi pemerintah, mengapa orang harus mempersoalkan korupsi.
Menurut Singh (1974), dalam penelitiannya ia menemukan bahwa penyebab terjadinya korupsi di India adalah kelemahan moral (41,3%), tekanan ekonomi (23,8%), hambatan struktur administrasi (17,2 %), hambatan struktur sosial (7,08 %).
Sementara itu Merican (1971) menyatakan sebab-sebab terjadinya korupsi adalah sebagai berikut :
a. Peninggalan pemerintahan kolonial.
b. Kemiskinan dan ketidaksamaan.
c. Gaji yang rendah.
d. Persepsi yang populer.
e. Pengaturan yang bertele-tele.
f. Pengetahuan yang tidak cukup dari bidangnya
Dari pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab terjadinya korupsi adalah sebagai berikut :
1. Gaji yang rendah, kurang sempurnanya peraturan perundang-undangan,
administrasi yang lamban dan sebagainya.
2. Warisan pemerintahan kolonial.
3. Sikap mental pegawai yang ingin cepat kaya dengan cara yang tidak halal, tidak
ada kesadaran bernegara, tidak ada pengetahuan pada bidang pekerjaan yang
dilakukan oleh pejabat pemerintah.
3. Akibat-akibat korupsi.
Nye menyatakan bahwa akibat-akibat korupsi adalah :
1. Pemborosan sumber-sumber, modal yang lari, gangguan terhadap penanaman modal, terbuangnya keahlian, bantuan yang lenyap.
2. Ketidakstabilan, revolusi sosial, pengambilan alih kekuasaan oleh militer,
3. Pengurangan kemampuan aparatur pemerintah, pengurangan kapasitas
administrasi, hilangnya kewibawaan administrasi.
Selanjutnya Mc Mullan (1961) menyatakan bahwa akibat korupsi adalah ketidak efisienan, ketidakadilan, rakyat tidak mempercayai pemerintah, memboroskan sumber-sumber negara, tidak mendorong perusahaan untuk berusaha terutama perusahaan asing, ketidakstabilan politik, pembatasan dalam kebijaksanaan pemerintah dan tidak represif.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan akibat-akibat korupsi diatas adalah sebagai berikut :
1.Tata ekonomi seperti larinya modal keluar negeri, gangguan terhadap perusahaan, gangguan penanaman modal.
2.Tata sosial budaya seperti revolusi sosial, ketimpangan sosial.
3.Tata politik seperti pengambil alihan kekuasaan, hilangnya bantuan luar negeri, hilangnya kewibawaan pemerintah, ketidakstabilan politik.
4.Tata administrasi seperti tidak efisien, kurangnya kemampuan administrasi, hilangnya keahlian, hilangnya sumber-sumber negara, keterbatasan kebijaksanaan pemerintah, pengambilan tindakan-tindakan represif. Secara umum akibat korupsi adalah merugikan negara dan merusak sendisendi kebersamaan serta memperlambat tercapainya tujuan nasional seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.
G. Upaya penanggulangan korupsi.
Korupsi tidak dapat dibiarkan berjalan begitu saja kalau suatu negara ingin mencapai tujuannya, karena kalau dibiarkan secara terus menerus, maka akan terbiasa dan menjadi subur dan akan menimbulkan sikap mental pejabat yang selalu mencari jalan pintas yang mudah dan menghalalkan segala cara (the end justifies the means). Untuk itu, korupsi perlu ditanggulangi secara tuntas dan bertanggung jawab.
Ada beberapa upaya penggulangan korupsi yang ditawarkan para ahli yang masing-masing memandang dari berbagai segi dan pandangan. Caiden (dalam Soerjono, 1980) memberikan langkah-langkah untuk menanggulangi korupsi sebagai berikut :
a. Membenarkan transaksi yang dahulunya dilarang dengan menentukan sejumlah
pembayaran tertentu.
b. Membuat struktur baru yang mendasarkan bagaimana keputusan dibuat.
c. Melakukan perubahan organisasi yang akan mempermudah masalah pengawasan dan pencegahan kekuasaan yang terpusat, rotasi penugasan, wewenang yang saling tindih organisasi yang sama, birokrasi yang salingbersaing, dan penunjukan instansi pengawas adalah saran-saran yang secara jelas diketemukan untuk mengurangi kesempatan korupsi.
d. Bagaimana dorongan untuk korupsi dapat dikurangi ? dengan jalan meningkatkan ancaman.
e. Korupsi adalah persoalan nilai. Nampaknya tidak mungkin keseluruhan korupsi dibatasi, tetapi memang harus ditekan seminimum mungkin, agar beban korupsi organisasional maupun korupsi sestimik tidak terlalu besar sekiranya ada sesuatu pembaharuan struktural, barangkali mungkin untuk mengurangi kesempatan dan dorongan untuk korupsi dengan adanya perubahan organisasi.
Cara yang diperkenalkan oleh Caiden di atas membenarkan (legalized) tindakan yang semula dikategorikan kedalam korupsi menjadi tindakan yang legal dengan adanya pungutan resmi. Di lain pihak, celah-celah yang membuka untuk kesempatan korupsi harus segera ditutup, begitu halnya dengan struktur organisasi haruslah membantu kearah pencegahan korupsi, misalnya tanggung jawab pimpinan dalam pelaksanaan pengawasan melekat, dengan tidak lupa meningkatkan ancaman hukuman kepada pelaku-pelakunya.
Selanjutnya, Myrdal (dalam Lubis, 1987) memberi saran penaggulangan korupsi yaitu agar pengaturan dan prosedur untuk keputusan-keputusan administratif yang menyangkut orang perorangan dan perusahaan lebih disederhanakan dan dipertegas, pengadakan pengawasan yang lebih keras, kebijaksanaan pribadi dalam menjalankan kekuasaan hendaknya dikurangi sejauh mungkin, gaji pegawai yang rendah harus dinaikkan dan kedudukan sosial ekonominya diperbaiki, lebih terjamin, satuan-satuan pengamanan termasuk polisi harus diperkuat, hukum pidana dan hukum atas pejabat-pejabat yang korupsi dapat lebih cepat diambil.
Orang-orang yang menyogok pejabat-pejabat harus ditindak pula. Persoalan korupsi beraneka ragam cara melihatnya, oleh karena itu cara pengkajiannya pun bermacam-macam pula. Korupsi tidak cukup ditinjau dari segi deduktif saja, melainkan perlu ditinaju dari segi induktifnya yaitu mulai melihat masalah praktisnya (practical problems), juga harus dilihat apa yang menyebabkan timbulnya korupsi.
Kartono (1983) menyarankan penanggulangan korupsi sebagai berikut :
1. Adanya kesadaran rakyat untuk ikut memikul tanggung jawab guna melakukan
partisipasi politik dan kontrol sosial, dengan bersifat acuh tak acuh.
2. Menanamkan aspirasi nasional yang positif, yaitu mengutamakan kepentingan
nasional.
3. para pemimpin dan pejabat memberikan teladan, memberantas dan menindak
korupsi.
4. Adanya sanksi dan kekuatan untuk menindak, memberantas dan menghukum
tindak korupsi.
5. Reorganisasi dan rasionalisasi dari organisasi pemerintah, melalui
penyederhanaan jumlah departemen, beserta jawatan dibawahnya.
6. Adanya sistem penerimaan pegawai yang berdasarkan “achievement” dan
bukan berdasarkan sistem “ascription”.
7. Adanya kebutuhan pegawai negeri yang non-politik demi kelancaran
administrasi pemerintah.
8. Menciptakan aparatur pemerintah yang jujur
9. Sistem budget dikelola oleh pejabat-pejabat yang mempunyai tanggung jawab
etis tinggi, dibarengi sistem kontrol yang efisien.
10. Herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan perorangan yang mencolok
dengan pengenaan pajak yang tinggi.
Marmosudjono (Kompas, 1989) mengatakan bahwa dalam menanggulangi korupsi, perlu sanksi malu bagi koruptor yaitu dengan menayangkan wajah para koruptor di televisi karena menurutnya masuk penjara tidak dianggap sebagai hal yang memalukan lagi.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa upaya penanggulangan korupsi adalah sebagai berikut :
a. Preventif.
1. Membangun dan menyebarkan etos pejabat dan pegawai baik di instansi pemerintah maupun swasta tentang pemisahan yang jelas dan tajam antara milik pribadi dan milik perusahaan atau milik negara.
2. mengusahakan perbaikan penghasilan (gaji) bagi pejabat dan pegawai negeri sesuai dengan kemajuan ekonomi dan kemajuan swasta, agar pejabat dan pegawai saling menegakan wibawa dan integritas jabatannya dan tidak terbawa oleh godaan dan kesempatan yang diberikan oleh wewenangnya.
3. Menumbuhkan kebanggaan-kebanggaan dan atribut kehormatan diri setiap jabatan dan pekerjaan. Kebijakan pejabat dan pegawai bukanlah bahwa mereka kaya dan melimpah, akan tetapi mereka terhormat karena jasa pelayanannya kepada masyarakat dan negara.
4. Bahwa teladan dan pelaku pimpinan dan atasan lebih efektif dalam memasyarakatkan pandangan, penilaian dan kebijakan.
5. menumbuhkan pemahaman dan kebudayaan politik yang terbuka untuk kontrol, koreksi dan peringatan, sebab wewenang dan kekuasaan itu cenderung disalahgunakan.
6. hal yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana menumbuhkan “sense of belongingness” dikalangan pejabat dan pegawai, sehingga mereka merasa peruasahaan tersebut adalah milik sendiri dan tidak perlu korupsi, dan selalu berusaha berbuat yang terbaik.
b. Represif.
1. Perlu penayangan wajah koruptor di televisi.
2. Herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan pejabat.
Contoh Kasus Anggota DPR yang Terlibat Korupsi :
Suap Alih Fungsi Hutan Al Amin Divonis Delapan Tahun Penjara Hakim juga mengharuskan Al Amin membayar denda Rp 250 juta subsider enam bulan penjara.
Senin, 5 Januari 2009, 10:49 WIB
Arry Anggadha, Yudho rahardjo
VIVAnews - Majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi menjatuhkan vonis selama delapan tahun penjara terhadap Al Amin Nasution. Al Amin terbukti melakukan tindak pidana korupsi.
"Terbukti melakukan tindak pidana korupsi," kata Ketua Majelis Hakim Edward Pattinasarani saat membacakan putusan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin 5 Januari 2009. Hakim juga mengharuskan Al Amin membayar denda Rp 250 juta subsider enam bulan penjara.
Putusan majelis hakim ini jauh lebih rendah dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum. Pada Pada 10 Desember 2008, Jaksa Penuntut Umum menuntut Al Amin 15 tahun penjara. Al Amin juga harus membayar denda Rp 500 juta subsider enam bulan kurungan serta mengembalikan uang yang dinikmati sebesar Rp 2,957 miliar.
Jaksa menjerat Al Amin dengan Pasal 12 huruf a, Pasal 12 huruf e, dan Pasal 11 Undang-undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pasal pemerasan bagi Amin Jaksa kenakan pada kasus proyek pengadaan alat komunikasi GPS (Global Positioning System) Departemen Kehutanan.
Menurut kelompok kami, korupsi selain membuat hutang Negara semakin meningkat juga mencemarkan nama baik Negara . Korupsi juga membuat orang yang miskin menjadi miskin dan yang kaya menjadi semakin kaya seperti dalam kasus di atas. Akibatnya harga-harga naik dan membuat rakyat menderita.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Korupsi adalah penyalahgunaan wewenang yang ada pada pejabat atau pegawai demi keuntungan pribadi, keluarga dan teman atau kelompoknya.
2. Korupsi menghambat pembangunan, karena merugikan negara dan merusak sendi-sendi kebersamaan dan menghianati cita-cita perjuangan bangga.
3. Cara penaggulangan korupsi adalah bersifat Preventif dan Represif.Pencegahan preventif) yang perlu dilakukan adalah dengan menumbuhkan dan membangun etos kerja pejabat maupun pegawai tentang pemisahan yang jelas antara milik negara atau perusahaan dengan milik pribadi, mengusahakan perbaikan penghasilan (gaji), menumbuhkan kebanggaan-kebanggaan dan atribut kehormatan diri setiap jabatan dan pekerjaan, teladan dan pelaku pimpinan atau atasan lebih efektif dalam memasyarakatkan pandangan, penilaian dan kebijakan, terbuka untuk kontrol, adanya kontrol sosial dan sanksi sosial, menumbuhkan rasa “sense of belongingness” diantara para pejabat dan pegawai. Sedangkan tindakan yang bersifat Represif adalah menegakan hukum yang berlaku pada koruptor dan penayangan wajah koruptor di layar televisi dan herregistrasi (pencatatan ulang) kekayaan pejabat dan pegawai.
B. Saran
Menurut kelompok kami, negara dan aparat keamanan perlu menegaskan hukum dan peraturan yang sudah di tetapkan. Dan anggota DPR yang sering terlibat korupsi kiranya mau menjadi contoh yang baik bagi rakyat, karena kalau begini terus bagaimana Indonesia mau maju dan berkembang?? Maka, marilah kita bersama- sama berantas korupsi.
DAFTAR PUSTAKA
- WWW. Google.Com
- Bellone, Carl.1980.Organization Theory and The New Public Administration. United
- States Of America.Allyn and Bacon, Inc. Boston/ London Sydney/ Toronto.
- Frederickson, George, H. 1984. Administrasi Negara Baru. Terjemahan. Jakarta. LP3ES. Cetakan Pertama.
- Kartono, Kartini. 1983. Pathologi Sosial. Jakarta. Edisi Baru. CV. Rajawali Press.
- Lamintang, PAF dan Samosir, Djisman. 1985. Hukum Pidana Indonesia. Bandung. Penerbit Sinar Baru.
- Lubis, Mochtar. 1977. Bunga Rampai Etika Pegawai Negeri. Jakarta. Bhratara. Karya Aksara.
- Saleh, Wantjik. 1978. Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia. Jakarta. Penerbit Ghalia Indonesia.
- Simon, Herbert. 1982. Administrative Behavior. Terjemahan St. Dianjung. Jakarta. PT. Bina Aksara.
- Kompas. Surat Kabar Harian. Jakarta. Bulan Oktober sampai Desember 1989.
Suara Pembaharuan. Surat Kabar Harian. Jakarta. Bulan Oktober sampai Desember 1989
Akhir-akhir ini masalah korupsi sedang hangat-hangatnya dibicarakan publik, terutama dalam media massa baik lokal maupun nasional. Banyak para ahli mengemukakan pendapatnya tentang masalah korupsi ini. Pada dasarnya, ada yang pro ada pula yang kontra. Akan tetapi walau bagaimanapun korupsi ini merugikan negara dan dapat meusak sendi-sendi kebersamaan bangsa. Pada hakekatnya, korupsi adalah “benalu sosial” yang merusak struktur pemerintahan, dan menjadi penghambat utama terhadap jalannya pemerintahan dan pembangunan pada umumnya.
Dalam prakteknya, korupsi sangat sukar bahkan hampir tidak mungkin dapat diberantas, oleh karena sangat sulit memberikan pembuktian-pembuktian yang eksak. Disamping itu sangat sulit mendeteksinya dengan dasar-dasar hukum yang pasti. Namun akses perbuatan korupsi merupakan bahaya latent yang harus diwaspadai baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat itu sendiri. Korupsi adalah produk dari sikap hidup satu kelompok masyarakat yang memakai uang sebagai standard kebenaran dan sebagai kekuasaaan mutlak. Sebagai akibatnya, kaum koruptor yang kaya raya dan para politisi korup yang berkelebihan uang bisa masuk ke dalam golongan elit yang berkuasa dan sangat dihormati. Mereka ini juga akan menduduki status sosial yang tinggi dimata masyarakat.
Korupsi dimulai dengan semakin mendesaknya usaha-usaha pembangunan yang diinginkan, sedangkan proses birokrasi relaif lambat, sehingga setiap orang atau badan menginginkan jalan pintas yang cepat dengan memberikan imbalan- imbalan dengan cara memberikan uang pelicin (uang sogok). Praktek ini akan berlangsung terus menerus sepanjang tidak adanya kontrol dari pemerintah dan masyarakat, sehingga timbul golongan pegawai yang termasuk OKB-OKB (orang kaya baru) yang memperkaya diri sendiri (ambisi material).
Pada kesempatan kali ini kami akan membahas “Bagaimana korupsi menggerogoti DPR?”. Kami akan memulai dengan apa yang disebut legislatif serta siapakah legislatif itu. Lalu kami juga akan membahas tugas, kewenangan dan fungsi badan lembaga tersebut. Kami juga akan menjelaskan tentang arti dan penyebab korupsi, yang akan menarik hati bagi anggota-anggota DPR. Dengan tetap mempertahankan isi bobot yang terkandung dalam makalah ini, kami berharap makalah ini dapat membantu anda dalam menjelaskan arti, tujuan dan maksud dari masalah yang telah kami ambil ini. Terima kasih.
Tim Penyusun
BAB II . PEMBAHASAN
A. Pengertian Legislatif
Legislatif, adalah badan deliberatif pemerintah dengan kuasa membuat hukum. Legislatif dikenal dengan beberapa nama, yaitu parlemen (parliament) yang menekankan unsur bicara (parler) dan merundingkan, kongres, dan asembli nasional(assembly) yang mengutamakan unsur berkumpul. Dalam sistem Parlemen, legislatif adalah badan tertinggi dan menujuk eksekutif.
Dalam sistem Presidensial, legislatif adalah cabang pemerintahan yang sama, dan bebas, dari eksekutif. Sebagai tambahan atas menetapkan hukum, legislatif biasanya juga memiliki kuasa untuk menaikkan pajak dan menerapkan budget dan pengeluaran uang lainnya. Legislatif juga kadangkala menulis perjanjian dan memutuskan perang. Badan legislasi di negara-negara demokrasi disusun sedemikian rupa sehingga dapat mewakili mayoritas dari rakyat dan pemerintah bertanggung jawab kepadanya.
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), adalah lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyat dan memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang. DPR memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. Lembaga ini disebut juga People’s representative Body yang mengutamakan representasi dan keterwakilan anggota-anggotanya.
B. Masalah Perwakilan (Representasi)
Dibagi menjadi 2 kategori yaitu:
1. Perwakilan Politik (political representation)
Pada saat ini anggota badan legislatif mewakili rakyat melalui partai politik.
2. Perwakilan Fungsional (functional representation)
Peran anggota parlemen sebagai trustee dan juga pengemban mandat perwakilan. Yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai kemampuan berbicara dan bertindak atas nama suatu kelompok yang lebih besar.
C. Sistem Satu Majelis dan Sistem Dua Majelis
Sistem Satu Majelis (House of Representative atau Lower House)
Sistem ini mencerminkan mayoritas dari kehendak rakyat karena biasanya dipilih secara langsung oleh masyarakat dan prosedur pengambilan keputusan dapat berjalan relatif cepat. . Prinsip ini paling sesuai dengan konsep demokrasi. Tetapi sistem ini dibatasi kekuasaannya karena memberi peluang untuk menyalahgunakan wewenang itu. Anggota-anggotanya juga mudah dipengaruhi oleh fluktuasi situasi poitik karena dipilih langsung oleh rakyat.
Sistem Dua Majelis (Upper House atau Senate)
Sistem ini memberikan kesempatan kepada provinsi atau negara bagian untuk memajukan kepentingannya masing-masing, biasanya wewenangnya kurang daripada badan yang mewakili rakyat.
D. Majelis Tinggi dasn Majelis Rendah
Majelis Tinggi
Keanggotaan majelis ini ditentukan berdasarkan:
Turun temurun (Inggris)
Ditunjuk (Inggris, Kanada), biasa karena atas jasanya
Dipilih (India, Amerika, Filipina)
Majelis tinggi mempunyai masa jabatan lebih lama dibanding anggota majelis rendah. Bobot wewenang majelis tinggi juga kebih kecil dibandinhkan majelis rendah,
Majelis Rendah
Keanggotaan majelis ini dipilih dalam pemilihan umum. Majelis ini juga dianggap sebagai yang paling pening. Masa jabatannya biasa sudah ditentukan, tetapi di beberapa negara majelis ini dapat dibubarkan oleh perdana menteri untuk diadakan pemilihan baru.
Bobot wewenang majelis ini lebih besar dibanding majelis tinggi. Wewenang ini tercermin di bidang legislatif maupun pengawasan (kontrol). Di negara yang mempunyai sistem pemerintahan parlementer, majelis ini dapat menjatuhkan kabinet. Tetapi dalam pemerintahan yang mempunyai sistem presidensial, majelis tidak mempunyai wewenang itu.
E. Fungsi Badan Legislatif
Fungsi Legislasi
Tugas dan wewenang:
• Dapat mebuat kebijakan (policy) dan mengajukan rancangan undang-undang (RUU) kepada DPR
• Ikut membahas RUU
Badan legislasi diberi hak inisiatif, hak untuk mengadakan amandemen terhadap rancangan undang-undang yang disusun oleh pemerintah, dan terutama di bidang budget atau anggaran. Mayoritas undang-undang dirumuskan dan dipersiapkan oleh badan eksekutif, dan badan legislatif tinggal membahas dan mengamandemennya.
Bidang Terkait: Otonomi daerah; Hubungan pusat dan daerah; Pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah; Pengelolaan sumberdaya alam dan sumberdaya ekonomi lainnya; Perimbangan keuangan pusat dan daerah.
Fungsi Pertimbangan
Tugas dan wewenang:
• Memberikan pertimbangan kepada DPR
Bidang Terkait: RUU Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN); RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama; Pemilihan anggota Badan Pemeriksa Keuangan.
Fungsi Pengawasan (kontrol)
Tugas dan wewenang:
• Dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang dan menyampaikan hasil pengawasannya kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
• Menerima hasil pemeriksaan keuangan negara yang dilakukan BPK
• Mengawasi aktivitas badan eksekutif agar sesuai dengan kebijakkan yang ditetapkan (scrutiny, oversight) melalui sidang panitia-panitia legislatif melalui hak-hak kontrol yang khusus sepert hak bertanya, interpelasi (meminta keterangan), hak angket (penyelidikan), dan mosi(pernyataan tidak percaya).
Bidang Terkait : Otonomi daerah; Hubungan pusat dan daerah; Pembentukan dan pemekaran, serta penggabungan daerah; Pengelolaan sumberdaya alam serta sumberdaya ekonomi lainnya; Perimbangan keuangan pusat dan daerah; Pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN); Pajak, pendidikan, dan agama.
Fungsi Lainnya
Bagi anggota badan legislatif juga terbuka kesempatan untuk bertindak sebagai pembawa suara rakyat dan mengajukan beraneka pandangan secara dinamis dalam masyarakat. Dan juga fungsi lainnya sebagai sarana rekrutmen politik, yaitu merupakan training ground bagi generasi muda yang ingin mendapat pengalaman di bidang poltik sampai ke tingkat nasional.
F. Pengertian korupsi.
Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jka dilihat dari struktrur bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya mempunyai makna yang sama. Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara.
Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan wewenang dan kekuatan kekuatan formal (misalnya denagan alasan hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri. Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan mengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman. Wertheim (dalam Lubis, 1970) menyatakan bahwa seorang pejabat dikatakan melakukan tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang yang bertujuan mempengaruhinya agar ia mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingan si pemberi hadiah. Kadang-kadang orang yang menawarkan hadiahdalam bentuk balas jasa juga termasuk dalam korupsi.
Selanjutnya, Wertheim menambahkan bahwa balas jasa dari pihak ketiga yang diterima atau diminta oleh seorang pejabat untuk diteruskan kepada keluarganya atau partainya/ kelompoknya atau orang-orang yang mempunyai hubungan pribadi dengannya, juga dapat dianggap sebagai korupsi. Dalam keadaan yang demikian, jelas bahwa ciri yang paling menonjol di dalam korupsi adalah tingkah laku pejabat yang melanggar azas pemisahan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan masyarakat, pemisaham keuangan pribadi dengan masyarakat.
F. Penyebab Terjadinya Korupsi
Di sisi lain Ainan (1982) menyebutkan beberapa sebab terjadinya korupsi yaitu :
a. Perumusan perundang-undangan yang kurang sempurna.
b. Administrasi yang lamban, mahal, dan tidak luwes.
c. Tradisi untuk menambah penghasilan yang kurang dari pejabat pemerintah dengan upeti atau suap.
d. Dimana berbagai macam korupsi dianggap biasa, tidak dianggap bertentangan
dengan moral, sehingga orang berlomba untuk korupsi.
e. Di India, misalnya menyuap jarang dikutuk selama menyuap tidak dapat dihindarkan.
f. Menurut kebudayaannya, orang Nigeria Tidak dapat menolak suapan dan
korupsi, kecuali mengganggap telah berlebihan harta dan kekayaannya.
g. Manakala orang tidak menghargai aturan-aturan resmi dan tujuan organisasi pemerintah, mengapa orang harus mempersoalkan korupsi.
Menurut Singh (1974), dalam penelitiannya ia menemukan bahwa penyebab terjadinya korupsi di India adalah kelemahan moral (41,3%), tekanan ekonomi (23,8%), hambatan struktur administrasi (17,2 %), hambatan struktur sosial (7,08 %).
Sementara itu Merican (1971) menyatakan sebab-sebab terjadinya korupsi adalah sebagai berikut :
a. Peninggalan pemerintahan kolonial.
b. Kemiskinan dan ketidaksamaan.
c. Gaji yang rendah.
d. Persepsi yang populer.
e. Pengaturan yang bertele-tele.
f. Pengetahuan yang tidak cukup dari bidangnya
Dari pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab terjadinya korupsi adalah sebagai berikut :
1. Gaji yang rendah, kurang sempurnanya peraturan perundang-undangan,
administrasi yang lamban dan sebagainya.
2. Warisan pemerintahan kolonial.
3. Sikap mental pegawai yang ingin cepat kaya dengan cara yang tidak halal, tidak
ada kesadaran bernegara, tidak ada pengetahuan pada bidang pekerjaan yang
dilakukan oleh pejabat pemerintah.
3. Akibat-akibat korupsi.
Nye menyatakan bahwa akibat-akibat korupsi adalah :
1. Pemborosan sumber-sumber, modal yang lari, gangguan terhadap penanaman modal, terbuangnya keahlian, bantuan yang lenyap.
2. Ketidakstabilan, revolusi sosial, pengambilan alih kekuasaan oleh militer,
3. Pengurangan kemampuan aparatur pemerintah, pengurangan kapasitas
administrasi, hilangnya kewibawaan administrasi.
Selanjutnya Mc Mullan (1961) menyatakan bahwa akibat korupsi adalah ketidak efisienan, ketidakadilan, rakyat tidak mempercayai pemerintah, memboroskan sumber-sumber negara, tidak mendorong perusahaan untuk berusaha terutama perusahaan asing, ketidakstabilan politik, pembatasan dalam kebijaksanaan pemerintah dan tidak represif.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan akibat-akibat korupsi diatas adalah sebagai berikut :
1.Tata ekonomi seperti larinya modal keluar negeri, gangguan terhadap perusahaan, gangguan penanaman modal.
2.Tata sosial budaya seperti revolusi sosial, ketimpangan sosial.
3.Tata politik seperti pengambil alihan kekuasaan, hilangnya bantuan luar negeri, hilangnya kewibawaan pemerintah, ketidakstabilan politik.
4.Tata administrasi seperti tidak efisien, kurangnya kemampuan administrasi, hilangnya keahlian, hilangnya sumber-sumber negara, keterbatasan kebijaksanaan pemerintah, pengambilan tindakan-tindakan represif. Secara umum akibat korupsi adalah merugikan negara dan merusak sendisendi kebersamaan serta memperlambat tercapainya tujuan nasional seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.
G. Upaya penanggulangan korupsi.
Korupsi tidak dapat dibiarkan berjalan begitu saja kalau suatu negara ingin mencapai tujuannya, karena kalau dibiarkan secara terus menerus, maka akan terbiasa dan menjadi subur dan akan menimbulkan sikap mental pejabat yang selalu mencari jalan pintas yang mudah dan menghalalkan segala cara (the end justifies the means). Untuk itu, korupsi perlu ditanggulangi secara tuntas dan bertanggung jawab.
Ada beberapa upaya penggulangan korupsi yang ditawarkan para ahli yang masing-masing memandang dari berbagai segi dan pandangan. Caiden (dalam Soerjono, 1980) memberikan langkah-langkah untuk menanggulangi korupsi sebagai berikut :
a. Membenarkan transaksi yang dahulunya dilarang dengan menentukan sejumlah
pembayaran tertentu.
b. Membuat struktur baru yang mendasarkan bagaimana keputusan dibuat.
c. Melakukan perubahan organisasi yang akan mempermudah masalah pengawasan dan pencegahan kekuasaan yang terpusat, rotasi penugasan, wewenang yang saling tindih organisasi yang sama, birokrasi yang salingbersaing, dan penunjukan instansi pengawas adalah saran-saran yang secara jelas diketemukan untuk mengurangi kesempatan korupsi.
d. Bagaimana dorongan untuk korupsi dapat dikurangi ? dengan jalan meningkatkan ancaman.
e. Korupsi adalah persoalan nilai. Nampaknya tidak mungkin keseluruhan korupsi dibatasi, tetapi memang harus ditekan seminimum mungkin, agar beban korupsi organisasional maupun korupsi sestimik tidak terlalu besar sekiranya ada sesuatu pembaharuan struktural, barangkali mungkin untuk mengurangi kesempatan dan dorongan untuk korupsi dengan adanya perubahan organisasi.
Cara yang diperkenalkan oleh Caiden di atas membenarkan (legalized) tindakan yang semula dikategorikan kedalam korupsi menjadi tindakan yang legal dengan adanya pungutan resmi. Di lain pihak, celah-celah yang membuka untuk kesempatan korupsi harus segera ditutup, begitu halnya dengan struktur organisasi haruslah membantu kearah pencegahan korupsi, misalnya tanggung jawab pimpinan dalam pelaksanaan pengawasan melekat, dengan tidak lupa meningkatkan ancaman hukuman kepada pelaku-pelakunya.
Selanjutnya, Myrdal (dalam Lubis, 1987) memberi saran penaggulangan korupsi yaitu agar pengaturan dan prosedur untuk keputusan-keputusan administratif yang menyangkut orang perorangan dan perusahaan lebih disederhanakan dan dipertegas, pengadakan pengawasan yang lebih keras, kebijaksanaan pribadi dalam menjalankan kekuasaan hendaknya dikurangi sejauh mungkin, gaji pegawai yang rendah harus dinaikkan dan kedudukan sosial ekonominya diperbaiki, lebih terjamin, satuan-satuan pengamanan termasuk polisi harus diperkuat, hukum pidana dan hukum atas pejabat-pejabat yang korupsi dapat lebih cepat diambil.
Orang-orang yang menyogok pejabat-pejabat harus ditindak pula. Persoalan korupsi beraneka ragam cara melihatnya, oleh karena itu cara pengkajiannya pun bermacam-macam pula. Korupsi tidak cukup ditinjau dari segi deduktif saja, melainkan perlu ditinaju dari segi induktifnya yaitu mulai melihat masalah praktisnya (practical problems), juga harus dilihat apa yang menyebabkan timbulnya korupsi.
Kartono (1983) menyarankan penanggulangan korupsi sebagai berikut :
1. Adanya kesadaran rakyat untuk ikut memikul tanggung jawab guna melakukan
partisipasi politik dan kontrol sosial, dengan bersifat acuh tak acuh.
2. Menanamkan aspirasi nasional yang positif, yaitu mengutamakan kepentingan
nasional.
3. para pemimpin dan pejabat memberikan teladan, memberantas dan menindak
korupsi.
4. Adanya sanksi dan kekuatan untuk menindak, memberantas dan menghukum
tindak korupsi.
5. Reorganisasi dan rasionalisasi dari organisasi pemerintah, melalui
penyederhanaan jumlah departemen, beserta jawatan dibawahnya.
6. Adanya sistem penerimaan pegawai yang berdasarkan “achievement” dan
bukan berdasarkan sistem “ascription”.
7. Adanya kebutuhan pegawai negeri yang non-politik demi kelancaran
administrasi pemerintah.
8. Menciptakan aparatur pemerintah yang jujur
9. Sistem budget dikelola oleh pejabat-pejabat yang mempunyai tanggung jawab
etis tinggi, dibarengi sistem kontrol yang efisien.
10. Herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan perorangan yang mencolok
dengan pengenaan pajak yang tinggi.
Marmosudjono (Kompas, 1989) mengatakan bahwa dalam menanggulangi korupsi, perlu sanksi malu bagi koruptor yaitu dengan menayangkan wajah para koruptor di televisi karena menurutnya masuk penjara tidak dianggap sebagai hal yang memalukan lagi.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa upaya penanggulangan korupsi adalah sebagai berikut :
a. Preventif.
1. Membangun dan menyebarkan etos pejabat dan pegawai baik di instansi pemerintah maupun swasta tentang pemisahan yang jelas dan tajam antara milik pribadi dan milik perusahaan atau milik negara.
2. mengusahakan perbaikan penghasilan (gaji) bagi pejabat dan pegawai negeri sesuai dengan kemajuan ekonomi dan kemajuan swasta, agar pejabat dan pegawai saling menegakan wibawa dan integritas jabatannya dan tidak terbawa oleh godaan dan kesempatan yang diberikan oleh wewenangnya.
3. Menumbuhkan kebanggaan-kebanggaan dan atribut kehormatan diri setiap jabatan dan pekerjaan. Kebijakan pejabat dan pegawai bukanlah bahwa mereka kaya dan melimpah, akan tetapi mereka terhormat karena jasa pelayanannya kepada masyarakat dan negara.
4. Bahwa teladan dan pelaku pimpinan dan atasan lebih efektif dalam memasyarakatkan pandangan, penilaian dan kebijakan.
5. menumbuhkan pemahaman dan kebudayaan politik yang terbuka untuk kontrol, koreksi dan peringatan, sebab wewenang dan kekuasaan itu cenderung disalahgunakan.
6. hal yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana menumbuhkan “sense of belongingness” dikalangan pejabat dan pegawai, sehingga mereka merasa peruasahaan tersebut adalah milik sendiri dan tidak perlu korupsi, dan selalu berusaha berbuat yang terbaik.
b. Represif.
1. Perlu penayangan wajah koruptor di televisi.
2. Herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan pejabat.
Contoh Kasus Anggota DPR yang Terlibat Korupsi :
Suap Alih Fungsi Hutan Al Amin Divonis Delapan Tahun Penjara Hakim juga mengharuskan Al Amin membayar denda Rp 250 juta subsider enam bulan penjara.
Senin, 5 Januari 2009, 10:49 WIB
Arry Anggadha, Yudho rahardjo
VIVAnews - Majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi menjatuhkan vonis selama delapan tahun penjara terhadap Al Amin Nasution. Al Amin terbukti melakukan tindak pidana korupsi.
"Terbukti melakukan tindak pidana korupsi," kata Ketua Majelis Hakim Edward Pattinasarani saat membacakan putusan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin 5 Januari 2009. Hakim juga mengharuskan Al Amin membayar denda Rp 250 juta subsider enam bulan penjara.
Putusan majelis hakim ini jauh lebih rendah dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum. Pada Pada 10 Desember 2008, Jaksa Penuntut Umum menuntut Al Amin 15 tahun penjara. Al Amin juga harus membayar denda Rp 500 juta subsider enam bulan kurungan serta mengembalikan uang yang dinikmati sebesar Rp 2,957 miliar.
Jaksa menjerat Al Amin dengan Pasal 12 huruf a, Pasal 12 huruf e, dan Pasal 11 Undang-undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pasal pemerasan bagi Amin Jaksa kenakan pada kasus proyek pengadaan alat komunikasi GPS (Global Positioning System) Departemen Kehutanan.
Menurut kelompok kami, korupsi selain membuat hutang Negara semakin meningkat juga mencemarkan nama baik Negara . Korupsi juga membuat orang yang miskin menjadi miskin dan yang kaya menjadi semakin kaya seperti dalam kasus di atas. Akibatnya harga-harga naik dan membuat rakyat menderita.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Korupsi adalah penyalahgunaan wewenang yang ada pada pejabat atau pegawai demi keuntungan pribadi, keluarga dan teman atau kelompoknya.
2. Korupsi menghambat pembangunan, karena merugikan negara dan merusak sendi-sendi kebersamaan dan menghianati cita-cita perjuangan bangga.
3. Cara penaggulangan korupsi adalah bersifat Preventif dan Represif.Pencegahan preventif) yang perlu dilakukan adalah dengan menumbuhkan dan membangun etos kerja pejabat maupun pegawai tentang pemisahan yang jelas antara milik negara atau perusahaan dengan milik pribadi, mengusahakan perbaikan penghasilan (gaji), menumbuhkan kebanggaan-kebanggaan dan atribut kehormatan diri setiap jabatan dan pekerjaan, teladan dan pelaku pimpinan atau atasan lebih efektif dalam memasyarakatkan pandangan, penilaian dan kebijakan, terbuka untuk kontrol, adanya kontrol sosial dan sanksi sosial, menumbuhkan rasa “sense of belongingness” diantara para pejabat dan pegawai. Sedangkan tindakan yang bersifat Represif adalah menegakan hukum yang berlaku pada koruptor dan penayangan wajah koruptor di layar televisi dan herregistrasi (pencatatan ulang) kekayaan pejabat dan pegawai.
B. Saran
Menurut kelompok kami, negara dan aparat keamanan perlu menegaskan hukum dan peraturan yang sudah di tetapkan. Dan anggota DPR yang sering terlibat korupsi kiranya mau menjadi contoh yang baik bagi rakyat, karena kalau begini terus bagaimana Indonesia mau maju dan berkembang?? Maka, marilah kita bersama- sama berantas korupsi.
DAFTAR PUSTAKA
- WWW. Google.Com
- Bellone, Carl.1980.Organization Theory and The New Public Administration. United
- States Of America.Allyn and Bacon, Inc. Boston/ London Sydney/ Toronto.
- Frederickson, George, H. 1984. Administrasi Negara Baru. Terjemahan. Jakarta. LP3ES. Cetakan Pertama.
- Kartono, Kartini. 1983. Pathologi Sosial. Jakarta. Edisi Baru. CV. Rajawali Press.
- Lamintang, PAF dan Samosir, Djisman. 1985. Hukum Pidana Indonesia. Bandung. Penerbit Sinar Baru.
- Lubis, Mochtar. 1977. Bunga Rampai Etika Pegawai Negeri. Jakarta. Bhratara. Karya Aksara.
- Saleh, Wantjik. 1978. Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia. Jakarta. Penerbit Ghalia Indonesia.
- Simon, Herbert. 1982. Administrative Behavior. Terjemahan St. Dianjung. Jakarta. PT. Bina Aksara.
- Kompas. Surat Kabar Harian. Jakarta. Bulan Oktober sampai Desember 1989.
Suara Pembaharuan. Surat Kabar Harian. Jakarta. Bulan Oktober sampai Desember 1989
Langganan:
Postingan (Atom)