Jumat, 03 Desember 2010
Metropop Spring In London
Judul: Spring In London
Pengarang: Illana Tan
Harga: Rp.39.000,-
Tebal Halaman: 240
Sinopsis dari buku:
Gadis itu tidak menyukainya. Kenapa?
Astaga, ia---Danny Jo---adalah orang yang baik. Sungguh! Ia selalu bersikap ramah, sopan dan menyenangkan. Lalu kenapa Naomi Ishida menjauhinya seperti wabah penyakit? Bagaimana mereka bisa bekerja sama dalam pembuatan video musik ini kalau gadis itu mengacuhkannya setiap saat? Kesalahan apa yang sudah dia lakukan?
Bagaimanapun juga Danny bukan orang yang gampang menyerah. Ia akan mencoba mendekati Naomi untuk mencari tahu alasan gadis itu memusuhinya.
Tetapi ada dua hal yang tidak diperhitungkan Danny. Yang pertama adalah kemungkinan ia akan jatuh cinta pada Naomi Ishida yang dingin, misterius, dan penuh rahasia itu. Dan yang kedua adalah kemungkinan ia akan menguak rahasia gelap yang bisa menghancurkan mereka berdua dan orang-orang yang mereka sayangi.
Kamus bahasa ALAY
Jika anda pernah melihat kalimat "U 9Hy D! HuMZzZ. . . ? ? ?" atau "heii , lamb knall yupz ! nmAquw Gneshaa . . !". Pasti untuk kita yang belum terbiasa, pasti akan pusing melihat tulisan yang mirip dengan sandi tersebut. Itulah yang disebut dengan Bahasa Alay. Untuk menerjemahkan lifestyle bahasa anak muda masa kini tersebut, sebaiknya kita memerlukan kamus Bahasa Alay agar maksud dan tujuan penulisan pesan tersebut tidak salah mengerti. Anak ABG selalu saja berhasil menciptakan sebuah image baru mengenai dirinya walaupun hal tersebut banyak menabrak pakem yang telah ada. Tidak terkecuali dengan bahasa alay ( Anak Layangan ) ini yang menggabungkan huruf dengan angka, memperpanjang atau memperpendek pemakaian huruf atau memvariasi huruf besar dan kecil membentuk sebuah kata dan kalimat.
Seperti halnya tren bahasa gaul yang sempat dipopulerkan oleh Deby Sahertian hingga penerbitan beberapa kamus bahasa gaul nya, maka bahasa alay juga memerlukan sebuah kitab atau kamus khusus untuk mengartikan bentuk tulisan agar tidak salah mengerti. Namun jika kita ingin mengindari hal tersebut, maka usahakan untuk berkomunikasi langsung saja agar maksud yang ingin diberikan, bisa kita mengerti dengan benar. Karena ketertarikan dengan bahasa alay inilah, hingga muncul sebuah teks generator dan kamus bahasa alay. Hal tersebut bukan bermaksud untuk mendukung atau mencegah perkembangannya, namun semata2 ingin memberikan informasi mengenai keberadaan bahasa tersebut yang semakin berkembang dikalangan remaja kita. Ok deh untuk yang ingin menggunakan Tex
Dan berikut beberapa daftar kata yang coba disusun menjadi sebuah kamus bahasa alay
Gue : W, Wa, Q, Qu, G
Lo/kamu : U
Rumah : Humz, Hozz
Aja : Ja, Ajj (Ajj bacanya apa ya?)
Yang : Iank/Iang, Eank/Eang (ada juga yang iiank/iiang)
Boleh : Leh
Baru : Ru
Ya/Iya : Yupz, Ia, Iupz
Kok : KoQ, KuQ, Kog, Kug
Nih : Niyh, Niech, Nieyh
Tuh : Tuwh, Tuch
Deh : Dech, Deyh
Belum : Lom, Lum
Cape : Cppe, Cpeg
Kan : Khan, Kant, Kanz
Manis : Maniezt, Manies
Cakep : Ckepp
Keren : Krenz, Krent
Kurang : Krang, Krank (Crank?)
Tau : Taw, Tawh, Tw
Bokep : Bokebb
Dulu : Duluw (Dulux aja biar bisa ngecat rumah)
Chat : C8
Tempat : T4
Sempat : S4
Telepon : Tilp
Ini : Iniyh, Nc
Ketawa : wkwkwk, xixixi, haghaghag, w.k.k.k.k.k., wkowkowkwo (bacanya apa coba tolong jelaskan)
Nggak : Gga, Gax, Gag, Gz
Hai : Ui (Apa Ui? Universitas Indonesia?)
SMS : ZMZ, XMX, MZ (oh god...)
Lagi : Ghiy, Ghiey, Gi
Apa : Pa, PPa (PPa ???)
Tapi : PPi
Mengeluh : Hufft
Sih : Siech, Sieyh, Ciyh (nggak sekalian aja Syekh Puji)
Dong : Dumz, Dum (apa Dumolit?)
Reply : Repp (ini yang paling sering ditemukan di dunia maya)
Halo : Alow (menurut kalian, apakah kita teletubbies?)
Sayang : Saiank, Saiang
Lucu : Luthu, Uchul, Luchuw
Khusus : Khuzuz
Kalian : Klianz
Add : Et, Ett (biasanya minta di add friendsternya)
Banget : Bangedh, Beud, Beut (sekalian aja baut sama obeng)
Nya, contoh : misalnya, jadi misalna, misal'a, misal.a
Imut : Imoetz, Mutz
Loh : Loch, Lochkz, Lochx
Gitu : Gtw, Gitchu, Gituw
Salam : Lam
Kenal : Nal (buset irit karakter banget)
Buat : Wat, Wad
Cewek : Cwekz
Cowok : Cwokz
Karena/Soalnya : Coz, Cz
Masuk : Suk, Mzuk, Mzug, Mzugg
Punya : Pya, P'y
Pasti : Pzt
Anak : Nax, Anx, Naq (ko-naq?)
Cuekin : Cuxin
Curhat : Cvrht
Terus : Rus, Tyuz, Tyz
Tiap : Tyap
Kalau : Kaluw, Klw, Low (oh maann...)
Setiap : Styp
Main : Men
Paling : Plink, P'ling
Love : Luph, Luff, Loupz, Louphh
Makan : Mumz, Mamz
Yuk : Yuq, Yuqz, Yukz
Lupa : Lupz
Udah : Dagh
Kamu : Kamuh, Kamyu, Qmu, Kamuwh
Aku : Akyu, Akuwh, Akku, q.
Maaf : Mu'uv, Muupz, Muuv
Sorry : Cowwyy, Sowry
Seperti halnya tren bahasa gaul yang sempat dipopulerkan oleh Deby Sahertian hingga penerbitan beberapa kamus bahasa gaul nya, maka bahasa alay juga memerlukan sebuah kitab atau kamus khusus untuk mengartikan bentuk tulisan agar tidak salah mengerti. Namun jika kita ingin mengindari hal tersebut, maka usahakan untuk berkomunikasi langsung saja agar maksud yang ingin diberikan, bisa kita mengerti dengan benar. Karena ketertarikan dengan bahasa alay inilah, hingga muncul sebuah teks generator dan kamus bahasa alay. Hal tersebut bukan bermaksud untuk mendukung atau mencegah perkembangannya, namun semata2 ingin memberikan informasi mengenai keberadaan bahasa tersebut yang semakin berkembang dikalangan remaja kita. Ok deh untuk yang ingin menggunakan Tex
Dan berikut beberapa daftar kata yang coba disusun menjadi sebuah kamus bahasa alay
Gue : W, Wa, Q, Qu, G
Lo/kamu : U
Rumah : Humz, Hozz
Aja : Ja, Ajj (Ajj bacanya apa ya?)
Yang : Iank/Iang, Eank/Eang (ada juga yang iiank/iiang)
Boleh : Leh
Baru : Ru
Ya/Iya : Yupz, Ia, Iupz
Kok : KoQ, KuQ, Kog, Kug
Nih : Niyh, Niech, Nieyh
Tuh : Tuwh, Tuch
Deh : Dech, Deyh
Belum : Lom, Lum
Cape : Cppe, Cpeg
Kan : Khan, Kant, Kanz
Manis : Maniezt, Manies
Cakep : Ckepp
Keren : Krenz, Krent
Kurang : Krang, Krank (Crank?)
Tau : Taw, Tawh, Tw
Bokep : Bokebb
Dulu : Duluw (Dulux aja biar bisa ngecat rumah)
Chat : C8
Tempat : T4
Sempat : S4
Telepon : Tilp
Ini : Iniyh, Nc
Ketawa : wkwkwk, xixixi, haghaghag, w.k.k.k.k.k., wkowkowkwo (bacanya apa coba tolong jelaskan)
Nggak : Gga, Gax, Gag, Gz
Hai : Ui (Apa Ui? Universitas Indonesia?)
SMS : ZMZ, XMX, MZ (oh god...)
Lagi : Ghiy, Ghiey, Gi
Apa : Pa, PPa (PPa ???)
Tapi : PPi
Mengeluh : Hufft
Sih : Siech, Sieyh, Ciyh (nggak sekalian aja Syekh Puji)
Dong : Dumz, Dum (apa Dumolit?)
Reply : Repp (ini yang paling sering ditemukan di dunia maya)
Halo : Alow (menurut kalian, apakah kita teletubbies?)
Sayang : Saiank, Saiang
Lucu : Luthu, Uchul, Luchuw
Khusus : Khuzuz
Kalian : Klianz
Add : Et, Ett (biasanya minta di add friendsternya)
Banget : Bangedh, Beud, Beut (sekalian aja baut sama obeng)
Nya, contoh : misalnya, jadi misalna, misal'a, misal.a
Imut : Imoetz, Mutz
Loh : Loch, Lochkz, Lochx
Gitu : Gtw, Gitchu, Gituw
Salam : Lam
Kenal : Nal (buset irit karakter banget)
Buat : Wat, Wad
Cewek : Cwekz
Cowok : Cwokz
Karena/Soalnya : Coz, Cz
Masuk : Suk, Mzuk, Mzug, Mzugg
Punya : Pya, P'y
Pasti : Pzt
Anak : Nax, Anx, Naq (ko-naq?)
Cuekin : Cuxin
Curhat : Cvrht
Terus : Rus, Tyuz, Tyz
Tiap : Tyap
Kalau : Kaluw, Klw, Low (oh maann...)
Setiap : Styp
Main : Men
Paling : Plink, P'ling
Love : Luph, Luff, Loupz, Louphh
Makan : Mumz, Mamz
Yuk : Yuq, Yuqz, Yukz
Lupa : Lupz
Udah : Dagh
Kamu : Kamuh, Kamyu, Qmu, Kamuwh
Aku : Akyu, Akuwh, Akku, q.
Maaf : Mu'uv, Muupz, Muuv
Sorry : Cowwyy, Sowry
Rabu, 17 November 2010
Kenakalan remaja
Ada seorang Ibu yang tinggal di Jakarta bercerita bahwa sejak maraknya kasus tawuran pelajar di Jakarta, Beliau mengambil inisiatif untuk mengantar dan menjemput anaknya yang sudah SMU, sebuah kebiasaan yang belum pernah Beliau lakukan sebelumnya. Bagaimana tidak ngeri, kalau pelajar yang tidak ikut-ikutan-pun ikut diserang ?
Mengapa para pelajar itu begitu sering tawuran, seakan-akan mereka sudah tidak memiliki akal sehat, dan tidak bisa berpikir mana yang berguna dan mana yang tidak ? Mengapa pula para remaja banyak yang terlibat narkoba dan seks bebas ? Apa yang salah dari semua ini ?
Seperti yang sudah diulas dalam artikel lain di situs ini, remaja adalah mereka yang berusia antara 12 - 21 tahun. Remaja akan mengalami periode perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut :
Masa Pra-pubertas (12 - 13 tahun)
Masa pubertas (14 - 16 tahun)
Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
Dan periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Masa pra-pubertas (12 - 13 tahun)
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja. Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organ-organ seksual serta organ-organ reproduksi remaja. Di samping itu, perkembangan intelektualitas yang sangat pesat jga terjadi pada fase ini. Akibatnya, remaja-remaja ini cenderung bersikap suka mengkritik (karena merasa tahu segalanya), yang sering diwujudkan dalam bentuk pembangkangan ataupun pembantahan terhadap orang tua, mulai menyukai orang dewasa yang dianggapnya baik, serta menjadikannya sebagai "hero" atau pujaannya. Perilaku ini akan diikuti dengan meniru segala yang dilakukan oleh pujaannya, seperti model rambut, gaya bicara, sampai dengan kebiasaan hidup pujaan tersebut.
Selain itu, pada masa ini remaja juga cenderung lebih berani mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani mengemukakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan pendapatnya sekuat mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi oleh orang tua sebagai pembangkangan. Remaja tidak ingin diperlakukan sebagai anak kecil lagi. Mereka lebih senang bergaul dengan kelompok yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya. Mereka juga semakin berani menentang tradisi orang tua yang dianggapnya kuno dan tidak/kurang berguna, maupun peraturan-peraturan yang menurut mereka tidak beralasan, seperti tidak boleh mampir ke tempat lain selepas sekolah, dan sebagainya. Mereka akan semakin kehilangan minat untuk bergabung dalam kelompok sosial yang formal, dan cenderung bergabung dengan teman-teman pilihannya. Misalnya, mereka akan memilih main ke tempat teman karibnya daripada bersama keluarga berkunjung ke rumah saudara.
Tapi, pada saat yang sama, mereka juga butuh pertolongan dan bantuan yang selalu siap sedia dari orang tuanya, jika mereka tidak mampu menjelmakan keinginannya. Pada saat ini adalah saat yang kritis. Jika orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan psikisnya untuk mengatasi konflik yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya dari orang lain. Orang tua harus ingat, bahwa masalah yang dihadapi remaja, meskipun bagi orang tua itu merupakan masalah sepele, tetapi bagi remaja itu adalah masalah yang sangat-sangat berat. Orang tua tidak boleh berpikir, "Ya ampun... itu kan hal kecil. Masa kamu tidak bisa menyelesaikannya ? Bodoh sekali kamu !", dan sebagainya. Tetapi perhatian seolah-olah orang tua mengerti bahwa masalah itu berat sekali bagi remajanya, akan terekam dalam otak remaja itu bahwa orang tuanya adalah jalan keluar ang terbaik baginya. Ini akan mempermudah orang tua untuk mengarahkan perkembangan psikis anaknya.
Masa pubertas (14 - 16 tahun)
Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik mereka begitu menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini. Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pris ditandai dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya serta memberikan pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika hal ini gagal ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka khususnya dalam hal pengenalan diri/gender dan seksualitasnya akan terganggu. Kasus-kasus gay dan lesbi banyak diawali dengan gagalnya perkembangan remaja pada tahap ini.
Di samping itu, remaja mulai mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual. Karena kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan seksualitasnya, remaja sukar diselami perasaannya. Kadang mereka bersikap kasar, kadang lembut. Kadang suka melamun, di lain waktu dia begitu ceria. Perasaan sosial remaja di masa ini semakin kuat, dan mereka bergabung dengan kelompok yang disukainya dan membuat peraturan-peraturan dengan pikirannya sendiri.
Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik, akan dapat menerima kodratnya, baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Mereka juga bangga karena tubuh mereka dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini berlangsung sangat singkat. Pada remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat daripada remaja pria, sehingga proses kedewasaan remaja putri lebih cepat dicapai dibandingkan remaja pria. Umumnya kematangan fisik dan seksualitas mereka sudah tercapai sepenuhnya. Namun kematangan psikologis belum tercapai sepenuhnya.
Periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna, baik segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran mereka. Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti cita-citanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupannya serta sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini.
Mengapa para pelajar itu begitu sering tawuran, seakan-akan mereka sudah tidak memiliki akal sehat, dan tidak bisa berpikir mana yang berguna dan mana yang tidak ? Mengapa pula para remaja banyak yang terlibat narkoba dan seks bebas ? Apa yang salah dari semua ini ?
Seperti yang sudah diulas dalam artikel lain di situs ini, remaja adalah mereka yang berusia antara 12 - 21 tahun. Remaja akan mengalami periode perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut :
Masa Pra-pubertas (12 - 13 tahun)
Masa pubertas (14 - 16 tahun)
Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
Dan periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Masa pra-pubertas (12 - 13 tahun)
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja. Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organ-organ seksual serta organ-organ reproduksi remaja. Di samping itu, perkembangan intelektualitas yang sangat pesat jga terjadi pada fase ini. Akibatnya, remaja-remaja ini cenderung bersikap suka mengkritik (karena merasa tahu segalanya), yang sering diwujudkan dalam bentuk pembangkangan ataupun pembantahan terhadap orang tua, mulai menyukai orang dewasa yang dianggapnya baik, serta menjadikannya sebagai "hero" atau pujaannya. Perilaku ini akan diikuti dengan meniru segala yang dilakukan oleh pujaannya, seperti model rambut, gaya bicara, sampai dengan kebiasaan hidup pujaan tersebut.
Selain itu, pada masa ini remaja juga cenderung lebih berani mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani mengemukakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan pendapatnya sekuat mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi oleh orang tua sebagai pembangkangan. Remaja tidak ingin diperlakukan sebagai anak kecil lagi. Mereka lebih senang bergaul dengan kelompok yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya. Mereka juga semakin berani menentang tradisi orang tua yang dianggapnya kuno dan tidak/kurang berguna, maupun peraturan-peraturan yang menurut mereka tidak beralasan, seperti tidak boleh mampir ke tempat lain selepas sekolah, dan sebagainya. Mereka akan semakin kehilangan minat untuk bergabung dalam kelompok sosial yang formal, dan cenderung bergabung dengan teman-teman pilihannya. Misalnya, mereka akan memilih main ke tempat teman karibnya daripada bersama keluarga berkunjung ke rumah saudara.
Tapi, pada saat yang sama, mereka juga butuh pertolongan dan bantuan yang selalu siap sedia dari orang tuanya, jika mereka tidak mampu menjelmakan keinginannya. Pada saat ini adalah saat yang kritis. Jika orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan psikisnya untuk mengatasi konflik yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya dari orang lain. Orang tua harus ingat, bahwa masalah yang dihadapi remaja, meskipun bagi orang tua itu merupakan masalah sepele, tetapi bagi remaja itu adalah masalah yang sangat-sangat berat. Orang tua tidak boleh berpikir, "Ya ampun... itu kan hal kecil. Masa kamu tidak bisa menyelesaikannya ? Bodoh sekali kamu !", dan sebagainya. Tetapi perhatian seolah-olah orang tua mengerti bahwa masalah itu berat sekali bagi remajanya, akan terekam dalam otak remaja itu bahwa orang tuanya adalah jalan keluar ang terbaik baginya. Ini akan mempermudah orang tua untuk mengarahkan perkembangan psikis anaknya.
Masa pubertas (14 - 16 tahun)
Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik mereka begitu menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini. Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pris ditandai dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya serta memberikan pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika hal ini gagal ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka khususnya dalam hal pengenalan diri/gender dan seksualitasnya akan terganggu. Kasus-kasus gay dan lesbi banyak diawali dengan gagalnya perkembangan remaja pada tahap ini.
Di samping itu, remaja mulai mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual. Karena kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan seksualitasnya, remaja sukar diselami perasaannya. Kadang mereka bersikap kasar, kadang lembut. Kadang suka melamun, di lain waktu dia begitu ceria. Perasaan sosial remaja di masa ini semakin kuat, dan mereka bergabung dengan kelompok yang disukainya dan membuat peraturan-peraturan dengan pikirannya sendiri.
Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik, akan dapat menerima kodratnya, baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Mereka juga bangga karena tubuh mereka dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini berlangsung sangat singkat. Pada remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat daripada remaja pria, sehingga proses kedewasaan remaja putri lebih cepat dicapai dibandingkan remaja pria. Umumnya kematangan fisik dan seksualitas mereka sudah tercapai sepenuhnya. Namun kematangan psikologis belum tercapai sepenuhnya.
Periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna, baik segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran mereka. Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti cita-citanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupannya serta sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini.
Tips Mengatasi Anak Yang Malas Belajar
Beberap hari lalu saya sempat berdiskusi dengan teman sekos saya, mulanya beliau bercerita tentang adik laki-lakinya yang malas untuk belajar padahal sebentar lagi dia akan menghadapi ujian akhir kelulusan SD. Sebuat saja namanya “Ardi”, Ardi ini termasuk anak yang belum bisa belajar dengan baik atau masih malas-malasan, kalaupun dia belajar itu hanya untuk menghindari omelan kakak dan ibunyan yang selalu menyuruhnya untuk belajar, dan bisa ditebak selama dia di ruang belajar yang dilakukan pun hanya pura-pura belajar atau belajar asal-asalan, sekolah pun hanya sekedar sebagai rutinitas seharian yang hanya berlalu begitu saja, sekedar menuruti perintah orang tua.
Apa yang terjadi pada Ardi sebenarnya juga banyak dialami anak-anak usia sekolah di masyarakat kita. Tak terhitung lagi berapa banyak orang tua yang mengeluh dan kecewa dengan nilai anaknya yang jeblok (jelek) karena anaknya malas belajar, dan sebaliknya tidak jarang juga kita menemukan anak yang ngambek atau menagis gara-gara selalu disuruh belajar. Ada orang tau yang memarahi anaknya, mengancam si anak untuk tidak akan membelikan ini dan itu kalau si anak tidak belajar, membanding-bandingkan anaknya dengan anak lain, atau bahkan ada orang tua yang mengunakan cara kekerasan (menjewer, menyentil, mencubit, atau memukul). Jelas semua ini akan sangat berpengaruh pada fisik maupun psikis siswa.
Lalu sebenarnya bagaimanakah cara untuk mengatasi anak yang malas belajar? Masih perlukan kita dengarkan keluhan-keluahn orang tua tentang anaknya yang malas belajar? Haruskah anak itu ngambek atau menagis gara-gara dimarahin orang tuanya dan disuruh-suruh untuk belajar?
Untuk mengatasi permasalahan tersebut ada baiknya kalau terlebih dahulu kita mencari penyebab dari prikalu malas belajar, kemudian baru mencari solusi guna mengatasinya. Betul Bu/Pak....? :D
Malas belajar pada anak secara psikologis merupakan wujud dari melemahnya kondisi mental, intelektual, fisik, dan psikis anak. Malas belajar timbul dari beberapa faktor, untuk lebih mudahnya terbagi menjadi dua faktor besar, yaitu: 1) faktor intrinsik ( dari dalam diri anak), dan 2) Faktor ekstrinsik (faktor dari luar anak).
1. Dari Dalam Diri Anak (Intrinsik)
Rasa malas untuk belajar yang timbul dari dalam diri anak dapat disebabkan karena kurang atau tidak adanya motivasi diri. Motivasi ini kemungkinan belum tumbuh dikarenakan anak belum mengetahui manfaat dari belajar atau belum ada sesuatu yang ingin dicapainya. Selain itu kelelahan dalam beraktivitas dapat berakibat menurunnya kekuatan fisik dan melemahnya kondisi psikis. Sebagai contoh, terlalu lama bermain, terlalu banyak mengikuti les ini dan les itu, terlalu banyak mengikuti ekstrakulikuler ini dan itu, atau membantu pekerjaan orangtua di rumah, merupakan faktor penyebab menurunnya kekuatan fisik pada anak. Contoh lainnya, terlalu lama menangis, marah-marah (ngambek) juga akan berpengaruh pada kondisi psikologis anak.
2. Dari Luar Anak (Ekstrinsik)
Faktor dari luar anak yang tidak kalah besar pengaruhnya terhadap kondisi anak untuk menjadi malas belajar. Hal ini terjadi karena:
a. Sikap Orang Tua
Sikap orang tua yang tidak memberikan perhatian dalam belajar atau sebaliknya terlalu berlebihan perhatiannya, bisa menyebabkan anak malas belajar. Tidak cukup di situ, banyak orang tua di masyarakat kita yang menuntut anak untuk belajar hanya demi angka (nilai) dan bukan mengajarkan kepada anak akan kesadaran dan tanggung jawab anak untuk belajar selaku pelajar. Akibat dari tuntutan tersebut tidak sedikit anak yang stress dan sering marah-marah (ngambek) sehingga nilai yang berhasil ia peroleh kurang memuaskan. Parahnya lagi, tidak jarang orang tua yang marah-marah dan mencela anaknya bilamana anak mendapat nilai yang kuang memuaskan. Menurut para pakar psikologi, sebenarnya anak usia Sekolah Dasar janga terlalu diorentasikan pada nilai (hasil belajar), tetapi bagaimana membiasakan diri untuk belajar, berlatih tanggung jawab, dan berlatih dalam suatu aturan.
b. Sikap Guru
Guru selaku tokoh teladan atau figur yang sering berinteraksi dengan anak dan dibanggakan oleh mereka, tapi tidak jarang sikap guru di sekolah juga menjadi objek keluhan siswanya. Ada banyak macam penyebabnya, mulai dari ketidaksiapan guru dalam mengajar, tidak menguasai bidang pelajaran yang akan diajarkan, atau karena terlalu banyak memberikan tugas-tugas dan pekerjaan rumah. Selain itu, sikap sering terlambat masuk kelas di saat mengajar, bercanda dengan siswa-siswa tertentu saja atau membawa masalah rumah tangga ke sekolah, membuat suasana belajar semakin tidak nyaman, tegang dan menakutkan bagi siswa tertentu.
c. Sikap Teman
Ketikan seorang anak berinteraksi dengan teman-temannya di sekolah, tentunya secara langsung anak bisa memperhatikan satu sama lainnya, sikap, perlengkapan sekolah, pakaian dan asesoris-asesoris lainnya. Tapi sayangnya tidak semua teman di sekolah memiliki sikap atau perilaku yang baik dengan teman-teman lainnya. Seorang teman yang berlebihan dalam perlengkapan busana sekolah atau perlengkapan belajar, seperti sepatu yang bermerk yang tidak terjangkau oleh teman-teman lainnya, termasuk tas sekolah dan alat tulis atau sepeda dan mainan lainnya, secara tidak langsung dapat membuat iri teman-teman yang kurang mampu. Pada akhirnya ada anak yang menuntut kepada orang tuanya untuk minta dibelikan perlengkapan sekolah yang serupa dengan temannya. Bilamana tidak dituruti maka dengan cara malas belajarlah sebagai upaya untuk dikabulkan permohonannya.
d. Suasana Belajar di Rumah
Bukan suatu jaminan rumah mewah dan megah membuat anak menjadi rajin belajar, tidak pula rumah yang sangat sederhana menjadi faktor mutlak anak malas belajar. Rumah yang tidak dapat menciptakan suasana belajar yang baik adalah rumah yang selalu penuh dengan kegaduhan, keadaan rumah yang berantakan ataupun kondisi udara yang pengap. Selain itu tersedianya fasilitas-fasilitas permainan yang berlebihan di rumah juga dapat mengganggu minat belajar anak. Mulai dari radio tape yang menggunakan kaset, CD, VCD, atau komputer yang diprogram untuk sebuah permainan (games), seperti Game Boy, Game Watch maupun Play Stations. Kondisi seperti ini berpotensi besar untuk tidak terciptanya suasana belajar yang baik.
e. Sarana Belajar
Sarana belajar merupakan media mutlak yang dapat mendukung minat belajar, kekurangan ataupun ketiadaan sarana untuk belajar secara langsung telah menciptakan kondisi anak untuk malas belajar. Kendala belajar biasanya muncul karena tidak tersedianya ruang belajar khusus, meja belajar, buku-buku penunjang (pustaka mini), dan penerangan yang bagus. Selain itu, tidak tersediannya buku-buku pelajaran, buku tulis, dan alat-alat tulis lainnya, merupakan bagian lain yang cenderung menjadi hambatan otomatis anak akan kehilangan minat belajar yang optimal.
Enam langkan untuk mengatasi mals belajar pada anak dan membantu orangtua dalam membimbing dan mendampingi anak yang bermasalah dalam belajar antara lain:
1. Mencari Informasi
Orangtua sebaiknya bertanya langsung kepada anak guna memperoleh informasi yang tepat mengenai dirinya. Carilah situasi dan kondisi yang tepat untuk dapat berkomunikasi secara terbuka dengannya. Setelah itu ajaklah anak untuk mengungkapkan penyebab ia malas belajar. Pergunakan setiap suasana yang santai seperti saat membantu ibu di dapur, berjalan-jalan atau sambil bermain, tidak harus formal yang membuat anak tidak bisa membuka permasalahan dirinya.
2. Membuat Kesepakatan bersama antara orang tua dan anak.
Kesepakatan dibuat untuk menciptakan keadaan dan tanggung jawab serta memotivasi anak dalam belajar bukan memaksakan kehendak orang tua. Kesepakatan dibuat mulai dari bangun tidur hingga waktu hendak tidur, baik dalam hal rutinitas jam belajar, lama waktu belajar, jam belajar bilamana ada PR atau tidak, jam belajar di waktu libur sekolah, bagaimana bila hasil belajar baik atau buruk, hadiah atau sanksi apa yang harus diterima dan sebagainya. Kalaupun ada sanksi yang harus dibuat atau disepakati, biarlah anak yang menentukannya sebagai bukti tanggungjawabnya terhadap sesuatu yang akan disepakati bersama.
3. Menciptakan Disiplin.
Bukanlah suatu hal yang mudah untuk menciptakan kedisiplinan kepada anak jika tidak dimulai dari orang tua. Orang tua yang sudah terbiasa menampilkan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari akan dengan mudah diikuti oleh anaknya. Orang tua dapat menciptakan disiplin dalam belajar yang dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan. Latihan kedisiplinan bisa dimulai dari menyiapkan peralatan belajar, buku-buku pelajaran, mengingatkan tugas-tugas sekolah, menanyakan bahan pelajaran yang telah dipelajari, ataupun menanyakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam suatu pelajaran tertentu, terlepas dari ada atau tidaknya tugas sekolah.
4. Menegakkan Kedisiplinan.
Menegakkan kedisiplinan harus dilakukan bilamana anak mulai meninggalkan kesepakatan-kesepakatan yang telah disepakati. Bilamana anak melakukan pelanggaran sedapat mungkin hindari sanksi yang bersifat fisik (menjewer, menyentil, mencubit, atau memukul). Untuk mengalihkannya gunakanlah konsekuensi-konsekuensi logis yang dapat diterima oleh akal pikiran anak. Bila dapat melakukan aktivitas bersama di dalam satu ruangan saat anak belajar, orang tua dapat sambil membaca koran, majalah, atau aktivitas lain yang tidak mengganggu anak dalam ruang tersebut. Dengan demikian menegakkan disiplin pada anak tidak selalu dengan suruhan atau bentakan sementara orang tua melaksanakan aktifitas lain seperti menonton televisi atau sibuk di dapur.
5. Ketegasan Sikap
Ketegasan sikap dilakukan dengan cara orang tua tidak lagi memberikan toleransi kepada anak atas pelanggaran-pelanggaran yang dilakukannya secara berulang-ulang. Ketegasan sikap ini dikenakan saat anak mulai benar-benar menolak dan membantah dengan alasan yang dibuat-buat. Bahkan dengan sengaja anak berlaku ’tidak jujur’ melakukan aktivitas-aktivitas lain secara sengaja sampai melewati jam belajar. Ketegasan sikap yang diperlukan adalah dengan memberikan sanksi yang telah disepakati dan siap menerima konsekuensi atas pelanggaran yang dilakukannya.
6. Menciptakan Suasana Belajar
Menciptakan suasana belajar yang baik dan nyaman merupakan tanggung jawab orangtua. Setidaknya orang tua memenuhi kebutuhan sarana belajar, memberikan perhatian dengan cara mengarahkan dan mendampingi anak saat belajar. Sebagai selingan orangtua dapat pula memberikan permainan-permainan yang mendidik agar suasana belajar tidak tegang dan tetap menarik perhatian.
Ternyata malas belajar yang dialami oleh anak banyak disebabkan oleh berbagai faktor. Oleh karena itu sebelum anak terlanjur mendapat nilai yang tidak memuaskan dan membuat malu orangtua, hendaknya orang tua segera menyelidiki dan memperhatikan minat belajar anak. Selain itu, menumbuhkan inisiatif belajar mandiri pada anak, menanamkan kesadaran serta tanggung jawab selaku pelajar pada anak merupakan hal lain yang bermanfaat jangka panjang. Jika enam langkah ini dapat diterapkan pada anak, maka sudah seharusnya tidak adalagi keluhan dari orang tua tentang anaknya yang malas belajar atau anak yang ngambek karena selalu dimarahi orang tuanya.
Sumber :
http://anaprivat.blogspot.com/
www.keluargabahagia.com
http://id.answers.yahoo.com/
Apa yang terjadi pada Ardi sebenarnya juga banyak dialami anak-anak usia sekolah di masyarakat kita. Tak terhitung lagi berapa banyak orang tua yang mengeluh dan kecewa dengan nilai anaknya yang jeblok (jelek) karena anaknya malas belajar, dan sebaliknya tidak jarang juga kita menemukan anak yang ngambek atau menagis gara-gara selalu disuruh belajar. Ada orang tau yang memarahi anaknya, mengancam si anak untuk tidak akan membelikan ini dan itu kalau si anak tidak belajar, membanding-bandingkan anaknya dengan anak lain, atau bahkan ada orang tua yang mengunakan cara kekerasan (menjewer, menyentil, mencubit, atau memukul). Jelas semua ini akan sangat berpengaruh pada fisik maupun psikis siswa.
Lalu sebenarnya bagaimanakah cara untuk mengatasi anak yang malas belajar? Masih perlukan kita dengarkan keluhan-keluahn orang tua tentang anaknya yang malas belajar? Haruskah anak itu ngambek atau menagis gara-gara dimarahin orang tuanya dan disuruh-suruh untuk belajar?
Untuk mengatasi permasalahan tersebut ada baiknya kalau terlebih dahulu kita mencari penyebab dari prikalu malas belajar, kemudian baru mencari solusi guna mengatasinya. Betul Bu/Pak....? :D
Malas belajar pada anak secara psikologis merupakan wujud dari melemahnya kondisi mental, intelektual, fisik, dan psikis anak. Malas belajar timbul dari beberapa faktor, untuk lebih mudahnya terbagi menjadi dua faktor besar, yaitu: 1) faktor intrinsik ( dari dalam diri anak), dan 2) Faktor ekstrinsik (faktor dari luar anak).
1. Dari Dalam Diri Anak (Intrinsik)
Rasa malas untuk belajar yang timbul dari dalam diri anak dapat disebabkan karena kurang atau tidak adanya motivasi diri. Motivasi ini kemungkinan belum tumbuh dikarenakan anak belum mengetahui manfaat dari belajar atau belum ada sesuatu yang ingin dicapainya. Selain itu kelelahan dalam beraktivitas dapat berakibat menurunnya kekuatan fisik dan melemahnya kondisi psikis. Sebagai contoh, terlalu lama bermain, terlalu banyak mengikuti les ini dan les itu, terlalu banyak mengikuti ekstrakulikuler ini dan itu, atau membantu pekerjaan orangtua di rumah, merupakan faktor penyebab menurunnya kekuatan fisik pada anak. Contoh lainnya, terlalu lama menangis, marah-marah (ngambek) juga akan berpengaruh pada kondisi psikologis anak.
2. Dari Luar Anak (Ekstrinsik)
Faktor dari luar anak yang tidak kalah besar pengaruhnya terhadap kondisi anak untuk menjadi malas belajar. Hal ini terjadi karena:
a. Sikap Orang Tua
Sikap orang tua yang tidak memberikan perhatian dalam belajar atau sebaliknya terlalu berlebihan perhatiannya, bisa menyebabkan anak malas belajar. Tidak cukup di situ, banyak orang tua di masyarakat kita yang menuntut anak untuk belajar hanya demi angka (nilai) dan bukan mengajarkan kepada anak akan kesadaran dan tanggung jawab anak untuk belajar selaku pelajar. Akibat dari tuntutan tersebut tidak sedikit anak yang stress dan sering marah-marah (ngambek) sehingga nilai yang berhasil ia peroleh kurang memuaskan. Parahnya lagi, tidak jarang orang tua yang marah-marah dan mencela anaknya bilamana anak mendapat nilai yang kuang memuaskan. Menurut para pakar psikologi, sebenarnya anak usia Sekolah Dasar janga terlalu diorentasikan pada nilai (hasil belajar), tetapi bagaimana membiasakan diri untuk belajar, berlatih tanggung jawab, dan berlatih dalam suatu aturan.
b. Sikap Guru
Guru selaku tokoh teladan atau figur yang sering berinteraksi dengan anak dan dibanggakan oleh mereka, tapi tidak jarang sikap guru di sekolah juga menjadi objek keluhan siswanya. Ada banyak macam penyebabnya, mulai dari ketidaksiapan guru dalam mengajar, tidak menguasai bidang pelajaran yang akan diajarkan, atau karena terlalu banyak memberikan tugas-tugas dan pekerjaan rumah. Selain itu, sikap sering terlambat masuk kelas di saat mengajar, bercanda dengan siswa-siswa tertentu saja atau membawa masalah rumah tangga ke sekolah, membuat suasana belajar semakin tidak nyaman, tegang dan menakutkan bagi siswa tertentu.
c. Sikap Teman
Ketikan seorang anak berinteraksi dengan teman-temannya di sekolah, tentunya secara langsung anak bisa memperhatikan satu sama lainnya, sikap, perlengkapan sekolah, pakaian dan asesoris-asesoris lainnya. Tapi sayangnya tidak semua teman di sekolah memiliki sikap atau perilaku yang baik dengan teman-teman lainnya. Seorang teman yang berlebihan dalam perlengkapan busana sekolah atau perlengkapan belajar, seperti sepatu yang bermerk yang tidak terjangkau oleh teman-teman lainnya, termasuk tas sekolah dan alat tulis atau sepeda dan mainan lainnya, secara tidak langsung dapat membuat iri teman-teman yang kurang mampu. Pada akhirnya ada anak yang menuntut kepada orang tuanya untuk minta dibelikan perlengkapan sekolah yang serupa dengan temannya. Bilamana tidak dituruti maka dengan cara malas belajarlah sebagai upaya untuk dikabulkan permohonannya.
d. Suasana Belajar di Rumah
Bukan suatu jaminan rumah mewah dan megah membuat anak menjadi rajin belajar, tidak pula rumah yang sangat sederhana menjadi faktor mutlak anak malas belajar. Rumah yang tidak dapat menciptakan suasana belajar yang baik adalah rumah yang selalu penuh dengan kegaduhan, keadaan rumah yang berantakan ataupun kondisi udara yang pengap. Selain itu tersedianya fasilitas-fasilitas permainan yang berlebihan di rumah juga dapat mengganggu minat belajar anak. Mulai dari radio tape yang menggunakan kaset, CD, VCD, atau komputer yang diprogram untuk sebuah permainan (games), seperti Game Boy, Game Watch maupun Play Stations. Kondisi seperti ini berpotensi besar untuk tidak terciptanya suasana belajar yang baik.
e. Sarana Belajar
Sarana belajar merupakan media mutlak yang dapat mendukung minat belajar, kekurangan ataupun ketiadaan sarana untuk belajar secara langsung telah menciptakan kondisi anak untuk malas belajar. Kendala belajar biasanya muncul karena tidak tersedianya ruang belajar khusus, meja belajar, buku-buku penunjang (pustaka mini), dan penerangan yang bagus. Selain itu, tidak tersediannya buku-buku pelajaran, buku tulis, dan alat-alat tulis lainnya, merupakan bagian lain yang cenderung menjadi hambatan otomatis anak akan kehilangan minat belajar yang optimal.
Enam langkan untuk mengatasi mals belajar pada anak dan membantu orangtua dalam membimbing dan mendampingi anak yang bermasalah dalam belajar antara lain:
1. Mencari Informasi
Orangtua sebaiknya bertanya langsung kepada anak guna memperoleh informasi yang tepat mengenai dirinya. Carilah situasi dan kondisi yang tepat untuk dapat berkomunikasi secara terbuka dengannya. Setelah itu ajaklah anak untuk mengungkapkan penyebab ia malas belajar. Pergunakan setiap suasana yang santai seperti saat membantu ibu di dapur, berjalan-jalan atau sambil bermain, tidak harus formal yang membuat anak tidak bisa membuka permasalahan dirinya.
2. Membuat Kesepakatan bersama antara orang tua dan anak.
Kesepakatan dibuat untuk menciptakan keadaan dan tanggung jawab serta memotivasi anak dalam belajar bukan memaksakan kehendak orang tua. Kesepakatan dibuat mulai dari bangun tidur hingga waktu hendak tidur, baik dalam hal rutinitas jam belajar, lama waktu belajar, jam belajar bilamana ada PR atau tidak, jam belajar di waktu libur sekolah, bagaimana bila hasil belajar baik atau buruk, hadiah atau sanksi apa yang harus diterima dan sebagainya. Kalaupun ada sanksi yang harus dibuat atau disepakati, biarlah anak yang menentukannya sebagai bukti tanggungjawabnya terhadap sesuatu yang akan disepakati bersama.
3. Menciptakan Disiplin.
Bukanlah suatu hal yang mudah untuk menciptakan kedisiplinan kepada anak jika tidak dimulai dari orang tua. Orang tua yang sudah terbiasa menampilkan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari akan dengan mudah diikuti oleh anaknya. Orang tua dapat menciptakan disiplin dalam belajar yang dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan. Latihan kedisiplinan bisa dimulai dari menyiapkan peralatan belajar, buku-buku pelajaran, mengingatkan tugas-tugas sekolah, menanyakan bahan pelajaran yang telah dipelajari, ataupun menanyakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam suatu pelajaran tertentu, terlepas dari ada atau tidaknya tugas sekolah.
4. Menegakkan Kedisiplinan.
Menegakkan kedisiplinan harus dilakukan bilamana anak mulai meninggalkan kesepakatan-kesepakatan yang telah disepakati. Bilamana anak melakukan pelanggaran sedapat mungkin hindari sanksi yang bersifat fisik (menjewer, menyentil, mencubit, atau memukul). Untuk mengalihkannya gunakanlah konsekuensi-konsekuensi logis yang dapat diterima oleh akal pikiran anak. Bila dapat melakukan aktivitas bersama di dalam satu ruangan saat anak belajar, orang tua dapat sambil membaca koran, majalah, atau aktivitas lain yang tidak mengganggu anak dalam ruang tersebut. Dengan demikian menegakkan disiplin pada anak tidak selalu dengan suruhan atau bentakan sementara orang tua melaksanakan aktifitas lain seperti menonton televisi atau sibuk di dapur.
5. Ketegasan Sikap
Ketegasan sikap dilakukan dengan cara orang tua tidak lagi memberikan toleransi kepada anak atas pelanggaran-pelanggaran yang dilakukannya secara berulang-ulang. Ketegasan sikap ini dikenakan saat anak mulai benar-benar menolak dan membantah dengan alasan yang dibuat-buat. Bahkan dengan sengaja anak berlaku ’tidak jujur’ melakukan aktivitas-aktivitas lain secara sengaja sampai melewati jam belajar. Ketegasan sikap yang diperlukan adalah dengan memberikan sanksi yang telah disepakati dan siap menerima konsekuensi atas pelanggaran yang dilakukannya.
6. Menciptakan Suasana Belajar
Menciptakan suasana belajar yang baik dan nyaman merupakan tanggung jawab orangtua. Setidaknya orang tua memenuhi kebutuhan sarana belajar, memberikan perhatian dengan cara mengarahkan dan mendampingi anak saat belajar. Sebagai selingan orangtua dapat pula memberikan permainan-permainan yang mendidik agar suasana belajar tidak tegang dan tetap menarik perhatian.
Ternyata malas belajar yang dialami oleh anak banyak disebabkan oleh berbagai faktor. Oleh karena itu sebelum anak terlanjur mendapat nilai yang tidak memuaskan dan membuat malu orangtua, hendaknya orang tua segera menyelidiki dan memperhatikan minat belajar anak. Selain itu, menumbuhkan inisiatif belajar mandiri pada anak, menanamkan kesadaran serta tanggung jawab selaku pelajar pada anak merupakan hal lain yang bermanfaat jangka panjang. Jika enam langkah ini dapat diterapkan pada anak, maka sudah seharusnya tidak adalagi keluhan dari orang tua tentang anaknya yang malas belajar atau anak yang ngambek karena selalu dimarahi orang tuanya.
Sumber :
http://anaprivat.blogspot.com/
www.keluargabahagia.com
http://id.answers.yahoo.com/
Memahami & Menolong Siswa Yang Kurang PD
DESKRIPSI KASUS
Lia (bukan nama sebenarnya) adalah siswa kelas I SMU Favorit Salatiga yang barusan naik kelas II. Ia berasal dari keluarga petani yang terbilang cukup secara sosial ekonomi di desa pedalaman + 17 km di luar kota Salatiga, sebagai anak pertama semula orang tuanya berkeberatan setamat SLTP anaknya melanjutkan ke SMU di Salatiga; orang tua sebetulnya berharap agar anaknya tidak perlu susah-sudah melanjutkan sekolah ke kota, tapi atas bujukan wali kelas anaknya saat pengambilan STTB dengan berat merelakan anaknya melanjutkan sekolah. Pertimbangan wali kelasnya karena Lia terbilang cerdas diantara teman-teman yang lain sehingga wajar jika bisa diterima di SMU favorit. Sejak diterima di SMU favorit di satu fihak Lia bangga sebagai anak desa toh bisa diterima, tetapi di lain fihak mulai minder dengan teman-temannya yang sebagian besar dari keluarga kaya dengan pola pergaulan yang begitu beda dengan latar belakang Lia. Ia menganggap teman-teman dari keluarga kaya tersebut sebagai orang yang egois, kurang bersahabat, pilih-pilih teman yang sama-sama dari keluarga kaya saja, dan sombong. Makin lama perasaan ditolak, terisolik, dan kesepian makin mencekam dan mulai timbul sikap dan anggapan sekolahnya itu bukan untuk dirinya tidak krasan, tetapi mau keluar malu dengan orang tua dan temannya sekampung; terus bertahan, susah tak ada/punya teman yang peduli. Dasar saya anak desa, anak miskin (dibanding teman-temannya di kota) hujatnya pada diri sendiri. Akhirnya benar-benar menjadi anak minder, pemalu dan serta ragu dan takut bergaul sebagaimana mestinya. Makin lama nilainya makin jatuh sehingga beban pikiran dan perasaan makin berat, sampai-sampai ragu apakah bisa naik kelas atau tidak
MEMAHAMI LIA DALAM PERSPEKTIF RASIONAL EMOTIF
Menurut pandangan rasional emotif, manusia memiliki kemampuan inheren untuk berbuat rasional ataupun tidak rasional, manusia terlahir dengan kecenderungan yang luar biasa kuatnya berkeinginan dan mendesak agar supaya segala sesuatu terjadi demi yang terbaik bagi kehidupannya dan sama sekali menyalahkan diri sendiri, orang lain, dan dunia apabila tidak segera memperoleh apa yang diinginkannya. Akibatnya berpikir kekanak-kanakan (sebagai hal yang manunusiawi) seluruh kehidupannya, akhirnya hanya kesulitan yang luar biasa besar mampu mencapai dan memelihara tingkah laku yang realistis dan dewasa; selain itu manusia juga mempunyai kecenderungan untuk melebih-lebihkan pentingnya penerimaan orang lain yang justru menyebabkan emosinya tidak sewajarnya seringkali menyalahkan dirinya sendiri dengan cara-cara pembawaannya itu dan cara-cara merusak diri yang diperolehnya. Berpikir dan merasa itu sangat dekat dan dengan satu sama lainnya : pikiran dapat menjadi perasaan dan sebaliknya; Apa yang dipikirkan dan atau apa yang dirasakan atas sesuatu kejadian diwujudkan dalam tindakan/perilaku rasional atau irasional. Bagaimana tindakan/perilaku itu sangat mudah dipengaruhi oleh orang lain dan dorongan-doronan yang kuat untuk mempertahankan diri dan memuaskan diri sekalipun irasional.
Ciri-ciri irasional seseorang tak dapat dibuktikan kebenarannya, memainkan peranan Tuhan apa saja yang dimui harus terjadi, mengontrol dunia, dan jika tidak dapat melakukannya dianggap goblok dan tak berguna; menumbuhkan perasaan tidak nyaman (seperti kecemasan) yang sebenarnya tak perlu, tak terlalu jelek/memalukan namun dibiarkan terus berlangsung, dan menghalangi seseorang kembai ke kejadian awal dan mengubahnya. Bahkan akhirnya menimbulkan perasaan tak berdaya pada diri yang bersangkutan. Bentuk-bentuk pikiran/perasaan irasional tersebut misalnya : semua orang dilingkungan saya harus menyenangi saya, kalau ada yang tidak senang terhadap saya itu berarti malapetaka bagi saya. Itu berarti salah saya, karena saya tak berharga, tak seperti orang/teman-teman lainnya. Saya pantas menderita karena semuanya itu.
Sehubungan dengan kasus, Lia sebetulnya terlahir dengan potensi unggul, ia menjadi bermasalah karena perilakunya dikendalikan oleh pikiran/perasaan irasional; ia telah menempatkan harga diri pada konsep/kepercayaan yang salah yaitu jika kaya, semua teman memperhatikan / mendukung, peduli, dan lain-lain dan itu semua tidak ada/didapatkan sejak di SMU, sampai pada akhirnya menyalahkan dirinya sendiri dengan hujatan dan penderitaaan serta mengisolir dirinya sendiri. Ia telah berhasil membangun konsep dirinya secara tidak realistis berdasarkan anggapan yang salah terhadap (dan dari) teman-teman lingkungannya. Ia menjadi minder, pemalu, penakut dan akhirnya ragu-ragu keberhasilan/prestasinya kelak yang sebetulnya tidak perlu terjadi.
TUJUAN DAN TEKNIK KONSELING
Jika pemikiran Lia yang tidak logis / realistis (tentang konsep dirinya dan pandangannya terhadap teman-temannya) itu diperangi maka dia akan mengubahnya. Dengan demikian tujuan konseling adalah memerangi pemikiran irasional Lia yang melatar-belakangi ketakutan / kecematannya yaitu konsep dirinya yang salah beserta sikapnya terhadap teman lain. Dalam konseling konselor lebih bernuansa otoritatif : memanggil Lia, mengajak berdiskusi dan konfrontasi langsung untuk mendorongnya beranjak dari pola pikir irasional ke rasional / logis dan realistis melalui persuasif, sugestif, pemberian nasehat secara tepat, terapi dengan menerapkan prinsip-prinsip belajar untuk PR serta bibliografi terapi.
Konseling kognitif : untuk menunjukkan bahwa Lia harus membongkar pola pikir irasional tentang konsep harga diri yang salah, sikap terhadap sesama teman yang salah jika ingin lebih bahagia dan sukses. Konselor lebih bergaya mengajar : memberi nasehat, konfrontasi langsung dengan peta pikir rasional-irasoonal, sugesti dan asertive training dengan simulasi diri menerapkan konsep diri yang benar dan sikap/ketergantungan pada orang lain yang benar/rasional dilanjutkan sebagai PR melatih, mengobservasi dan evaluasi diri. Contoh : mulai dari seseorang berharga bukan dari kekayaan atau jumlah dan status teman yang mendukung, tetapi pada kasih Allah dan perwujudanNya. Allah mengasihi saya, karena saya berharga dihadiratNya. Terhadap diri saya sendiri suatu saat saya senang, puas dan bangga, tetapi kadang-kadang acuh-tak acuh, bahkan adakalanya saya benci, memaki-maki diri saya sendiri, sehingga wajar dan realistis jika sejumlah 40 orang teman satu kelas misalnya ada + 40% yang baik, 50% netral, hanya 10% saja yang membeci saya. Adalah tidak mungkin menuntut semua / setiap orang setiap saat baik pada saya, dan seterusnya. Ide-ide ini diajarkan, dan dilatihkan dengan pendekatan ilmiah.
Konseling emotif-evolatif untuk mengubah sistem nilai Lia dengan menggunakan teknik penyadaran antara yang benar dan salah seperti pemberian contoh, bermain peran, dan pelepasan beban agar Lia melepaskan pikiran dan perasaannya yang tidak rasional dan menggantinya dengan yang rasional sebagai kelanjutan teknik kognitif di atas. Konseling behavioritas digunakan untuk mengubah perilaku yang negatif dengan merobah akar-akar keyakinan Lia yang irasional/tak logis kontrak reinforcemen, sosial modeling dan relaksasi/meditasi.
PENUTUP
Teori ini dalam menolong menggunakan pendekatan direct menggunakan nasehat yang ditandai oleh menyerang masalah dengan intektual dan meyakinkan (koselor). Tekniknya jelas, teliti, makin melihat/menyadari pikiran dan kata-kata yang terus menerus ditujukan kepada diri sendiri, yang membawa kehancuran kepada diri sendiri. Cara konselor ialah dengan pendekatan yang tegas, memintakan perhatian kepada pikiran-pikiran yang menjadi sebab gangguan itu dan bagaimana pikiran dan kalimat itu beroperasi hingga membawa akibat yang merugikan. Konselor selanjutnya menolong dia untuk memikir kembali, menantang, mendebat, menyebutkan kembali kalimat-kalimat yang merugikan itu, dan dengan cara demikian ia membawa klien ke kesadaran dan tilikan baru. Tetapi tilikan dan kesadaran tidak cukup. Ia harus dilatih untuk berpikir dan berkata kepada diri sendiri hal-hal yang lebih positive dan realistik. Terapis mengajar klien untuk berpikir betul dan bertindak efektif. Teknik yang dipakai bersifat eklektif dengan pertimbangan :
1. Ekonomis dari segi waktu baik bagi konselor maupun konseli
2. Efektifitas teknis-teknis yang dipakai cocok untuk bermacam ragam konseli
3. Kesegaran hasil yang dicapai,
4. Kedalaman dan tanah lama serta dapat dipakai konseli untuk mengkonseling dirinya sendiri kalah.
Kesimpulannya, penstrukturan kembali filosofis untuk merubah kepribadian yang salah berfungsi menyangkut langkah-langkah sebagai berikut : (1) mengakui sepenuhnya bahwa kita sebagian besar bertanggungjawab penciptaan masalah-masalah kita sendiri; (2) menerima pengertian bahwa kita mempunyai kemampuan untuk merubah gangguan-gangguan secara berarti; (3) menyadari bahwa problem-problem dan emosi kita berasal dari kepercayaan-kepercayaan tidak rasional ; (4) mempersepsi dengan jelas kepercayaan-kepercayaan ini; (5) menerima kenyataan bahwa, jika kita mengharap untuk berubah, kita lebih baik harus menangani cara-cara tingkah laku dan emosi untuk tindak balasan kepada kepercayaan-kepercayaan kita dan perasaan-perasan yang salah fungsi dan tindakan-tindakan yang mengikuti; dan (6) mempraktekkan metode-metode RET untuk menghilangkan atau merubah konsekuensi-konsekuensi yang terganggu pada sisa waktu hidup kita ini.
Lia (bukan nama sebenarnya) adalah siswa kelas I SMU Favorit Salatiga yang barusan naik kelas II. Ia berasal dari keluarga petani yang terbilang cukup secara sosial ekonomi di desa pedalaman + 17 km di luar kota Salatiga, sebagai anak pertama semula orang tuanya berkeberatan setamat SLTP anaknya melanjutkan ke SMU di Salatiga; orang tua sebetulnya berharap agar anaknya tidak perlu susah-sudah melanjutkan sekolah ke kota, tapi atas bujukan wali kelas anaknya saat pengambilan STTB dengan berat merelakan anaknya melanjutkan sekolah. Pertimbangan wali kelasnya karena Lia terbilang cerdas diantara teman-teman yang lain sehingga wajar jika bisa diterima di SMU favorit. Sejak diterima di SMU favorit di satu fihak Lia bangga sebagai anak desa toh bisa diterima, tetapi di lain fihak mulai minder dengan teman-temannya yang sebagian besar dari keluarga kaya dengan pola pergaulan yang begitu beda dengan latar belakang Lia. Ia menganggap teman-teman dari keluarga kaya tersebut sebagai orang yang egois, kurang bersahabat, pilih-pilih teman yang sama-sama dari keluarga kaya saja, dan sombong. Makin lama perasaan ditolak, terisolik, dan kesepian makin mencekam dan mulai timbul sikap dan anggapan sekolahnya itu bukan untuk dirinya tidak krasan, tetapi mau keluar malu dengan orang tua dan temannya sekampung; terus bertahan, susah tak ada/punya teman yang peduli. Dasar saya anak desa, anak miskin (dibanding teman-temannya di kota) hujatnya pada diri sendiri. Akhirnya benar-benar menjadi anak minder, pemalu dan serta ragu dan takut bergaul sebagaimana mestinya. Makin lama nilainya makin jatuh sehingga beban pikiran dan perasaan makin berat, sampai-sampai ragu apakah bisa naik kelas atau tidak
MEMAHAMI LIA DALAM PERSPEKTIF RASIONAL EMOTIF
Menurut pandangan rasional emotif, manusia memiliki kemampuan inheren untuk berbuat rasional ataupun tidak rasional, manusia terlahir dengan kecenderungan yang luar biasa kuatnya berkeinginan dan mendesak agar supaya segala sesuatu terjadi demi yang terbaik bagi kehidupannya dan sama sekali menyalahkan diri sendiri, orang lain, dan dunia apabila tidak segera memperoleh apa yang diinginkannya. Akibatnya berpikir kekanak-kanakan (sebagai hal yang manunusiawi) seluruh kehidupannya, akhirnya hanya kesulitan yang luar biasa besar mampu mencapai dan memelihara tingkah laku yang realistis dan dewasa; selain itu manusia juga mempunyai kecenderungan untuk melebih-lebihkan pentingnya penerimaan orang lain yang justru menyebabkan emosinya tidak sewajarnya seringkali menyalahkan dirinya sendiri dengan cara-cara pembawaannya itu dan cara-cara merusak diri yang diperolehnya. Berpikir dan merasa itu sangat dekat dan dengan satu sama lainnya : pikiran dapat menjadi perasaan dan sebaliknya; Apa yang dipikirkan dan atau apa yang dirasakan atas sesuatu kejadian diwujudkan dalam tindakan/perilaku rasional atau irasional. Bagaimana tindakan/perilaku itu sangat mudah dipengaruhi oleh orang lain dan dorongan-doronan yang kuat untuk mempertahankan diri dan memuaskan diri sekalipun irasional.
Ciri-ciri irasional seseorang tak dapat dibuktikan kebenarannya, memainkan peranan Tuhan apa saja yang dimui harus terjadi, mengontrol dunia, dan jika tidak dapat melakukannya dianggap goblok dan tak berguna; menumbuhkan perasaan tidak nyaman (seperti kecemasan) yang sebenarnya tak perlu, tak terlalu jelek/memalukan namun dibiarkan terus berlangsung, dan menghalangi seseorang kembai ke kejadian awal dan mengubahnya. Bahkan akhirnya menimbulkan perasaan tak berdaya pada diri yang bersangkutan. Bentuk-bentuk pikiran/perasaan irasional tersebut misalnya : semua orang dilingkungan saya harus menyenangi saya, kalau ada yang tidak senang terhadap saya itu berarti malapetaka bagi saya. Itu berarti salah saya, karena saya tak berharga, tak seperti orang/teman-teman lainnya. Saya pantas menderita karena semuanya itu.
Sehubungan dengan kasus, Lia sebetulnya terlahir dengan potensi unggul, ia menjadi bermasalah karena perilakunya dikendalikan oleh pikiran/perasaan irasional; ia telah menempatkan harga diri pada konsep/kepercayaan yang salah yaitu jika kaya, semua teman memperhatikan / mendukung, peduli, dan lain-lain dan itu semua tidak ada/didapatkan sejak di SMU, sampai pada akhirnya menyalahkan dirinya sendiri dengan hujatan dan penderitaaan serta mengisolir dirinya sendiri. Ia telah berhasil membangun konsep dirinya secara tidak realistis berdasarkan anggapan yang salah terhadap (dan dari) teman-teman lingkungannya. Ia menjadi minder, pemalu, penakut dan akhirnya ragu-ragu keberhasilan/prestasinya kelak yang sebetulnya tidak perlu terjadi.
TUJUAN DAN TEKNIK KONSELING
Jika pemikiran Lia yang tidak logis / realistis (tentang konsep dirinya dan pandangannya terhadap teman-temannya) itu diperangi maka dia akan mengubahnya. Dengan demikian tujuan konseling adalah memerangi pemikiran irasional Lia yang melatar-belakangi ketakutan / kecematannya yaitu konsep dirinya yang salah beserta sikapnya terhadap teman lain. Dalam konseling konselor lebih bernuansa otoritatif : memanggil Lia, mengajak berdiskusi dan konfrontasi langsung untuk mendorongnya beranjak dari pola pikir irasional ke rasional / logis dan realistis melalui persuasif, sugestif, pemberian nasehat secara tepat, terapi dengan menerapkan prinsip-prinsip belajar untuk PR serta bibliografi terapi.
Konseling kognitif : untuk menunjukkan bahwa Lia harus membongkar pola pikir irasional tentang konsep harga diri yang salah, sikap terhadap sesama teman yang salah jika ingin lebih bahagia dan sukses. Konselor lebih bergaya mengajar : memberi nasehat, konfrontasi langsung dengan peta pikir rasional-irasoonal, sugesti dan asertive training dengan simulasi diri menerapkan konsep diri yang benar dan sikap/ketergantungan pada orang lain yang benar/rasional dilanjutkan sebagai PR melatih, mengobservasi dan evaluasi diri. Contoh : mulai dari seseorang berharga bukan dari kekayaan atau jumlah dan status teman yang mendukung, tetapi pada kasih Allah dan perwujudanNya. Allah mengasihi saya, karena saya berharga dihadiratNya. Terhadap diri saya sendiri suatu saat saya senang, puas dan bangga, tetapi kadang-kadang acuh-tak acuh, bahkan adakalanya saya benci, memaki-maki diri saya sendiri, sehingga wajar dan realistis jika sejumlah 40 orang teman satu kelas misalnya ada + 40% yang baik, 50% netral, hanya 10% saja yang membeci saya. Adalah tidak mungkin menuntut semua / setiap orang setiap saat baik pada saya, dan seterusnya. Ide-ide ini diajarkan, dan dilatihkan dengan pendekatan ilmiah.
Konseling emotif-evolatif untuk mengubah sistem nilai Lia dengan menggunakan teknik penyadaran antara yang benar dan salah seperti pemberian contoh, bermain peran, dan pelepasan beban agar Lia melepaskan pikiran dan perasaannya yang tidak rasional dan menggantinya dengan yang rasional sebagai kelanjutan teknik kognitif di atas. Konseling behavioritas digunakan untuk mengubah perilaku yang negatif dengan merobah akar-akar keyakinan Lia yang irasional/tak logis kontrak reinforcemen, sosial modeling dan relaksasi/meditasi.
PENUTUP
Teori ini dalam menolong menggunakan pendekatan direct menggunakan nasehat yang ditandai oleh menyerang masalah dengan intektual dan meyakinkan (koselor). Tekniknya jelas, teliti, makin melihat/menyadari pikiran dan kata-kata yang terus menerus ditujukan kepada diri sendiri, yang membawa kehancuran kepada diri sendiri. Cara konselor ialah dengan pendekatan yang tegas, memintakan perhatian kepada pikiran-pikiran yang menjadi sebab gangguan itu dan bagaimana pikiran dan kalimat itu beroperasi hingga membawa akibat yang merugikan. Konselor selanjutnya menolong dia untuk memikir kembali, menantang, mendebat, menyebutkan kembali kalimat-kalimat yang merugikan itu, dan dengan cara demikian ia membawa klien ke kesadaran dan tilikan baru. Tetapi tilikan dan kesadaran tidak cukup. Ia harus dilatih untuk berpikir dan berkata kepada diri sendiri hal-hal yang lebih positive dan realistik. Terapis mengajar klien untuk berpikir betul dan bertindak efektif. Teknik yang dipakai bersifat eklektif dengan pertimbangan :
1. Ekonomis dari segi waktu baik bagi konselor maupun konseli
2. Efektifitas teknis-teknis yang dipakai cocok untuk bermacam ragam konseli
3. Kesegaran hasil yang dicapai,
4. Kedalaman dan tanah lama serta dapat dipakai konseli untuk mengkonseling dirinya sendiri kalah.
Kesimpulannya, penstrukturan kembali filosofis untuk merubah kepribadian yang salah berfungsi menyangkut langkah-langkah sebagai berikut : (1) mengakui sepenuhnya bahwa kita sebagian besar bertanggungjawab penciptaan masalah-masalah kita sendiri; (2) menerima pengertian bahwa kita mempunyai kemampuan untuk merubah gangguan-gangguan secara berarti; (3) menyadari bahwa problem-problem dan emosi kita berasal dari kepercayaan-kepercayaan tidak rasional ; (4) mempersepsi dengan jelas kepercayaan-kepercayaan ini; (5) menerima kenyataan bahwa, jika kita mengharap untuk berubah, kita lebih baik harus menangani cara-cara tingkah laku dan emosi untuk tindak balasan kepada kepercayaan-kepercayaan kita dan perasaan-perasan yang salah fungsi dan tindakan-tindakan yang mengikuti; dan (6) mempraktekkan metode-metode RET untuk menghilangkan atau merubah konsekuensi-konsekuensi yang terganggu pada sisa waktu hidup kita ini.
Mengenal & Membimbing Anak Hiperaktif
Apa sebenarnya yang disebut hiperaktif itu ? Gangguan hiperaktif sesungguhnya sudah dikenal sejak sekitar tahun 1900 di tengah dunia medis. Pada perkembangan selanjutnya mulai muncul istilah ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity disorder). Untuk dapat disebut memiliki gangguan hiperaktif, harus ada tiga gejala utama yang nampak dalam perilaku seorang anak, yaitu inatensi, hiperaktif, dan impulsif.
Inatensi
Inatensi atau pemusatan perhatian yang kurang dapat dilihat dari kegagalan seorang anak dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu. Anak tidak mampu mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga mudah sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal yang lain.
Hiperaktif
Gejala hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak yang tidak bisa diam. Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ia akan bangkit dan berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat. Di samping itu, ia cenderung banyak bicara dan menimbulkan suara berisik.
Impulsif
Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada semacam dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari gejala impulsif adalah perilaku tidak sabar. Anak tidak akan sabar untuk menunggu orang menyelesaikan pembicaraan. Anak akan menyela pembicaraan atau buru-buru menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan. Anak juga tidak bisa untuk menunggu giliran, seperti antri misalnya. Sisi lain dari impulsivitas adalah anak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas yang membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Selain ketiga gejala di atas, untuk dapat diberikan diagnosis hiperaktif masih ada beberapa syarat lain. Gangguan di atas sudah menetap minimal 6 bulan, dan terjadi sebelum anak berusia 7 tahun. Gejala-gejala tersebut muncul setidaknya dalam 2 situasi, misalnya di rumah dan di sekolah.
Problem-problem yang biasa dialami oleh anak hiperaktif
Problem di sekolah
Anak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik. Konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak dapat menyerap materi pelajaran secara keseluruhan. Rentang perhatian yang pendek membuat anak ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas sekolah. Kecenderungan berbicara yang tinggi akan mengganggu anak dan teman yang diajak berbicara sehingga guru akan menyangka bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran. Banyak dijumpai bahwa anak hiperaktif banyak mengalami kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan matematika. Khusus untuk menulis, anak hiperaktif memiliki ketrampilan motorik halus yang secara umum tidak sebaik anak biasa
Problem di rumah
Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah cemas dan kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan psikosomatik (gangguan kesehatan yang disebabkan faktor psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi, sehingga bila mengalami kekecewaan, ia gampang emosional. Selain itu anak hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak segera dipenuhi. Hambatan-hambatan tersbut membuat anak menjadi kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak dipandang nakal dan tidak jarang mengalami penolakan baik dari keluarga maupun teman-temannya. Karena sering dibuat jengkel, orang tua sering memperlakukan anak secara kurang hangat. Orang tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman. Reaksi anakpun menolak dan berontak. Akibatnya terjadi ketegangan antara orang tua dengan anak. Baik anak maupun orang tua menjadi stress, dan situasi rumahpun menjadi kurang nyaman. Akibatnya anak menjadi lebih mudah frustrasi. Kegagalan bersosialisasi di mana-mana menumbuhkan konsep diri yang negatif. Anak akan merasa bahwa dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu, dan ditolak.
Problem berbicara
Anak hiperaktif biasanya suka berbicara. Dia banyak berbicara, namun sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi. Gangguan pemusatan perhatian membuat dia sulit melakukan komunikasi yang timbal balik. Anak hiperaktif cenderung sibuk dengan diri sendiri dan kurang mampu merespon lawan bicara secara tepat.
Problem fisik
Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik anak lain. Beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi tenggorokan sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya juga tidak setenang anak-anak lain. Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan sering terbangun pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat aktivitas fisik anak juga beresiko tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh, terkilir, dan sebagainya.
Berikut ini adalah faktor-faktor penyebab hiperaktif pada anak :
Faktor neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif
Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi
Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan
Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memilikipotensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.
Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar.
Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru antara orang tua dengan anaknya.
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan membimbing anak-anak mereka yang tergolong hiperaktif :
Orang tua perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktifitas
Kenali kelebihan dan bakat anak
Membantu anak dalam bersosialisasi
Menggunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif (misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak
Memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya
Menerima keterbatasan anak
Membangkitkan rasa percaya diri anak
Dan bekerja sama dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya
Disamping itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri dengan bimbingan orang tua. Contohnya dengan memberikan contoh yang baik kepada anak, dan bila suatu saat anak melanggarnya, orang tua mengingatkan anak tentang contoh yang pernah diberikan orang tua sebelumnya.
Inatensi
Inatensi atau pemusatan perhatian yang kurang dapat dilihat dari kegagalan seorang anak dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu. Anak tidak mampu mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga mudah sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal yang lain.
Hiperaktif
Gejala hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak yang tidak bisa diam. Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ia akan bangkit dan berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat. Di samping itu, ia cenderung banyak bicara dan menimbulkan suara berisik.
Impulsif
Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada semacam dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari gejala impulsif adalah perilaku tidak sabar. Anak tidak akan sabar untuk menunggu orang menyelesaikan pembicaraan. Anak akan menyela pembicaraan atau buru-buru menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan. Anak juga tidak bisa untuk menunggu giliran, seperti antri misalnya. Sisi lain dari impulsivitas adalah anak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas yang membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Selain ketiga gejala di atas, untuk dapat diberikan diagnosis hiperaktif masih ada beberapa syarat lain. Gangguan di atas sudah menetap minimal 6 bulan, dan terjadi sebelum anak berusia 7 tahun. Gejala-gejala tersebut muncul setidaknya dalam 2 situasi, misalnya di rumah dan di sekolah.
Problem-problem yang biasa dialami oleh anak hiperaktif
Problem di sekolah
Anak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik. Konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak dapat menyerap materi pelajaran secara keseluruhan. Rentang perhatian yang pendek membuat anak ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas sekolah. Kecenderungan berbicara yang tinggi akan mengganggu anak dan teman yang diajak berbicara sehingga guru akan menyangka bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran. Banyak dijumpai bahwa anak hiperaktif banyak mengalami kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan matematika. Khusus untuk menulis, anak hiperaktif memiliki ketrampilan motorik halus yang secara umum tidak sebaik anak biasa
Problem di rumah
Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah cemas dan kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan psikosomatik (gangguan kesehatan yang disebabkan faktor psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi, sehingga bila mengalami kekecewaan, ia gampang emosional. Selain itu anak hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak segera dipenuhi. Hambatan-hambatan tersbut membuat anak menjadi kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak dipandang nakal dan tidak jarang mengalami penolakan baik dari keluarga maupun teman-temannya. Karena sering dibuat jengkel, orang tua sering memperlakukan anak secara kurang hangat. Orang tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman. Reaksi anakpun menolak dan berontak. Akibatnya terjadi ketegangan antara orang tua dengan anak. Baik anak maupun orang tua menjadi stress, dan situasi rumahpun menjadi kurang nyaman. Akibatnya anak menjadi lebih mudah frustrasi. Kegagalan bersosialisasi di mana-mana menumbuhkan konsep diri yang negatif. Anak akan merasa bahwa dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu, dan ditolak.
Problem berbicara
Anak hiperaktif biasanya suka berbicara. Dia banyak berbicara, namun sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi. Gangguan pemusatan perhatian membuat dia sulit melakukan komunikasi yang timbal balik. Anak hiperaktif cenderung sibuk dengan diri sendiri dan kurang mampu merespon lawan bicara secara tepat.
Problem fisik
Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik anak lain. Beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi tenggorokan sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya juga tidak setenang anak-anak lain. Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan sering terbangun pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat aktivitas fisik anak juga beresiko tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh, terkilir, dan sebagainya.
Berikut ini adalah faktor-faktor penyebab hiperaktif pada anak :
Faktor neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif
Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi
Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan
Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memilikipotensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.
Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar.
Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru antara orang tua dengan anaknya.
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan membimbing anak-anak mereka yang tergolong hiperaktif :
Orang tua perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktifitas
Kenali kelebihan dan bakat anak
Membantu anak dalam bersosialisasi
Menggunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif (misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak
Memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya
Menerima keterbatasan anak
Membangkitkan rasa percaya diri anak
Dan bekerja sama dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya
Disamping itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri dengan bimbingan orang tua. Contohnya dengan memberikan contoh yang baik kepada anak, dan bila suatu saat anak melanggarnya, orang tua mengingatkan anak tentang contoh yang pernah diberikan orang tua sebelumnya.
Memahami Post-Power Syndrome pada Orang yang Dicintai
Rudi, pemuda gagah berusia 23 tahun semakin hari semakin sebal saja melihat tingkah ayahnya. Bayangkan saja, siapa yang tidak sebal bila memiliki ayah yang sudah pensiun dan menganggur, tetapi bila berbicara selalu yang muluk-muluk. Ayahnya tak henti-hentinya bercerita tentang betapa hebatnya dia dulu ketika menjabat direktur utama dari sebuah perusahaan garmen di Surabaya. Seakan-akan dia tidak pernah sadar, bahwa cerita yang selalu diulang-ulangnya sudah puluhan kali keluar masuk telinga Rudi. Bila ditegur, ayahnya tidak bisa menerima dan menganggap Rudi belum berpengalaman atau masih bau kencur.
Bila teman-teman Rudi main ke rumah, ayahnya selalu memberikan "kuliah" kepada teman-temannya supaya mereka mencontoh apa yang sudah dikerjakan ayahnya. Bahkan bukan hanya di rumah, di lingkungan tetanggapun, ayah Rudi dikenal sebagai "pengobral" cerita masa lalu yang sudah usang. Akibatnya, bukan hanya Rudi saja yang jengkel, tetapi tetangganya yang sudah bosan mendengar cerita ayahnya juga langsung menyingkir begitu melihat ayah Rudi datang.
Post-power syndrome, adalah gejala yang terjadi di mana penderita hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya (karirnya, kecantikannya, ketampanannya, kecerdasannya, atau hal yang lain), dan seakan-akan tidak bisa memandang realita yang ada saat ini. Seperti yang terjadi kepada ayah Rudi, beliau mengalami post-power syndrome. Beliau selalu ingin mengungkapkan betapa beliau begitu bangga akan masa lalunya yang dilaluinya dengan jerih payah yang luar biasa (menurutnya).
Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya post-power syndrome. Pensiun dini dan PHK adalah salah satu dari faktor tersebut. Bila orang yang mendapatkan pensiun dini tidak bisa menerima keadaan bahwa tenaganya sudah tidak dipakai lagi, walaupun menurutnya dirinya masih bisa memberi kontribusi yang signifikan kepada perusahaan, post-power syndrom akan dengan mudah menyerang. Apalagi bila ternyata usianya sudah termasuk usia kurang produktif dan ditolak ketika melamar di perusahaan lain, post-power syndrom yang menyerangnya akan semakin parah.
Kejadian traumatik juga menjadi salah satu penyebab terjadinya post-power syndrome. Misalnya kecelakaan yang dialami oleh seorang pelari, yang menyebabkan kakinya harus diamputasi. Bila dia tidak mampu menerima keadaan yang dialaminya, dia akan mengalami post-power syndrome. Dan jika terus berlarut-larut, tidak mustahil gangguan jiwa yang lebih berat akan dideritanya.
Post-power syndrome hampir selalu dialami terutama orang yang sudah lanjut usia dan pensiun dari pekerjaannya. Hanya saja banyak orang yang berhasil melalui fase ini dengan cepat dan dapat menerima kenyataan dengan hati yang lapang. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, dimana seseorang tidak mampu menerima kenyataan yang ada, ditambah dengan tuntutan hidup yang terus mendesak, dan dirinya adalah satu-satunya penopang hidup keluarga, resiko terjadinya post-power syndrome yang berat semakin besar.
Beberapa kasus post-power syndrome yang berat diikuti oleh gangguan jiwa seperti tidak bisa berpikir rasional dalam jangka waktu tertentu, depresi yang berat, atau pada pribadi-pribadi introfert (tertutup) terjadi psikosomatik (sakit yang disebabkan beban emosi yang tidak tersalurkan) yang parah.
Penanganan
Bila seorang penderita post-power syndrome dapat menemukan aktualisasi diri yang baru, hal itu akan sangat menolong baginya. Misalnya seorang manajer yang terkena PHK, tetapi bisa beraktualisasi diri di bisnis baru yang dirintisnya (agrobisnis misalnya), ia akan terhindar dari resiko terserang post-power syndrome.
Di samping itu, dukungan lingkungan terdekat, dalam hal ini keluarga, dan kematangan emosi seseorang sangat berpengaruh pada terlewatinya fase post-power syndrome ini. Seseorang yang bisa menerima kenyataan dan keberadaannya dengan baik akan lebih mampu melewati fase ini dibanding dengan seseorang yang memiliki konflik emosi.
Dukungan dan pengertian dari orang-orang tercinta sangat membantu penderita. Bila penderita melihat bahwa orang-orang yang dicintainya memahami dan mengerti tentang keadaan dirinya, atau ketidak mampuannya mencari nafkah, ia akan lebih bisa menerima keadaannya dan lebih mampu berpikir secara dingin. Hal itu akan mengembalikan kreativitas dan produktifitasnya, meskipun tidak sehebat dulu. Akan sangat berbeda hasilnya jika keluarga malah mengejek dan selalu menyindirnya, menggerutu, bahkan mengolok-oloknya.
Post-power syndrome menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita. Kematangan emosi dan kehangatan keluarga sangat membantu untuk melewati fase ini. Dan satu cara untuk mempersiapkan diri menghadapi post-power syndrome adalah gemar menabung dan hidup sederhana. Karena bila post-power syndrome menyerang, sementara penderita sudah terbiasa hidup mewah, akibatnya akan lebih parah.
Bila teman-teman Rudi main ke rumah, ayahnya selalu memberikan "kuliah" kepada teman-temannya supaya mereka mencontoh apa yang sudah dikerjakan ayahnya. Bahkan bukan hanya di rumah, di lingkungan tetanggapun, ayah Rudi dikenal sebagai "pengobral" cerita masa lalu yang sudah usang. Akibatnya, bukan hanya Rudi saja yang jengkel, tetapi tetangganya yang sudah bosan mendengar cerita ayahnya juga langsung menyingkir begitu melihat ayah Rudi datang.
Post-power syndrome, adalah gejala yang terjadi di mana penderita hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya (karirnya, kecantikannya, ketampanannya, kecerdasannya, atau hal yang lain), dan seakan-akan tidak bisa memandang realita yang ada saat ini. Seperti yang terjadi kepada ayah Rudi, beliau mengalami post-power syndrome. Beliau selalu ingin mengungkapkan betapa beliau begitu bangga akan masa lalunya yang dilaluinya dengan jerih payah yang luar biasa (menurutnya).
Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya post-power syndrome. Pensiun dini dan PHK adalah salah satu dari faktor tersebut. Bila orang yang mendapatkan pensiun dini tidak bisa menerima keadaan bahwa tenaganya sudah tidak dipakai lagi, walaupun menurutnya dirinya masih bisa memberi kontribusi yang signifikan kepada perusahaan, post-power syndrom akan dengan mudah menyerang. Apalagi bila ternyata usianya sudah termasuk usia kurang produktif dan ditolak ketika melamar di perusahaan lain, post-power syndrom yang menyerangnya akan semakin parah.
Kejadian traumatik juga menjadi salah satu penyebab terjadinya post-power syndrome. Misalnya kecelakaan yang dialami oleh seorang pelari, yang menyebabkan kakinya harus diamputasi. Bila dia tidak mampu menerima keadaan yang dialaminya, dia akan mengalami post-power syndrome. Dan jika terus berlarut-larut, tidak mustahil gangguan jiwa yang lebih berat akan dideritanya.
Post-power syndrome hampir selalu dialami terutama orang yang sudah lanjut usia dan pensiun dari pekerjaannya. Hanya saja banyak orang yang berhasil melalui fase ini dengan cepat dan dapat menerima kenyataan dengan hati yang lapang. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, dimana seseorang tidak mampu menerima kenyataan yang ada, ditambah dengan tuntutan hidup yang terus mendesak, dan dirinya adalah satu-satunya penopang hidup keluarga, resiko terjadinya post-power syndrome yang berat semakin besar.
Beberapa kasus post-power syndrome yang berat diikuti oleh gangguan jiwa seperti tidak bisa berpikir rasional dalam jangka waktu tertentu, depresi yang berat, atau pada pribadi-pribadi introfert (tertutup) terjadi psikosomatik (sakit yang disebabkan beban emosi yang tidak tersalurkan) yang parah.
Penanganan
Bila seorang penderita post-power syndrome dapat menemukan aktualisasi diri yang baru, hal itu akan sangat menolong baginya. Misalnya seorang manajer yang terkena PHK, tetapi bisa beraktualisasi diri di bisnis baru yang dirintisnya (agrobisnis misalnya), ia akan terhindar dari resiko terserang post-power syndrome.
Di samping itu, dukungan lingkungan terdekat, dalam hal ini keluarga, dan kematangan emosi seseorang sangat berpengaruh pada terlewatinya fase post-power syndrome ini. Seseorang yang bisa menerima kenyataan dan keberadaannya dengan baik akan lebih mampu melewati fase ini dibanding dengan seseorang yang memiliki konflik emosi.
Dukungan dan pengertian dari orang-orang tercinta sangat membantu penderita. Bila penderita melihat bahwa orang-orang yang dicintainya memahami dan mengerti tentang keadaan dirinya, atau ketidak mampuannya mencari nafkah, ia akan lebih bisa menerima keadaannya dan lebih mampu berpikir secara dingin. Hal itu akan mengembalikan kreativitas dan produktifitasnya, meskipun tidak sehebat dulu. Akan sangat berbeda hasilnya jika keluarga malah mengejek dan selalu menyindirnya, menggerutu, bahkan mengolok-oloknya.
Post-power syndrome menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita. Kematangan emosi dan kehangatan keluarga sangat membantu untuk melewati fase ini. Dan satu cara untuk mempersiapkan diri menghadapi post-power syndrome adalah gemar menabung dan hidup sederhana. Karena bila post-power syndrome menyerang, sementara penderita sudah terbiasa hidup mewah, akibatnya akan lebih parah.
Selasa, 02 November 2010
Perubahan Kata-Kata Baku yang Terbaru yang sering digunakan dalam Penulisan dan Percakapan
Kata baku merupakan kata-kata yang standar sesuai dengan aturan kebahasaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman. Kebakuan suatu kata amat dapat dilihat dari disiplin ilmu bahasa dari berbagai segi agar menghasilkan satuan bunyi yang amat berarti.
Kata baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Konteks penggunaannya adalah dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat. Biasanya kata tidak baku akan muncul dalamkehidupan sehari-hari.
KALIMAT TIDAK BAKU
- Semua peserta daripada pertemuan itu sudah pada hadir
- Kami menghaturkan terima kasih atas kehadirannya
- Mengenai masalah ketunaan karya perlu segera diselsesaikan dengan tuntas
- Sebelum mengarang terlebih dahulu tentukanlah tema karangan
- Pertandingan itu akan berlangsung antara Regu A melawan Regu B
- Kita perlu pemikiran – pemikiran untuk memecahkan masalah – masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan kota
KALIMAT BAKU
- Semua peserta pertemuan itu sudah hadir
- Kami mengucapkan terima kasih atas kehadiran Saudara
- Masalah Ketunakaryaan perlu segera diselesaikan dengan tuntas
- Sebelum mengarang, tentukanlah tema karangan
- Pertandingan itu akan berlangsung antara Regu A dan Regu B
- Kita memerlukan pemikiran untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan kota
Berikut beberapa kata yang sering digunakan dalam bahasa tulis:
aktifitas;aktivitas
analisa:analisis
anarkhi;anarki
antri:antre
apotik:apotek
atlit:atlet
azas:azasi
asas:asasi
adzan:azan
sistim:sistem
shalat,:sholat:salat
Al-Qur’an: Al-Quran:Alquran
praktek:praktik
hakekat :hakikat
nasehat :nasihat
hirarki :hierarki
Ramadhan:Ramadan
metoda:metode
jaman:zaman
daptar:daftar
kwitansi:kuitansi
kwalitas:kualitas
kwantitas:kuantitas
Pebruari:Februari
Nopember:November
propinsi:provinsi
jadual:jadwal
ijasah:ijazah
kreatifitas:kreativitas
hadist : hadis
ijin : izin
imajinasi : imaginasi
insyaf : insaf
jaman : zaman
kalo : kalau
karir : karier
kongkrit : konkret
nomer : nomor
obyek : objek
ramadhan : ramadan
rame : ramai
rapor : rapot
sentausa : sentosa
trotoar : trotoir
Ekstra ilmu pengetahuan ejaan yang disempurnakan / eyd :
kreatifitas : kreativitas
kreativ : kreatif
aktifitas : aktivitas
aktiv : aktif
sportifitas : sportivitas
sportiv : sportif
produktifitas : produktivitas
produktiv : produktif
Ragam bahasa baku dapat ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Penggunaan Kaidah Tata Bahasa
Kaidah tata bahasa normatif selalu digunakan secara ekspilisit dan konsisten. Misalnya: Pemakaian awalan me- dan awalan ber- secara ekpilisit dan konsisten. Pemakaian kata penghubung bahwa dan karena dalam kalimat majemuk secara ekspilisit. Pemakaian pola frase untuk peredikat: aspek+pelaku+kata kerja secara konsisten.
2. Penggunaan Kata-Kata Baku
Kata-kata yang belum lazim atau masih bersifat kedaerahan sebaiknya tidak digunakan, kecuali dengan pertimbangan- pertimbangan khusus. Contohnya:
a. cantik sekali - cantik banget
b. lurus saja - lempeng saja
c. masih kacau - masih sembraut
3. Penggunaan Ejaan Resmi Dalam Ragam Tulisan
Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disebut ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (singkat EyD). Contohnya :
a. melipatgandakan - melipat gandakan
b. pergi ke pasar - pergi kepasar
c. sistem – sistim
4. Penggunaan Lafal Baku Dalam Ragam Lisan
Hingga saat ini lafal yang benar atau baku dalam bahasa Indonesia belum pernah ditetapkan.contohnya :
a. atap – atep
b. menggunakan – menggaken
c. pendidikan - pendidi’an
5. Penggunaan Kalimat Secara Efektip
Keefektipan kalimat ini dapat dicapai antara lain dengan:
• Susunan kalimat menurut aturan tata bahasan yang benar, misalnya:
• Adanya kesatuan pikiran dan hubungan yang logis didalam kalimat. Misalnya:
• Bahasa Baku
• Penggunaan kata secara tepat dan efesien.
• Penggunaan pariasi kalimat atau pemberian tekanan pada unsur kalimat yang ingin ditonjolkan.
Kata baku merupakan kata-kata yang standar sesuai dengan aturan kebahasaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman. Kebakuan suatu kata amat dapat dilihat dari disiplin ilmu bahasa dari berbagai segi agar menghasilkan satuan bunyi yang amat berarti.
Kata baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Konteks penggunaannya adalah dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat. Biasanya kata tidak baku akan muncul dalamkehidupan sehari-hari.
KALIMAT TIDAK BAKU
- Semua peserta daripada pertemuan itu sudah pada hadir
- Kami menghaturkan terima kasih atas kehadirannya
- Mengenai masalah ketunaan karya perlu segera diselsesaikan dengan tuntas
- Sebelum mengarang terlebih dahulu tentukanlah tema karangan
- Pertandingan itu akan berlangsung antara Regu A melawan Regu B
- Kita perlu pemikiran – pemikiran untuk memecahkan masalah – masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan kota
KALIMAT BAKU
- Semua peserta pertemuan itu sudah hadir
- Kami mengucapkan terima kasih atas kehadiran Saudara
- Masalah Ketunakaryaan perlu segera diselesaikan dengan tuntas
- Sebelum mengarang, tentukanlah tema karangan
- Pertandingan itu akan berlangsung antara Regu A dan Regu B
- Kita memerlukan pemikiran untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan kota
Berikut beberapa kata yang sering digunakan dalam bahasa tulis:
aktifitas;aktivitas
analisa:analisis
anarkhi;anarki
antri:antre
apotik:apotek
atlit:atlet
azas:azasi
asas:asasi
adzan:azan
sistim:sistem
shalat,:sholat:salat
Al-Qur’an: Al-Quran:Alquran
praktek:praktik
hakekat :hakikat
nasehat :nasihat
hirarki :hierarki
Ramadhan:Ramadan
metoda:metode
jaman:zaman
daptar:daftar
kwitansi:kuitansi
kwalitas:kualitas
kwantitas:kuantitas
Pebruari:Februari
Nopember:November
propinsi:provinsi
jadual:jadwal
ijasah:ijazah
kreatifitas:kreativitas
hadist : hadis
ijin : izin
imajinasi : imaginasi
insyaf : insaf
jaman : zaman
kalo : kalau
karir : karier
kongkrit : konkret
nomer : nomor
obyek : objek
ramadhan : ramadan
rame : ramai
rapor : rapot
sentausa : sentosa
trotoar : trotoir
Ekstra ilmu pengetahuan ejaan yang disempurnakan / eyd :
kreatifitas : kreativitas
kreativ : kreatif
aktifitas : aktivitas
aktiv : aktif
sportifitas : sportivitas
sportiv : sportif
produktifitas : produktivitas
produktiv : produktif
Ragam bahasa baku dapat ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Penggunaan Kaidah Tata Bahasa
Kaidah tata bahasa normatif selalu digunakan secara ekspilisit dan konsisten. Misalnya: Pemakaian awalan me- dan awalan ber- secara ekpilisit dan konsisten. Pemakaian kata penghubung bahwa dan karena dalam kalimat majemuk secara ekspilisit. Pemakaian pola frase untuk peredikat: aspek+pelaku+kata kerja secara konsisten.
2. Penggunaan Kata-Kata Baku
Kata-kata yang belum lazim atau masih bersifat kedaerahan sebaiknya tidak digunakan, kecuali dengan pertimbangan- pertimbangan khusus. Contohnya:
a. cantik sekali - cantik banget
b. lurus saja - lempeng saja
c. masih kacau - masih sembraut
3. Penggunaan Ejaan Resmi Dalam Ragam Tulisan
Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disebut ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (singkat EyD). Contohnya :
a. melipatgandakan - melipat gandakan
b. pergi ke pasar - pergi kepasar
c. sistem – sistim
4. Penggunaan Lafal Baku Dalam Ragam Lisan
Hingga saat ini lafal yang benar atau baku dalam bahasa Indonesia belum pernah ditetapkan.contohnya :
a. atap – atep
b. menggunakan – menggaken
c. pendidikan - pendidi’an
5. Penggunaan Kalimat Secara Efektip
Keefektipan kalimat ini dapat dicapai antara lain dengan:
• Susunan kalimat menurut aturan tata bahasan yang benar, misalnya:
• Adanya kesatuan pikiran dan hubungan yang logis didalam kalimat. Misalnya:
• Bahasa Baku
• Penggunaan kata secara tepat dan efesien.
• Penggunaan pariasi kalimat atau pemberian tekanan pada unsur kalimat yang ingin ditonjolkan.
Jumat, 08 Oktober 2010
Kekuasaan, Wewenang, dan Kepemimpinan
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002) atau Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi. Hal tersebut dapat dilihat dari keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, dan juga pimpinan itu dalam menciptakan motivasi dalam diri setiap orang bawahan, kolega, maupun atasan pimpinan itu sendiri.
Gaya kepemimpinan
1. Otokratis. Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya. Jadi kekuasaanlah yang sangat dominan diterapkan.
2. Demokrasi. Gaya ini ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan demokratis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.
3. Gaya kepemimpinan kendali bebas. Pemimpin memberikan kekuasan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif.
Wewenang didefinisikan sebagai kekuasaan membuat keputusan, memerintah, dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain; fungsi yang boleh tidak dilaksanakan. Kewenangan atau wewenang dalam literatur berbahasa Inggris disebut authority atau competence, sedang dalam bahasa Belanda disebut gezag atau bevoegdheid. Wewenang adalah kemampuan untuk melakukan suatu tindakan hukum publik atau kemampuan bertindak yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan-hubungan hukum.
Kewenangan adalah kekuasaan yang diformalkan (secara hukum) baik terhadap segolongan orang tertentu maupun terhadap suatu bidang pemerintahan tertentu. Dalam negara yang menganut sistem negara hukum, kekuasaan sering bersumber dari wewenang formal (formal authority) yang memberikan kekuasaan atau wewenang kepada seseorang dalam suatu bidang tertentu. Definisi wewenang dalam kontek pembahasan ini yaitu mendahulukan perang dari pada wewenang atau kekuasaaan.
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi. Hal tersebut dapat dilihat dari keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, dan juga pimpinan itu dalam menciptakan motivasi dalam diri setiap orang bawahan, kolega, maupun atasan pimpinan itu sendiri.
Gaya kepemimpinan
1. Otokratis. Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya. Jadi kekuasaanlah yang sangat dominan diterapkan.
2. Demokrasi. Gaya ini ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan demokratis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.
3. Gaya kepemimpinan kendali bebas. Pemimpin memberikan kekuasan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif.
Wewenang didefinisikan sebagai kekuasaan membuat keputusan, memerintah, dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain; fungsi yang boleh tidak dilaksanakan. Kewenangan atau wewenang dalam literatur berbahasa Inggris disebut authority atau competence, sedang dalam bahasa Belanda disebut gezag atau bevoegdheid. Wewenang adalah kemampuan untuk melakukan suatu tindakan hukum publik atau kemampuan bertindak yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan-hubungan hukum.
Kewenangan adalah kekuasaan yang diformalkan (secara hukum) baik terhadap segolongan orang tertentu maupun terhadap suatu bidang pemerintahan tertentu. Dalam negara yang menganut sistem negara hukum, kekuasaan sering bersumber dari wewenang formal (formal authority) yang memberikan kekuasaan atau wewenang kepada seseorang dalam suatu bidang tertentu. Definisi wewenang dalam kontek pembahasan ini yaitu mendahulukan perang dari pada wewenang atau kekuasaaan.
Konformitas dan Masyarakat
Pengertian Konformitas
Konformitas sosial adalah proses dimana tingkah laku seseorang terpengaruh atau dipengaruhi oleh orang lain di dalam suatu kelompok. Cara seseorang terpengaruh ada bermacam-macam, ada yang secara tidak langsung ataupun tidak langsung.
Sugiyarta (2002, h. 10) menerangkan bahwa konformitas merupakan hasil interaksi sosial dan proses sosial dalam kehidupan manusia bermasyarakat akan memunculkan perilaku-perilaku kesepakatan (conformitas) sebagai bentuk aturan bermain bersama.
Menurut Jhon W. Santrock (2003), konformitas muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka.
Robert A. Baron dan Don Byrne (2003) mengungkapkan bahwa konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial di mana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada.
Faktor-faktor Konformitas
Hal-hal yang mempengaruhi adanya Konformitas
(David O. Sears, Jonathan L.Freedman, L.Anne Peplau , 1985)
a. Kurangnya Informasi
Seringkali orang lain mengetahui sesuatu yang tidak kita ketahui; dengan melakukan apa yang mereka lakukan, kita akan memeperoleh manfaat dari pengetahuan mereka.
b. Kepercayaan terhadap kelompok
Dalam situasi konformitas, individu mempunyai suatu pandangan dan kemudian menyadari bahwa kelompoknya menganut pandangan yang bertentangan. Individu ingin memberikan informasi yang tepat.
c. Kepercayaan diri yang lemah
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah tingkat keyakinan orang tersebut pada kemampuannya sendiri untuk menampilkan suatu reaksi. Cara individu menyatakan penilaian dan perilakunya juga berkaitan dengan konformitas. Umumnya, bila individu harus menyatakan responsnya secara terbuka, ia cenderung melakukan konformitas.
d. Rasa takut terhadap celaan sosial
Celaan sosial memberikan efek yang signifikan terhadap sikap individu karena pada dasarnya setiap manusia cenderung mengusahakan pesetujuan dan menghindari celaan kelompok dalam setiap tindakannya.
e. Rasa takut terhadap penyimpangan
Rasa takut dipandang sebagai orang yang menyimpang merupakan faktor dasar hampir dalam semua situasi sosial.
f. Kekompakan kelompok
Konformitas juga dipengaruhi oleh eratnya hubungan antara individu dengan kelompoknya. Kekompakan yang tinggi = konformitas yang semakin tinggi.
g. Kesepakatan kelompok
Orang yang dihadapkan pada keputusan kelompok yang sudah bulat akan mendapat tekanan yang kuat untuk menyesuaikan pendapatnya.
h. Ukuran kelompok
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wilder (1977) disimpulkan bahwa pengaruh ukuran kelompok terhadap tingkat konformitas tidak terlalu besar, melainkan jumlah pendapat lepas (independent opinion) dari kelompok yang berbeda atau dari individu merupakan pengaruh utama.
i. Keterikatan pada penilaian bebas
Orang yang secara terbuka dan bersungguh-sungguh terikat suatu penilaian bebas akan lebih enggan menyesuaikan diri terhadap penilaian kelompok yang berlainan.
j. Keterikatan terhadap Non-Konformitas
Orang yang, karena satu dan lain hal, tidak menyesuaikan diri pada percobaan-percobaan awal cenderung terikat pada perilaku konformitas ini. Orang yang sejak awal menyesuaikan diri akan tetap terikat pada perilaku itu.
Ada beberapa faktor personal yang erat kaitannya dengan konformitas. Faktor tersebut adalah :
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Stabilitas emosional
4. Otoritarianisme
5. Kecerdasan
6. Motivasi
7. Harga diri
Aspek Konformitas
Aspek-aspek konformitas dibagi 3 menjadi negative, netral dan positif.
Konformitas sosial adalah proses dimana tingkah laku seseorang terpengaruh atau dipengaruhi oleh orang lain di dalam suatu kelompok. Cara seseorang terpengaruh ada bermacam-macam, ada yang secara tidak langsung ataupun tidak langsung.
Sugiyarta (2002, h. 10) menerangkan bahwa konformitas merupakan hasil interaksi sosial dan proses sosial dalam kehidupan manusia bermasyarakat akan memunculkan perilaku-perilaku kesepakatan (conformitas) sebagai bentuk aturan bermain bersama.
Menurut Jhon W. Santrock (2003), konformitas muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka.
Robert A. Baron dan Don Byrne (2003) mengungkapkan bahwa konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial di mana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada.
Faktor-faktor Konformitas
Hal-hal yang mempengaruhi adanya Konformitas
(David O. Sears, Jonathan L.Freedman, L.Anne Peplau , 1985)
a. Kurangnya Informasi
Seringkali orang lain mengetahui sesuatu yang tidak kita ketahui; dengan melakukan apa yang mereka lakukan, kita akan memeperoleh manfaat dari pengetahuan mereka.
b. Kepercayaan terhadap kelompok
Dalam situasi konformitas, individu mempunyai suatu pandangan dan kemudian menyadari bahwa kelompoknya menganut pandangan yang bertentangan. Individu ingin memberikan informasi yang tepat.
c. Kepercayaan diri yang lemah
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah tingkat keyakinan orang tersebut pada kemampuannya sendiri untuk menampilkan suatu reaksi. Cara individu menyatakan penilaian dan perilakunya juga berkaitan dengan konformitas. Umumnya, bila individu harus menyatakan responsnya secara terbuka, ia cenderung melakukan konformitas.
d. Rasa takut terhadap celaan sosial
Celaan sosial memberikan efek yang signifikan terhadap sikap individu karena pada dasarnya setiap manusia cenderung mengusahakan pesetujuan dan menghindari celaan kelompok dalam setiap tindakannya.
e. Rasa takut terhadap penyimpangan
Rasa takut dipandang sebagai orang yang menyimpang merupakan faktor dasar hampir dalam semua situasi sosial.
f. Kekompakan kelompok
Konformitas juga dipengaruhi oleh eratnya hubungan antara individu dengan kelompoknya. Kekompakan yang tinggi = konformitas yang semakin tinggi.
g. Kesepakatan kelompok
Orang yang dihadapkan pada keputusan kelompok yang sudah bulat akan mendapat tekanan yang kuat untuk menyesuaikan pendapatnya.
h. Ukuran kelompok
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wilder (1977) disimpulkan bahwa pengaruh ukuran kelompok terhadap tingkat konformitas tidak terlalu besar, melainkan jumlah pendapat lepas (independent opinion) dari kelompok yang berbeda atau dari individu merupakan pengaruh utama.
i. Keterikatan pada penilaian bebas
Orang yang secara terbuka dan bersungguh-sungguh terikat suatu penilaian bebas akan lebih enggan menyesuaikan diri terhadap penilaian kelompok yang berlainan.
j. Keterikatan terhadap Non-Konformitas
Orang yang, karena satu dan lain hal, tidak menyesuaikan diri pada percobaan-percobaan awal cenderung terikat pada perilaku konformitas ini. Orang yang sejak awal menyesuaikan diri akan tetap terikat pada perilaku itu.
Ada beberapa faktor personal yang erat kaitannya dengan konformitas. Faktor tersebut adalah :
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Stabilitas emosional
4. Otoritarianisme
5. Kecerdasan
6. Motivasi
7. Harga diri
Aspek Konformitas
Aspek-aspek konformitas dibagi 3 menjadi negative, netral dan positif.
Ideologi Politik
Apakah Ideologi itu?
Pertanyaan di atas bukan merupakan suatu pertanyaan yang dapat dijawab secara gampang. Jorge Larrain (1984), misalnya, menyebut bahwa ideologi barangkali merupakan satu dari sekian konsep dalam ilmu-ilmu sosial yang mengundang penafsiran yang berlainan dan sulit untuk dipahami. Selain karena perbedaan pandangan di antara para pemikir yang menyuguhkan gagasan tentang ideologi, persoalan ini juga dipengaruhi oleh faktor yang lebih bersifat politis. Yaitu bahwa di antara masing-masing pengusung ideologi ada upaya untuk menempelkan stigma terhadap ideologi yang berlawanan. Para pengusung liberalisme, misalnya, memandang komunisme sebagai ideologi (secara negatif) sehingga mereka enggan untuk disejajarkan dengan para pengusung komunisme – demikian pula sebaliknya.
Antoine Destutt de Tracy (1754-1836) banyak disebut sebagai orang yang pada awalnya memopulerkan istilah ini pada 1796. de Tracy memaknai idéologie sebagai “ilmu tentang gagasan”, suatu idea-ology. Dia percaya bahwa mengupas akar suatu gagasan secara objektif adalah sesuatu yang mungkin, hal inilah yang hendak dilakukannya dengan idéologie tersebut. Jika gagasan ini berkembang, niscaya ideologi akan menjadi ‘ratu ilmu-ilmu’ – mengingat bahwa semua penyelidikan dalam ilmu pengetahuan berbasiskan pada gagasan (ide). Pengembangan ideologi sebagai ‘ilmu tentang gagasan’ secara sistematis dikemukakan oleh de Tracy melalui empat seri bukunya berjudul Elements of Ideology yang diterbitkan antara 1801 dan 1815.
Dari sini kita dapat menarik suatu pertanyaan tentang hambatan-hambatan yang menghalangi kemunculan suatu pengetahuan yang secara objektif benar. Langkah ini akan membawa kita kepada gagasan Francis Bacon (1561-1626). Bacon berpandangan bahwa dalam upaya untuk memperoleh pengetahuan, orang sering bertolak dari rasionalisasi yang kurang kuat sebagai dasar. Hasilnya, kemudian, hanyalah anggapan yang gegabah yang secara sepihak dimengerti sebagai pengetahuan yang benar. Agar terhindar dari kekeliruan yang demikian, menurut Bacon, orang harus melepaskan diri dari godaan ideologi. Bacon adalah seorang yang anti-idola dalam konteks di atas. Pada masa berikutnya, pengaruh gagasannya dapat dirunut dalam pemikiran filsafat abad ke- 17 dan ke-18 – terutama dalam empirisme dan positivisme.
Dalam kehidupan politik penggunaan istilah ideologi tersebut menjadi bergeser dan semakin kompleks. Napoleon Bonaparte (1769-1821), yang memerintah Prancis setelah keberhasilan kudeta pada 1799, memberi konotasi yang negatif terhadap ideologi. Napoleon yang memerintah secara lalim, tidak dapat menerima penentangan dari kawan-kawannya atas perilaku kekuasaannya. Dalam arti yang merendahkan, Napoleon menyebut mereka sebagai ‘ideologists’; para ideolog. Para ideolog itu adalah intelektual-intelektual yang tidak realistis dan doktriner, mereka tidak paham praktik politik – demikian kata Napoleon.
Kemunculan ideologi sebagai salah satu istilah kunci dalam politik dapat dirunut dari tulisan Karl Marx (1818-1883), terutama dari salah satu karya awalnya The German Ideology yang diterbitkan pada 1846. Dalam pandangan Marx, ideologi merupakan manifestasi kekuasaan kelas yang berkuasa. Ideologi digunakan untuk menyamarkan praktik eksploitasi yang dilakukan oleh kelas penguasa atas kelas proletar (pekerja), sehingga kelas proletar gagal untuk menyadari bahwa sesungguhnya mereka telah ditindas. Marx sendiri memandang gagasannya sebagai pemikiran ilmiah (scientific), sebab ia disusun secara akurat untuk menelanjangi bekerjanya sejarah dan masyarakat.
Jika Marx memandang liberalisme dan konservatisme sebagai ideologi, sebaliknya golongan liberal menyebut fasisme dan komunisme sebagai ideologi sembari menolak penyebutan yang sama untuk gagasan kebebasan yang mereka anut. Pendeknya, mereka emoh dengan sebutan ideologi yang dianggap memiliki konotasi negatif. Sampai di sini penggunaan istilah ideologi menjadi semakin rumit.
Frank Bealy (1999) menyebut empat macam konotasi yang merujuk pada penggunaan istilah ideologi secara berbeda. Pertama, ideologi berarti sistem pemikiran universal yang menjelaskan kondisi manusia, suatu teori tentang proses sejarah yang secara pasti akan mengarah pada masa depan yang lebih baik. Dalam pengertian ini, kita mungkin akrab dengan istilah fasisme dan komunisme. Kedua, ideologi kadang digunakan untuk menjelaskan sistem kepercayaan individu-individu. Suatu ‘mind-sets’, yang sering dipersamakan dengan pandangan tentang dunia. Ketiga, ialah apa yang dipergunakan oleh sosiolog asal Jerman Karl Mannheim. Mannheim berpendapat bahwa orang akan dipengaruhi oleh bias lingkungan sosial dan budaya serta kepentingan mereka sendiri. Kelompok berkuasa dapat terserap ke dalam kepentingan mereka sendiri sehingga mereka tidak mampu membuat suatu keputusan rasional. Mannheim menyebut ilusi semacam ini sebagai ideologi. Keempat, ideologi merupakan suatu kumpulan gagasan, suatu kelompok konsep. Penggunaan ini relatif longgar menyangkut pandangan hidup, suatu perasaan tentang budaya, masyarakat, dan politik. Akibatnya, bukan hanya konservatisme atau liberalisme saja yang dipandang sebagai ideologi, demokrasi pun akan dikelompokkan dalam kategori yang sama.
Sejak 1960an ideologi memperoleh pengakuan luas dan disesuaikan dengan kebutuhan analisis sosial dan politik, sehingga ideologi menjadi konsep yang relatif netral dan objektif. Ideologi dapat dilekatkan pada berbagai ‘isme’, seperti, sosialisme, libertarianisme, anarkisme, dan sebagainya. Suatu ideologi politik, pada dasarnya, menekankan bagaimana mengalokasikan kekuasaan dan untuk tujuan apa kekuasaan itu sepatutnya digunakan. Ia berintikan seperangkat ideal, prinsip, doktrin, lembaga, kelas, serta menjelaskan bagaimana masyarakat seharusnya berjalan dan menawarkan suatu bentuk politik dan budaya tertentu sebagai dasar tatanan sosial. Dalam kerangka ini, ideologi dapat dimaknai sebagai sistem pemikiran yang berorientasi pada tindakan.
Ragam Ideologi Politik
Menetapkan macam-macam ideologi berdasarkan suatu basis pandangan tertentu dapat menyesatkan. Seringkali ideologi merupakan suatu sistem gagasan yang kompleks, melingkupi areal kehidupan yang luas. Itulah sebabnya basis pandangan suatu ideologi kadang bersinggungan dengan basis pandangan ideologi yang lain. Namun, perbedaan di antara keduanya jelas ada – meski perbedaan itu tidak bersifat menyeluruh.
Di bawah ini adalah pengelompokan sederhana berbagai ideologi yang pernah hidup dalam sejarah manusia. Pengelompokan ini, tentu saja, tidak bisa secara tepat menggambarkan apa yang sesungguhnya menjadi hakikat ideologi tertentu. Tetapi, pengelompokan ini dapat membantu sebagai pengantar kepada pemahaman yang lebih lanjut.
1) Ideologi yang menekankan perjuangan kelas:
• Sosialisme,
• Komunisme,
• Marxisme.
2) Ideologi yang menekankan kebebasan pribadi:
• Liberalisme,
• Libertarianisme.
3) Ideologi yang menekankan kebersamaan:
• Sosialisme,
• Sosialdemokrasi,
• Komunisme,
• Populisme.
4) Ideologi yang menekankan kesukuan atau kebangsaan:
• Nasionalisme,
• Regionalisme,
• Fasisme,
• Nazisme,
• Rasisme.
5) Ideologi yang menekankan tradisi:
• Konservatisme.
6) Ideologi yang menekankan isu pokok tertentu:
• Feminisme (perempuan),
• Maskulinisme (lelaki),
• Ekologisme (lingkungan hidup).
Selanjutnya, baiklah untuk dikemukakan gagasan-gagasan pokok yang menjadi ciri beberapa ideologi. Gagasan-gagasan penting dalam liberalisme adalah hal-hal tentang pribadi, kebebasan, nalar, keadilan, dan toleransi. Kontras dengan liberalisme, sosialisme menonjolkan gagasan-gagasan tentang komunitas, kesetaraan, kerjasama, pemenuhan kebutuhan, dan kepemilikan bersama. Sementara anarkisme yang merupakan pengusung ideologi anti-negara mendasarkan pada gagasan-gagasan tatanan alami, anti-negara, dan kebebasan ekonomi. Ideologi yang juga ekstrem adalah fasisme yang mendasarkan pada gagasan-gagasan nasionalisme yang militan, kepemimpinan dan elitisme, perjuangan, dan anti-rasionalisme.
Secara sederhana perbedaan pandangan di antara ideologi-ideologi politik dapat diuraikan sebagai berikut.
Tentang Kebebasan
• Kaum liberal memprioritaskan kebasan sebagai nilai yang tertinggi bagi setiap pribadi.
• Kaum konservatif menekankan pada tanggung jawab dan memandang kebebasan negatif sebagai ancaman bagi tatanan masyarakat.
• Kaum sosialis umumnya memandang kebebasan secara positif sebagai langkah menuju pemenuhan diri secara mandiri.
• Kaum anarkis menganggap kebebasan sebagai nilai mutlak yang tidak mungkin didamaikan dengan kewenangan politik dalam bentuk apa pun.
• Kaum fasis menolak segala bentuk kebebasan pribadi dan menganggapnya sebagai omong kosong.
Tentang Masyarakat
• Kaum liberal memandang masyarakat bukan sebagai suatu kesatuan pada dirinya sendiri, melainkan sebagai sekumpulan individu.
• Kaum konservatif memandang masyarakat sebagai suatu organisme, sebuah kesatuan yang diikat oleh tradisi, kewenangan, dan moralitas bersama.
• Kaum sosialis memahami masyarakat dalam arti kekuatan kelas yang tidak setara, dengan keberjarakan dalam hal hak milik dan ekonomi.
• Kaum anarkis percaya bahwa masyarakat ditandai oleh ketiadaan regulasi dan harmoni yang alami.
• Kaum fasis menganggap masyarakat sebagai kesatuan organik yang menyeluruh, kebersamaan lebih diakui ketimbang keberadaan individu-individu.
Tentang Kesetaraan
• Kaum liberal percaya bahwa orang dilahirkan setara, dalam arti bahwa mereka memiliki nilai moral yang setara.
• Kaum konservatif memandang bahwa secara alami masyarakat itu hirarkis, dengan demikian penghapusan ketidaksetaraan tak akan terwujud.
• Kaum sosialis memandang kesetaraan sebagai nilai yang mendasar untuk memastikan kohesi sosial dan persaudaraan.
• Kaum anarkis percaya bahwa masyarakat ditandai oleh ketiadaan regulasi dan harmoni yang alami.
• Kaum fasis percaya bahwa kehidupan manusia ditandai oleh ketidaksamaan yang radikal baik antara pemimpin dan yang dipimpin maupun antarnegara/ras.
Berakhirnya Ideologi dan Berakhirnya Sejarah (?)
Pergulatan politik – terutama di Eropa dan Amerika – tidak bisa dilepaskan dari pertarungan politik berbasis ideologi. Kita dapat merunut hal ini dari kejadian-kejadian penting sebelum dan sesudah dua Perang Dunia.
Menggejalanya ketidakpastian sosial dan politik yang melanda Eropa pascaPerang Dunia I (1914-1918) menjadi pertanda kelahiran fasisme, terutama di Itali dan Jerman. Patrotisme yang menyala-nyala a la Mussolini dan Hitler itulah yang antara lain menjadi biang gejolak perang di seantero jagad. Keterlibatan kekuatan fasis Asia, yaitu Jepang, semakin memperbesar eskalasi perang hingga ke wilayah Asia-Pasifik. Kita tahu, kemudian, setelah berkecamuk sejak 1939, Perang Dunia II berakhir dengan tragis setelah Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom oleh Amerika Serikat pada 1945.
Berakhirnya kejayaan fasisme kemudian diikuti oleh naiknya dua kekuatan utama pemenang perang, yaitu Amerika Serikat yang mengusung liberalisme dan Uni Soviet yang mengusung komunisme. Uniknya, dua kekuatan yang bahu-membahu menggempur poros fasis ini justru kemudian berseteru sesudah mereka memenangi perang. Inilah suatu era yang disebut sebagai era Perang Dingin. Era yang tidak diwarnai oleh kecamuk perang yang dahsyat (sebagaimana Perang Dunia I dan II), tetapi diliputi oleh ketegangan yang terus menerus akibat perseteruan ideologis.
Pada 1960 Daniel Bell, seorang sosiolog dari Universitas Harvard, melemparkan sinyalemen yang mengejutkan melalui bukunya The End of Ideology. Pemikiran Bell didasarkan pada kenyataan bahwa setelah Perang Dunia II – terutama di Barat – politik diwarnai oleh kesepahaman umum di antara partai-partai politik besar dan tiadanya perdebatan atau pemilahan ideologis yang jelas. Ketidaksepahaman di antara partai-partai hanya menyangkut cara terbaik untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan materi. Dengan demikian politik telah direduksi dan berada di bawah persoalan ekonomi. Bagi Bell, ideologi pun kemudian menjadi tidak lagi relevan.
Gagasan Bell mengundang pertanyaan besar. Di Barat ideologi-ideologi besar, seperti liberalisme, sosialisme, dan konservatisme dalam bentuk klasiknya memang telah mengalami kemunduran. Tetapi, ideologi-ideologi itu berupaya untuk memoderasi diri sesuai dengan tuntutan masa. Setidaknya, terdapat kesepakatan umum masyarakat Barat untuk menerima demokrasi sosial sebagai bentuk ideologi baru. Tetapi, lagi-lagi persoalan krisis ekonomi menumbuhkan kesadaran baru. Pada 1970an berkembang neo-liberalisme yang mengedepankan gagasan ekonomi privat dan nilai-nilai keluarga. Ideologi ini pun kini memperoleh gugatan dari berbagai kalangan mengingat dampak negatif yang dihasilkannya. Yaitu antara lain melebarnya kesenjangan antara kalangan berpunya dan yang miskin, terpinggirkannya kepentingan publik, dan kerusakan lingkungan. Kritisisme inilah yang antara lain melahirkan Jalan Ketiga yang merupakan bentuk mutakhir dari demokrasi sosial.
Pada 1989, dunia juga dikejutkan oleh runtuhnya Tembok Berlin dan terpecahnya Uni Soviet menjadi beberapa negara baru merdeka. Keruntuhan ini dianggap oleh banyak kalangan sebagai kebangkrutan ideologi komunis. Zbigniew Brzezinski (1992) menyebut bahwa glasnost (keterbukaan) dan perestroika (restrukturisasi) yang digagas oleh Gorbachev telah meruntuhkan bangunan gagasan Leninisme yang berpijak terutama pada totalitarianisme dan teror. Pemusatan kekuasaan politik di tangan segelintir elite partai membuat birokrasi mampu mengendalikan hampir seluruh struktur masyarakat. Sementara, teror menggejala pada digunakannya kekerasan terorganisasi untuk menyelesaikan berbagai persoalan politik, ekonomi, maupun sosial budaya. Pembaruan politik yang dilakukan kemudian meruntuhkan basis keabsahan politik rezim totaliter, sebab pembaruan tersebut kemudian memberi ruang yang lebih leluasa bagi partisipasi sosial (meski baru pada tataran yang minimal).
Melihat kenyataan ini, Francis Fukuyama (1992) dengan optimis menyebut era ini sebagai the end of history. Setelah bangkrutnya fasisme dan runtuhnya komunisme, kata Fukuyama, kini demokrasi liberal muncul sebagai pemenang di arena politik. Optimisme Fukuyama ini dipandang secara skeptis oleh Samuel Huntington. Bagi Huntington penerimaan universal demokrasi tidak serta merta menghindarkan konflik di dalam liberalisme, selain itu kemenangan satu ideologi tidak menyingkirkan kemungkinan munculnya ideologi baru. Huntington (1997) pun kemudian memunculkan tesis baru bahwa sumber utama konflik di dunia pascaPerang Dingin bukan lagi ideologi atau ekonomi. Budayalah yang akan menjadi faktor pemecah belah umat manusia dan sumber konflik yang dominan. Suatu benturan antarperadaban.
Sumber Bacaan:
Bealy, Frank, 1999, The Blackwell Dictionary of Political Science, Blackwell Publishers, Massachusetts.
Brzezinski, Zbigniew, 1992 (cet 2), Kegagalan Besar: Muncul dan Runtuhnya Komunisme dalam Abad Kedua Puluh (terj: Tjun Surjaman), Rosda Karya, Bandung.
Fukuyama, Francis, 1992, The End of History and the Last Man, Avon Books, New York.
Giddens, Anthony, 1999, The Third Way (terj: Ketut A Mahardika), Gramedia, Jakarta.
Heywood, Andrew, 1998 (2nd edition), Political Ideologies: an Introduction, MacMillan Press Ltd, London.
Huntington, Samuel P, 1997, The Clash of Civilizations: Remaking of World Order, Touchstone, New York.
Larrain, Jorge, 1984, The Concept of Ideology, Hutcinson & Co (publishers) Ltd, London.
Mannheim, Karl, 1998 (cet. 3), Ideologi dan Utopia (terj: F Budi Hardiman), Kanisius, Yogyakarta.
Pertanyaan di atas bukan merupakan suatu pertanyaan yang dapat dijawab secara gampang. Jorge Larrain (1984), misalnya, menyebut bahwa ideologi barangkali merupakan satu dari sekian konsep dalam ilmu-ilmu sosial yang mengundang penafsiran yang berlainan dan sulit untuk dipahami. Selain karena perbedaan pandangan di antara para pemikir yang menyuguhkan gagasan tentang ideologi, persoalan ini juga dipengaruhi oleh faktor yang lebih bersifat politis. Yaitu bahwa di antara masing-masing pengusung ideologi ada upaya untuk menempelkan stigma terhadap ideologi yang berlawanan. Para pengusung liberalisme, misalnya, memandang komunisme sebagai ideologi (secara negatif) sehingga mereka enggan untuk disejajarkan dengan para pengusung komunisme – demikian pula sebaliknya.
Antoine Destutt de Tracy (1754-1836) banyak disebut sebagai orang yang pada awalnya memopulerkan istilah ini pada 1796. de Tracy memaknai idéologie sebagai “ilmu tentang gagasan”, suatu idea-ology. Dia percaya bahwa mengupas akar suatu gagasan secara objektif adalah sesuatu yang mungkin, hal inilah yang hendak dilakukannya dengan idéologie tersebut. Jika gagasan ini berkembang, niscaya ideologi akan menjadi ‘ratu ilmu-ilmu’ – mengingat bahwa semua penyelidikan dalam ilmu pengetahuan berbasiskan pada gagasan (ide). Pengembangan ideologi sebagai ‘ilmu tentang gagasan’ secara sistematis dikemukakan oleh de Tracy melalui empat seri bukunya berjudul Elements of Ideology yang diterbitkan antara 1801 dan 1815.
Dari sini kita dapat menarik suatu pertanyaan tentang hambatan-hambatan yang menghalangi kemunculan suatu pengetahuan yang secara objektif benar. Langkah ini akan membawa kita kepada gagasan Francis Bacon (1561-1626). Bacon berpandangan bahwa dalam upaya untuk memperoleh pengetahuan, orang sering bertolak dari rasionalisasi yang kurang kuat sebagai dasar. Hasilnya, kemudian, hanyalah anggapan yang gegabah yang secara sepihak dimengerti sebagai pengetahuan yang benar. Agar terhindar dari kekeliruan yang demikian, menurut Bacon, orang harus melepaskan diri dari godaan ideologi. Bacon adalah seorang yang anti-idola dalam konteks di atas. Pada masa berikutnya, pengaruh gagasannya dapat dirunut dalam pemikiran filsafat abad ke- 17 dan ke-18 – terutama dalam empirisme dan positivisme.
Dalam kehidupan politik penggunaan istilah ideologi tersebut menjadi bergeser dan semakin kompleks. Napoleon Bonaparte (1769-1821), yang memerintah Prancis setelah keberhasilan kudeta pada 1799, memberi konotasi yang negatif terhadap ideologi. Napoleon yang memerintah secara lalim, tidak dapat menerima penentangan dari kawan-kawannya atas perilaku kekuasaannya. Dalam arti yang merendahkan, Napoleon menyebut mereka sebagai ‘ideologists’; para ideolog. Para ideolog itu adalah intelektual-intelektual yang tidak realistis dan doktriner, mereka tidak paham praktik politik – demikian kata Napoleon.
Kemunculan ideologi sebagai salah satu istilah kunci dalam politik dapat dirunut dari tulisan Karl Marx (1818-1883), terutama dari salah satu karya awalnya The German Ideology yang diterbitkan pada 1846. Dalam pandangan Marx, ideologi merupakan manifestasi kekuasaan kelas yang berkuasa. Ideologi digunakan untuk menyamarkan praktik eksploitasi yang dilakukan oleh kelas penguasa atas kelas proletar (pekerja), sehingga kelas proletar gagal untuk menyadari bahwa sesungguhnya mereka telah ditindas. Marx sendiri memandang gagasannya sebagai pemikiran ilmiah (scientific), sebab ia disusun secara akurat untuk menelanjangi bekerjanya sejarah dan masyarakat.
Jika Marx memandang liberalisme dan konservatisme sebagai ideologi, sebaliknya golongan liberal menyebut fasisme dan komunisme sebagai ideologi sembari menolak penyebutan yang sama untuk gagasan kebebasan yang mereka anut. Pendeknya, mereka emoh dengan sebutan ideologi yang dianggap memiliki konotasi negatif. Sampai di sini penggunaan istilah ideologi menjadi semakin rumit.
Frank Bealy (1999) menyebut empat macam konotasi yang merujuk pada penggunaan istilah ideologi secara berbeda. Pertama, ideologi berarti sistem pemikiran universal yang menjelaskan kondisi manusia, suatu teori tentang proses sejarah yang secara pasti akan mengarah pada masa depan yang lebih baik. Dalam pengertian ini, kita mungkin akrab dengan istilah fasisme dan komunisme. Kedua, ideologi kadang digunakan untuk menjelaskan sistem kepercayaan individu-individu. Suatu ‘mind-sets’, yang sering dipersamakan dengan pandangan tentang dunia. Ketiga, ialah apa yang dipergunakan oleh sosiolog asal Jerman Karl Mannheim. Mannheim berpendapat bahwa orang akan dipengaruhi oleh bias lingkungan sosial dan budaya serta kepentingan mereka sendiri. Kelompok berkuasa dapat terserap ke dalam kepentingan mereka sendiri sehingga mereka tidak mampu membuat suatu keputusan rasional. Mannheim menyebut ilusi semacam ini sebagai ideologi. Keempat, ideologi merupakan suatu kumpulan gagasan, suatu kelompok konsep. Penggunaan ini relatif longgar menyangkut pandangan hidup, suatu perasaan tentang budaya, masyarakat, dan politik. Akibatnya, bukan hanya konservatisme atau liberalisme saja yang dipandang sebagai ideologi, demokrasi pun akan dikelompokkan dalam kategori yang sama.
Sejak 1960an ideologi memperoleh pengakuan luas dan disesuaikan dengan kebutuhan analisis sosial dan politik, sehingga ideologi menjadi konsep yang relatif netral dan objektif. Ideologi dapat dilekatkan pada berbagai ‘isme’, seperti, sosialisme, libertarianisme, anarkisme, dan sebagainya. Suatu ideologi politik, pada dasarnya, menekankan bagaimana mengalokasikan kekuasaan dan untuk tujuan apa kekuasaan itu sepatutnya digunakan. Ia berintikan seperangkat ideal, prinsip, doktrin, lembaga, kelas, serta menjelaskan bagaimana masyarakat seharusnya berjalan dan menawarkan suatu bentuk politik dan budaya tertentu sebagai dasar tatanan sosial. Dalam kerangka ini, ideologi dapat dimaknai sebagai sistem pemikiran yang berorientasi pada tindakan.
Ragam Ideologi Politik
Menetapkan macam-macam ideologi berdasarkan suatu basis pandangan tertentu dapat menyesatkan. Seringkali ideologi merupakan suatu sistem gagasan yang kompleks, melingkupi areal kehidupan yang luas. Itulah sebabnya basis pandangan suatu ideologi kadang bersinggungan dengan basis pandangan ideologi yang lain. Namun, perbedaan di antara keduanya jelas ada – meski perbedaan itu tidak bersifat menyeluruh.
Di bawah ini adalah pengelompokan sederhana berbagai ideologi yang pernah hidup dalam sejarah manusia. Pengelompokan ini, tentu saja, tidak bisa secara tepat menggambarkan apa yang sesungguhnya menjadi hakikat ideologi tertentu. Tetapi, pengelompokan ini dapat membantu sebagai pengantar kepada pemahaman yang lebih lanjut.
1) Ideologi yang menekankan perjuangan kelas:
• Sosialisme,
• Komunisme,
• Marxisme.
2) Ideologi yang menekankan kebebasan pribadi:
• Liberalisme,
• Libertarianisme.
3) Ideologi yang menekankan kebersamaan:
• Sosialisme,
• Sosialdemokrasi,
• Komunisme,
• Populisme.
4) Ideologi yang menekankan kesukuan atau kebangsaan:
• Nasionalisme,
• Regionalisme,
• Fasisme,
• Nazisme,
• Rasisme.
5) Ideologi yang menekankan tradisi:
• Konservatisme.
6) Ideologi yang menekankan isu pokok tertentu:
• Feminisme (perempuan),
• Maskulinisme (lelaki),
• Ekologisme (lingkungan hidup).
Selanjutnya, baiklah untuk dikemukakan gagasan-gagasan pokok yang menjadi ciri beberapa ideologi. Gagasan-gagasan penting dalam liberalisme adalah hal-hal tentang pribadi, kebebasan, nalar, keadilan, dan toleransi. Kontras dengan liberalisme, sosialisme menonjolkan gagasan-gagasan tentang komunitas, kesetaraan, kerjasama, pemenuhan kebutuhan, dan kepemilikan bersama. Sementara anarkisme yang merupakan pengusung ideologi anti-negara mendasarkan pada gagasan-gagasan tatanan alami, anti-negara, dan kebebasan ekonomi. Ideologi yang juga ekstrem adalah fasisme yang mendasarkan pada gagasan-gagasan nasionalisme yang militan, kepemimpinan dan elitisme, perjuangan, dan anti-rasionalisme.
Secara sederhana perbedaan pandangan di antara ideologi-ideologi politik dapat diuraikan sebagai berikut.
Tentang Kebebasan
• Kaum liberal memprioritaskan kebasan sebagai nilai yang tertinggi bagi setiap pribadi.
• Kaum konservatif menekankan pada tanggung jawab dan memandang kebebasan negatif sebagai ancaman bagi tatanan masyarakat.
• Kaum sosialis umumnya memandang kebebasan secara positif sebagai langkah menuju pemenuhan diri secara mandiri.
• Kaum anarkis menganggap kebebasan sebagai nilai mutlak yang tidak mungkin didamaikan dengan kewenangan politik dalam bentuk apa pun.
• Kaum fasis menolak segala bentuk kebebasan pribadi dan menganggapnya sebagai omong kosong.
Tentang Masyarakat
• Kaum liberal memandang masyarakat bukan sebagai suatu kesatuan pada dirinya sendiri, melainkan sebagai sekumpulan individu.
• Kaum konservatif memandang masyarakat sebagai suatu organisme, sebuah kesatuan yang diikat oleh tradisi, kewenangan, dan moralitas bersama.
• Kaum sosialis memahami masyarakat dalam arti kekuatan kelas yang tidak setara, dengan keberjarakan dalam hal hak milik dan ekonomi.
• Kaum anarkis percaya bahwa masyarakat ditandai oleh ketiadaan regulasi dan harmoni yang alami.
• Kaum fasis menganggap masyarakat sebagai kesatuan organik yang menyeluruh, kebersamaan lebih diakui ketimbang keberadaan individu-individu.
Tentang Kesetaraan
• Kaum liberal percaya bahwa orang dilahirkan setara, dalam arti bahwa mereka memiliki nilai moral yang setara.
• Kaum konservatif memandang bahwa secara alami masyarakat itu hirarkis, dengan demikian penghapusan ketidaksetaraan tak akan terwujud.
• Kaum sosialis memandang kesetaraan sebagai nilai yang mendasar untuk memastikan kohesi sosial dan persaudaraan.
• Kaum anarkis percaya bahwa masyarakat ditandai oleh ketiadaan regulasi dan harmoni yang alami.
• Kaum fasis percaya bahwa kehidupan manusia ditandai oleh ketidaksamaan yang radikal baik antara pemimpin dan yang dipimpin maupun antarnegara/ras.
Berakhirnya Ideologi dan Berakhirnya Sejarah (?)
Pergulatan politik – terutama di Eropa dan Amerika – tidak bisa dilepaskan dari pertarungan politik berbasis ideologi. Kita dapat merunut hal ini dari kejadian-kejadian penting sebelum dan sesudah dua Perang Dunia.
Menggejalanya ketidakpastian sosial dan politik yang melanda Eropa pascaPerang Dunia I (1914-1918) menjadi pertanda kelahiran fasisme, terutama di Itali dan Jerman. Patrotisme yang menyala-nyala a la Mussolini dan Hitler itulah yang antara lain menjadi biang gejolak perang di seantero jagad. Keterlibatan kekuatan fasis Asia, yaitu Jepang, semakin memperbesar eskalasi perang hingga ke wilayah Asia-Pasifik. Kita tahu, kemudian, setelah berkecamuk sejak 1939, Perang Dunia II berakhir dengan tragis setelah Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom oleh Amerika Serikat pada 1945.
Berakhirnya kejayaan fasisme kemudian diikuti oleh naiknya dua kekuatan utama pemenang perang, yaitu Amerika Serikat yang mengusung liberalisme dan Uni Soviet yang mengusung komunisme. Uniknya, dua kekuatan yang bahu-membahu menggempur poros fasis ini justru kemudian berseteru sesudah mereka memenangi perang. Inilah suatu era yang disebut sebagai era Perang Dingin. Era yang tidak diwarnai oleh kecamuk perang yang dahsyat (sebagaimana Perang Dunia I dan II), tetapi diliputi oleh ketegangan yang terus menerus akibat perseteruan ideologis.
Pada 1960 Daniel Bell, seorang sosiolog dari Universitas Harvard, melemparkan sinyalemen yang mengejutkan melalui bukunya The End of Ideology. Pemikiran Bell didasarkan pada kenyataan bahwa setelah Perang Dunia II – terutama di Barat – politik diwarnai oleh kesepahaman umum di antara partai-partai politik besar dan tiadanya perdebatan atau pemilahan ideologis yang jelas. Ketidaksepahaman di antara partai-partai hanya menyangkut cara terbaik untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan materi. Dengan demikian politik telah direduksi dan berada di bawah persoalan ekonomi. Bagi Bell, ideologi pun kemudian menjadi tidak lagi relevan.
Gagasan Bell mengundang pertanyaan besar. Di Barat ideologi-ideologi besar, seperti liberalisme, sosialisme, dan konservatisme dalam bentuk klasiknya memang telah mengalami kemunduran. Tetapi, ideologi-ideologi itu berupaya untuk memoderasi diri sesuai dengan tuntutan masa. Setidaknya, terdapat kesepakatan umum masyarakat Barat untuk menerima demokrasi sosial sebagai bentuk ideologi baru. Tetapi, lagi-lagi persoalan krisis ekonomi menumbuhkan kesadaran baru. Pada 1970an berkembang neo-liberalisme yang mengedepankan gagasan ekonomi privat dan nilai-nilai keluarga. Ideologi ini pun kini memperoleh gugatan dari berbagai kalangan mengingat dampak negatif yang dihasilkannya. Yaitu antara lain melebarnya kesenjangan antara kalangan berpunya dan yang miskin, terpinggirkannya kepentingan publik, dan kerusakan lingkungan. Kritisisme inilah yang antara lain melahirkan Jalan Ketiga yang merupakan bentuk mutakhir dari demokrasi sosial.
Pada 1989, dunia juga dikejutkan oleh runtuhnya Tembok Berlin dan terpecahnya Uni Soviet menjadi beberapa negara baru merdeka. Keruntuhan ini dianggap oleh banyak kalangan sebagai kebangkrutan ideologi komunis. Zbigniew Brzezinski (1992) menyebut bahwa glasnost (keterbukaan) dan perestroika (restrukturisasi) yang digagas oleh Gorbachev telah meruntuhkan bangunan gagasan Leninisme yang berpijak terutama pada totalitarianisme dan teror. Pemusatan kekuasaan politik di tangan segelintir elite partai membuat birokrasi mampu mengendalikan hampir seluruh struktur masyarakat. Sementara, teror menggejala pada digunakannya kekerasan terorganisasi untuk menyelesaikan berbagai persoalan politik, ekonomi, maupun sosial budaya. Pembaruan politik yang dilakukan kemudian meruntuhkan basis keabsahan politik rezim totaliter, sebab pembaruan tersebut kemudian memberi ruang yang lebih leluasa bagi partisipasi sosial (meski baru pada tataran yang minimal).
Melihat kenyataan ini, Francis Fukuyama (1992) dengan optimis menyebut era ini sebagai the end of history. Setelah bangkrutnya fasisme dan runtuhnya komunisme, kata Fukuyama, kini demokrasi liberal muncul sebagai pemenang di arena politik. Optimisme Fukuyama ini dipandang secara skeptis oleh Samuel Huntington. Bagi Huntington penerimaan universal demokrasi tidak serta merta menghindarkan konflik di dalam liberalisme, selain itu kemenangan satu ideologi tidak menyingkirkan kemungkinan munculnya ideologi baru. Huntington (1997) pun kemudian memunculkan tesis baru bahwa sumber utama konflik di dunia pascaPerang Dingin bukan lagi ideologi atau ekonomi. Budayalah yang akan menjadi faktor pemecah belah umat manusia dan sumber konflik yang dominan. Suatu benturan antarperadaban.
Sumber Bacaan:
Bealy, Frank, 1999, The Blackwell Dictionary of Political Science, Blackwell Publishers, Massachusetts.
Brzezinski, Zbigniew, 1992 (cet 2), Kegagalan Besar: Muncul dan Runtuhnya Komunisme dalam Abad Kedua Puluh (terj: Tjun Surjaman), Rosda Karya, Bandung.
Fukuyama, Francis, 1992, The End of History and the Last Man, Avon Books, New York.
Giddens, Anthony, 1999, The Third Way (terj: Ketut A Mahardika), Gramedia, Jakarta.
Heywood, Andrew, 1998 (2nd edition), Political Ideologies: an Introduction, MacMillan Press Ltd, London.
Huntington, Samuel P, 1997, The Clash of Civilizations: Remaking of World Order, Touchstone, New York.
Larrain, Jorge, 1984, The Concept of Ideology, Hutcinson & Co (publishers) Ltd, London.
Mannheim, Karl, 1998 (cet. 3), Ideologi dan Utopia (terj: F Budi Hardiman), Kanisius, Yogyakarta.
Rabu, 06 Oktober 2010
Definisi Masalah Sosial dan Jenis Masalah Sosial Dalam Masyarakat
Masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 jenis faktor, yakni antara lain :
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
4. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.
Memang di dunia ini tidak ada satu mahluk pun yang sempurna dari segala sisi kehidupannya.
Di negara-negara miskin dan yang sedang membangun, pasangan yang baru saja menikah, biasanya langsung terjun dalam proyek mempunyai anak, karena memang itulah tujuan pernikahan bagi mereka, membentuk sebuah keluarga.
Di sisi lain, banyak anak-anak perempuan umur belasan tahun yang hamil akibat dari kelengahan mereka yang tidak menggunakan proteksi ketika berhubungan intim dengan lawan jenisnya. Di mana pada kenyataannya sebagian besar dari mereka tidak siap dengan kedatangan bayi tersebut.
Mereka akhirnya berakhir di klinik-klinik aborsi yang banyak direkomendasikan dari mulut ke mulut. Dan yang lebih parah lagi, ada juga yang tega meninggalkan bayi-bayi itu di tempat sampah, di jalanan. Sebagian bayi-bayi buangan beruntung ditemukan orang dan segera diselamatkan. Sebagian lain meninggal karena dehidrasi, kedinginan dan timbulnya komplikasi-komplikasi lainnya yang tak dapat dihindari ketika bayi itu ditinggal sendirian di jalanan.
Di sisi yang lain, di negara-negara maju, banyak pasangan yang setelah hidup bersama atau menikah, lebih memilih untuk menunggu dulu sampai akhirnya mereka merasa siap menjadi orang tua yang bertanggung jawab. Walaupun sebagian besar tidak mempunyai anak karena alasan ekonomi dan atau prinsip-prinsip yang mereka pegang.
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 jenis faktor, yakni antara lain :
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
4. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.
Memang di dunia ini tidak ada satu mahluk pun yang sempurna dari segala sisi kehidupannya.
Di negara-negara miskin dan yang sedang membangun, pasangan yang baru saja menikah, biasanya langsung terjun dalam proyek mempunyai anak, karena memang itulah tujuan pernikahan bagi mereka, membentuk sebuah keluarga.
Di sisi lain, banyak anak-anak perempuan umur belasan tahun yang hamil akibat dari kelengahan mereka yang tidak menggunakan proteksi ketika berhubungan intim dengan lawan jenisnya. Di mana pada kenyataannya sebagian besar dari mereka tidak siap dengan kedatangan bayi tersebut.
Mereka akhirnya berakhir di klinik-klinik aborsi yang banyak direkomendasikan dari mulut ke mulut. Dan yang lebih parah lagi, ada juga yang tega meninggalkan bayi-bayi itu di tempat sampah, di jalanan. Sebagian bayi-bayi buangan beruntung ditemukan orang dan segera diselamatkan. Sebagian lain meninggal karena dehidrasi, kedinginan dan timbulnya komplikasi-komplikasi lainnya yang tak dapat dihindari ketika bayi itu ditinggal sendirian di jalanan.
Di sisi yang lain, di negara-negara maju, banyak pasangan yang setelah hidup bersama atau menikah, lebih memilih untuk menunggu dulu sampai akhirnya mereka merasa siap menjadi orang tua yang bertanggung jawab. Walaupun sebagian besar tidak mempunyai anak karena alasan ekonomi dan atau prinsip-prinsip yang mereka pegang.
TEORI KOMUNIKASI MASSA
Komunikasi Massa (Mass Communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (Surat Kabar, Majalah) atau elektronik (radio, televisi) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat.
1. Teori Pengaruh Tradisi (The Effect Tradition)
Teori pengaruh komunikasi massa dalam perkembangannya telah mengalami perubahan yang kelihatan berliku-liku dalam abad ini. Dari awalnya, para peneliti percaya pada teori pengaruh komunikasi “peluru ajaib” (bullet theory) Individu-individu dipercaya sebagai dipengaruhi langsung dan secara besar oleh pesan media, karena media dianggap berkuasa dalam membentuk opini publik. Menurut model ini, jika Anda melihat iklan Close Up maka setelah menonton iklan Close Up maka Anda seharusnya mencoba Close Up saat menggosok gigi.
Kemudian pada tahun 50-an, ketika aliran hipotesis dua langkah (two step flow) menjadi populer, media pengaruh dianggap sebagai sesuatu yang memiliki pengaruh yang minimal. Misalnya iklan Close Up dipercaya tidak akan secara langsung mempengaruhi banyak orang-orang untuk mencobanya. Kemudian dalam 1960-an, berkembang wacana baru yang mendukung minimalnya pengaruh media massa, yaitu bahwa pengaruh media massa juga ditengahi oleh variabel lain. Suatu kekuatan dari iklan Close Up secara komersil atau tidak untuk mampu mempengaruhi khalayak agar mengkonsumsinya, tergantung pada variabel lain. Sehingga pada saat itu pengaruh media dianggap terbatas (limited-effects model).
Sekarang setelah riset di tahun 1970-an dan 1980-an, banyak ilmuwan komunikasi sudah kembali ke powerful-effects model, di mana media dianggap memiliki pengaruh yang kuat, terutama media televisi.Ahli komunikasi massa yang sangat mendukung keberadaan teori mengenai pengaruh kuat yang ditimbulkan oleh media massa adalah Noelle-Neumann melalui pandangannya mengenai gelombang kebisuan.
2. Uses, Gratifications and Depedency
Salah satu dari teori komunikasi massa yang populer dan serimg diguankan sebagai kerangka teori dalam mengkaji realitas komunikasi massa adalah uses and gratifications. Pendekatan uses and gratifications menekankan riset komunikasi massa pada konsumen pesan atau komunikasi dan tidak begitu memperhatikan mengenai pesannya. Kajian yang dilakukan dalam ranah uses and gratifications mencoba untuk menjawab pertanyan : “Mengapa orang menggunakan media dan apa yang mereka gunakan untuk media?” (McQuail, 2002 : 388). Di sini sikap dasarnya diringkas sebagai berikut :
Studi pengaruh yang klasik pada mulanya mempunyai anggapan bahwa konsumen media, bukannya pesan media, sebagai titik awal kajian dalam komunikasi massa. Dalam kajian ini yang diteliti adalah perilaku komunikasi khalayak dalam relasinya dengan pengalaman langsungnya dengan media massa. Khalayak diasumsikan sebagai bagian dari khalayak yang aktif dalam memanfaatkan muatan media, bukannya secara pasif saat mengkonsumsi media massa(Rubin dalam Littlejohn, 1996 : 345).
Di sini khalayak diasumsikan sebagai aktif dan diarahkan oleh tujuan. Anggota khalayak dianggap memiliki tanggung jawab sendiri dalam mengadakan pemilihan terhadap media massa untuk mengetahui kebutuhannya, memenuhi kebutuhannya dan bagaimana cara memenuhinya. Media massa dianggap sebagai hanya sebagai salah satu cara memenuhi kebutuhan individu dan individu boleh memenuhi kebutuhan mereka melalui media massa atau dengan suatu cara lain. Riset yang dilakukan dengan pendekatan ini pertama kali dilakukan pada tahun 1940-an oleh Paul Lazarfeld yang meneliti alasan masyarakat terhadap acara radio berupa opera sabun dan kuis serta alasan mereka membaca berita di surat kabar (McQuail, 2002 : 387). Kebanyakan perempuan yang mendengarkan opera sabun di radio beralasan bahwa dengan mendengarkan opera sabun mereka dapat memperoleh gambaran ibu rumah tangga dan istri yang ideal atau dengan mendengarkan opera sabun mereka merasa dapat melepas segala emosi yang mereka miliki. Sedangkan para pembaca surat kabar beralasan bahwa dengan membeca surat kabar mereka selain mendapat informasi yang berguna, mereka juga mendapatkan rasa aman, saling berbagai informasi dan rutinitas keseharian (McQuail, 2002 : 387).
Riset yang lebih mutakhir dilakukan oleh Dennis McQuail dan kawan-kawan dan mereka menemukan empat tipologi motivasi khalayak yang terangkum dalam skema media – persons interactions sebagai berikut :
Diversion, yaitu melepaskan diri dari rutinitas dan masalah; sarana pelepasan emosi
Personal relationships, yaitu persahabatan; kegunaan sosial
Personal identity, yaitu referensi diri; eksplorasi realitas; penguatan nilai
Surveillance (bentuk-bentuk pencarian informasi) (McQuail, 2002 : 388).
Seperti yang telah kita diskusikan di atas, uses and gratifications merupakan suatu gagasan menarik, tetapi pendekatan ini tidak mampu melakukan eksplorasi terhadap berbagai hal secara lebih mendalam. Untuk itu mari sekarang kita mendiskusikan beberapa perluasan dari pendekatan yang dilakukan dengan teori uses and gratifications.
3. Teori Pengharapan Nilai (The Expectacy-Value Theory)
Phillip Palmgreen berusaha mengatasi kurangnya unsur kelekatan yang ada di dalam teori uses and gratification dengan menciptakan suatu teori yang disebutnya sebagai expectance-value theory (teori pengharapan nilai).
Dalam kerangka pemikiran teori ini, kepuasan yang Anda cari dari media ditentukan oleh sikap Anda terhadap media –kepercayaan Anda tentang apa yang suatu medium dapat berikan kepada Anda dan evaluasi Anda tentang bahan tersebut. Sebagai contoh, jika Anda percaya bahwa situated comedy (sitcoms), seperti Bajaj Bajuri menyediakan hiburan dan Anda senang dihibur, Anda akan mencari kepuasan terhadap kebutuhan hiburan Anda dengan menyaksikan sitcoms. Jika, pada sisi lain, Anda percaya bahwa sitcoms menyediakan suatu pandangan hidup yang tak realistis dan Anda tidak menyukai hal seperti ini Anda akan menghindari untuk melihatnya.
4. Teori Ketergantungan (Dependency Theory)
Teori ketergantungan terhadap media mula-mula diutarakan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin Defleur. Seperti teori uses and gratifications, pendekatan ini juga menolak asumsi kausal dari awal hipotesis penguatan. Untuk mengatasi kelemahan ini, pengarang ini mengambil suatu pendekatan sistem yang lebih jauh. Di dalam model mereka mereka mengusulkan suatu relasi yang bersifat integral antara pendengar, media. dan sistem sosial yang lebih besar.
Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh teori uses and gratifications, teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa. Namun perlu digarisbawahi bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media. Lalu apa yang sebenarnya melandasi ketergantungan khalayak terhadap media massa ?
Ada dua jawaban mengenai hal ini. Pertama, khalayak akan menjadi lebih tergantung terhadap media yang telah memenuhi berbagai kebutuhan khalayak bersangkutan dibanding pada media yang menyediakan hanya beberapa kebutuhan saja. Jika misalnya, Anda mengikuti perkembangan persaingan antara Manchester United, Arsenal dan Chelsea secara serius, Anda mungkin akan menjadi tergantung pada tayangan langsung Liga Inggris di TV 7. Sedangkan orang lain yang lebih tertarik Liga Spanyol dan tidak tertarik akan Liga Inggris mungkin akan tidak mengetahui bahwa situs TV 7 berkaitan Liga Inggris telah di up date, atau tidak melihat pemberitaan Liga Inggris di Harian Kompas.
Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model ini menunjukkan sistem media dan institusi sosial itu saling berhubungan dengan khalayak dalam menciptakan kebutuhan dan minat. Pada gilirannya hal ini akan mempengaruhi khalayak untuk memilih berbagai media, sehingga bukan sumber media massa yang menciptakan ketergantungan, melainkan kondisi sosial.
Untuk mengukur efek yang ditimbulkan media massa terhadap khalayak, ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu riset eksperimen, survey dan riset etnografi.
1. Teori Pengaruh Tradisi (The Effect Tradition)
Teori pengaruh komunikasi massa dalam perkembangannya telah mengalami perubahan yang kelihatan berliku-liku dalam abad ini. Dari awalnya, para peneliti percaya pada teori pengaruh komunikasi “peluru ajaib” (bullet theory) Individu-individu dipercaya sebagai dipengaruhi langsung dan secara besar oleh pesan media, karena media dianggap berkuasa dalam membentuk opini publik. Menurut model ini, jika Anda melihat iklan Close Up maka setelah menonton iklan Close Up maka Anda seharusnya mencoba Close Up saat menggosok gigi.
Kemudian pada tahun 50-an, ketika aliran hipotesis dua langkah (two step flow) menjadi populer, media pengaruh dianggap sebagai sesuatu yang memiliki pengaruh yang minimal. Misalnya iklan Close Up dipercaya tidak akan secara langsung mempengaruhi banyak orang-orang untuk mencobanya. Kemudian dalam 1960-an, berkembang wacana baru yang mendukung minimalnya pengaruh media massa, yaitu bahwa pengaruh media massa juga ditengahi oleh variabel lain. Suatu kekuatan dari iklan Close Up secara komersil atau tidak untuk mampu mempengaruhi khalayak agar mengkonsumsinya, tergantung pada variabel lain. Sehingga pada saat itu pengaruh media dianggap terbatas (limited-effects model).
Sekarang setelah riset di tahun 1970-an dan 1980-an, banyak ilmuwan komunikasi sudah kembali ke powerful-effects model, di mana media dianggap memiliki pengaruh yang kuat, terutama media televisi.Ahli komunikasi massa yang sangat mendukung keberadaan teori mengenai pengaruh kuat yang ditimbulkan oleh media massa adalah Noelle-Neumann melalui pandangannya mengenai gelombang kebisuan.
2. Uses, Gratifications and Depedency
Salah satu dari teori komunikasi massa yang populer dan serimg diguankan sebagai kerangka teori dalam mengkaji realitas komunikasi massa adalah uses and gratifications. Pendekatan uses and gratifications menekankan riset komunikasi massa pada konsumen pesan atau komunikasi dan tidak begitu memperhatikan mengenai pesannya. Kajian yang dilakukan dalam ranah uses and gratifications mencoba untuk menjawab pertanyan : “Mengapa orang menggunakan media dan apa yang mereka gunakan untuk media?” (McQuail, 2002 : 388). Di sini sikap dasarnya diringkas sebagai berikut :
Studi pengaruh yang klasik pada mulanya mempunyai anggapan bahwa konsumen media, bukannya pesan media, sebagai titik awal kajian dalam komunikasi massa. Dalam kajian ini yang diteliti adalah perilaku komunikasi khalayak dalam relasinya dengan pengalaman langsungnya dengan media massa. Khalayak diasumsikan sebagai bagian dari khalayak yang aktif dalam memanfaatkan muatan media, bukannya secara pasif saat mengkonsumsi media massa(Rubin dalam Littlejohn, 1996 : 345).
Di sini khalayak diasumsikan sebagai aktif dan diarahkan oleh tujuan. Anggota khalayak dianggap memiliki tanggung jawab sendiri dalam mengadakan pemilihan terhadap media massa untuk mengetahui kebutuhannya, memenuhi kebutuhannya dan bagaimana cara memenuhinya. Media massa dianggap sebagai hanya sebagai salah satu cara memenuhi kebutuhan individu dan individu boleh memenuhi kebutuhan mereka melalui media massa atau dengan suatu cara lain. Riset yang dilakukan dengan pendekatan ini pertama kali dilakukan pada tahun 1940-an oleh Paul Lazarfeld yang meneliti alasan masyarakat terhadap acara radio berupa opera sabun dan kuis serta alasan mereka membaca berita di surat kabar (McQuail, 2002 : 387). Kebanyakan perempuan yang mendengarkan opera sabun di radio beralasan bahwa dengan mendengarkan opera sabun mereka dapat memperoleh gambaran ibu rumah tangga dan istri yang ideal atau dengan mendengarkan opera sabun mereka merasa dapat melepas segala emosi yang mereka miliki. Sedangkan para pembaca surat kabar beralasan bahwa dengan membeca surat kabar mereka selain mendapat informasi yang berguna, mereka juga mendapatkan rasa aman, saling berbagai informasi dan rutinitas keseharian (McQuail, 2002 : 387).
Riset yang lebih mutakhir dilakukan oleh Dennis McQuail dan kawan-kawan dan mereka menemukan empat tipologi motivasi khalayak yang terangkum dalam skema media – persons interactions sebagai berikut :
Diversion, yaitu melepaskan diri dari rutinitas dan masalah; sarana pelepasan emosi
Personal relationships, yaitu persahabatan; kegunaan sosial
Personal identity, yaitu referensi diri; eksplorasi realitas; penguatan nilai
Surveillance (bentuk-bentuk pencarian informasi) (McQuail, 2002 : 388).
Seperti yang telah kita diskusikan di atas, uses and gratifications merupakan suatu gagasan menarik, tetapi pendekatan ini tidak mampu melakukan eksplorasi terhadap berbagai hal secara lebih mendalam. Untuk itu mari sekarang kita mendiskusikan beberapa perluasan dari pendekatan yang dilakukan dengan teori uses and gratifications.
3. Teori Pengharapan Nilai (The Expectacy-Value Theory)
Phillip Palmgreen berusaha mengatasi kurangnya unsur kelekatan yang ada di dalam teori uses and gratification dengan menciptakan suatu teori yang disebutnya sebagai expectance-value theory (teori pengharapan nilai).
Dalam kerangka pemikiran teori ini, kepuasan yang Anda cari dari media ditentukan oleh sikap Anda terhadap media –kepercayaan Anda tentang apa yang suatu medium dapat berikan kepada Anda dan evaluasi Anda tentang bahan tersebut. Sebagai contoh, jika Anda percaya bahwa situated comedy (sitcoms), seperti Bajaj Bajuri menyediakan hiburan dan Anda senang dihibur, Anda akan mencari kepuasan terhadap kebutuhan hiburan Anda dengan menyaksikan sitcoms. Jika, pada sisi lain, Anda percaya bahwa sitcoms menyediakan suatu pandangan hidup yang tak realistis dan Anda tidak menyukai hal seperti ini Anda akan menghindari untuk melihatnya.
4. Teori Ketergantungan (Dependency Theory)
Teori ketergantungan terhadap media mula-mula diutarakan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin Defleur. Seperti teori uses and gratifications, pendekatan ini juga menolak asumsi kausal dari awal hipotesis penguatan. Untuk mengatasi kelemahan ini, pengarang ini mengambil suatu pendekatan sistem yang lebih jauh. Di dalam model mereka mereka mengusulkan suatu relasi yang bersifat integral antara pendengar, media. dan sistem sosial yang lebih besar.
Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh teori uses and gratifications, teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa. Namun perlu digarisbawahi bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media. Lalu apa yang sebenarnya melandasi ketergantungan khalayak terhadap media massa ?
Ada dua jawaban mengenai hal ini. Pertama, khalayak akan menjadi lebih tergantung terhadap media yang telah memenuhi berbagai kebutuhan khalayak bersangkutan dibanding pada media yang menyediakan hanya beberapa kebutuhan saja. Jika misalnya, Anda mengikuti perkembangan persaingan antara Manchester United, Arsenal dan Chelsea secara serius, Anda mungkin akan menjadi tergantung pada tayangan langsung Liga Inggris di TV 7. Sedangkan orang lain yang lebih tertarik Liga Spanyol dan tidak tertarik akan Liga Inggris mungkin akan tidak mengetahui bahwa situs TV 7 berkaitan Liga Inggris telah di up date, atau tidak melihat pemberitaan Liga Inggris di Harian Kompas.
Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model ini menunjukkan sistem media dan institusi sosial itu saling berhubungan dengan khalayak dalam menciptakan kebutuhan dan minat. Pada gilirannya hal ini akan mempengaruhi khalayak untuk memilih berbagai media, sehingga bukan sumber media massa yang menciptakan ketergantungan, melainkan kondisi sosial.
Untuk mengukur efek yang ditimbulkan media massa terhadap khalayak, ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu riset eksperimen, survey dan riset etnografi.
Tatanan, Pengendalian, dan Institusi Sosial
Tatanan Sosial
Kita hidup dalam suatu lingkungan sosial yang bukan apa adanya. Lingkungan sosial tersebut mempunyai sejumlah prasyarat yang menjadikannya dapat terus berjalan dan bertahan. Prasyarat- prasyarat inilah yang kita sebut tatanan sosial (sosial order). Konsep tatanan sosial merupakan konsep dasar yang harus dipahami dengan baik oleh mereka yang mempelajari sosiologi. Karena konsep tatanan sosial ini terkait erat dengan konsep-konsep dasar lainnya. Apabila Anda memahami dengan baik konsep-konsep dasar ini, maka Anda akan dapat menganalisis fenomena sosial dengan baik.
Prinsip yang bisa kita ambil adalah adanya pengaturan dan ketertataan dari suatu lingkungan sosial. Atas dasar pemenuhan kebutuhan, individu-individu membentuk lingkungan sosial tertentu, di mana individu-individu tersebut saling berinteraksi atas dasar status dan peranan sosialnya yang diatur oleh seperangkat norma dan nilai. Suatu lingkungan sosial di mana individu-individunya saling berinteraksi atas dasar status dan peranan sosial yang diatur oleh seperangkat norma dan nilai diistilahkan dengan tatanan sosial (social order). Demikian juga dengan tatanan sosial. Semua persyaratan, antara lain adanya sejumlah individu, interaksi, status dan peranan, nilai dan norma serta proses harus terpenuhi sehingga tatanan sosial tersebut bisa tetap berlangsung dan terpelihara.
Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial adalah merupakan suatu mekanisme untuk mencegah penyimpangan sosial serta mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan bersikap sesuai norma dan nilai yang berlaku. Dengan adanya pengendalian sosial yang baik diharapkan mampu meluruskan anggota masyarakat yang berperilaku menyimpang / membangkang.
Berikut ini adalah cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan sosial masyarakat :
1. Pengendalian Lisan (Pengendalian Sosial Persuasif)
Pengendalian lisan diberikan dengan menggunakan bahasa lisan guna mengajak anggota kelompok sosial untuk mengikuti peraturan yang berlaku.
2. Pengendalian Simbolik (Pengendalian Sosial Persuasif)
Pengendalian simbolik merupakan pengendalian yang dilakukan dengan melalui gambar, tulisan, iklan, dan lain-lain. Contoh : Spanduk, poster, Rambu Lalu Lintas, dll.
3. Pengendalian Kekerasan (Pengendalian Koersif)
Pengendalian melalui cara-cara kekerasan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk membuat si pelanggar jera dan membuatnya tidak berani melakukan kesalahan yang sama. Contoh seperti main hakim sendiri.
Institusi Sosial
Elemen yang lain dari struktur sosial adalah institusi sosial. Institusi sosial berkaitan erat dengan upaya individu untuk memenuhi kebutuhannya, di mana untuk itu individu berusaha membentuk dan mengembangkan serangkaian hubungan sosial dengan individu lainnya. Serangkaian hubungan sosial tersebut terlaksana menurut pola-pola tertentu. Pola resmi dari suatu hubungan sosial ini terjadi di dalam suatu sistem yang disebut dengan sistem institusi sosial.
Judson R. Landis (1986: 255) mendefinisikan institusi sosial sebagai norma-norma, aturan-aturan, dan pola-pola organisasi yang dikembangkan di sekitar kebutuhan-kebutuhan atau masalah-masalah pokok yang terkait dengan pengalaman masyarakat. Dari definisi ini maka bisa kita pahami bahwa institusi sosial merujuk pada upaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan atau untuk mengatasi masalah. Dalam rangka memenuhi kebutuhan atau mengatasi masalah tersebut, maka kita jumpai banyak sekali institusi sosial dalam masyarakat. Besar kecilnya sosial yang ada di masyarakat sangat tergantung pada sederhana dan kompleksnya kebutuhan atau masalah dari masyarakat tersebut. Para sosiolog telah berusaha membuat penggolongan institusi sosial yang ada di masyarakat atas dasar fungsi dari institusi sosial tersebut.
Kita hidup dalam suatu lingkungan sosial yang bukan apa adanya. Lingkungan sosial tersebut mempunyai sejumlah prasyarat yang menjadikannya dapat terus berjalan dan bertahan. Prasyarat- prasyarat inilah yang kita sebut tatanan sosial (sosial order). Konsep tatanan sosial merupakan konsep dasar yang harus dipahami dengan baik oleh mereka yang mempelajari sosiologi. Karena konsep tatanan sosial ini terkait erat dengan konsep-konsep dasar lainnya. Apabila Anda memahami dengan baik konsep-konsep dasar ini, maka Anda akan dapat menganalisis fenomena sosial dengan baik.
Prinsip yang bisa kita ambil adalah adanya pengaturan dan ketertataan dari suatu lingkungan sosial. Atas dasar pemenuhan kebutuhan, individu-individu membentuk lingkungan sosial tertentu, di mana individu-individu tersebut saling berinteraksi atas dasar status dan peranan sosialnya yang diatur oleh seperangkat norma dan nilai. Suatu lingkungan sosial di mana individu-individunya saling berinteraksi atas dasar status dan peranan sosial yang diatur oleh seperangkat norma dan nilai diistilahkan dengan tatanan sosial (social order). Demikian juga dengan tatanan sosial. Semua persyaratan, antara lain adanya sejumlah individu, interaksi, status dan peranan, nilai dan norma serta proses harus terpenuhi sehingga tatanan sosial tersebut bisa tetap berlangsung dan terpelihara.
Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial adalah merupakan suatu mekanisme untuk mencegah penyimpangan sosial serta mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan bersikap sesuai norma dan nilai yang berlaku. Dengan adanya pengendalian sosial yang baik diharapkan mampu meluruskan anggota masyarakat yang berperilaku menyimpang / membangkang.
Berikut ini adalah cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan sosial masyarakat :
1. Pengendalian Lisan (Pengendalian Sosial Persuasif)
Pengendalian lisan diberikan dengan menggunakan bahasa lisan guna mengajak anggota kelompok sosial untuk mengikuti peraturan yang berlaku.
2. Pengendalian Simbolik (Pengendalian Sosial Persuasif)
Pengendalian simbolik merupakan pengendalian yang dilakukan dengan melalui gambar, tulisan, iklan, dan lain-lain. Contoh : Spanduk, poster, Rambu Lalu Lintas, dll.
3. Pengendalian Kekerasan (Pengendalian Koersif)
Pengendalian melalui cara-cara kekerasan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk membuat si pelanggar jera dan membuatnya tidak berani melakukan kesalahan yang sama. Contoh seperti main hakim sendiri.
Institusi Sosial
Elemen yang lain dari struktur sosial adalah institusi sosial. Institusi sosial berkaitan erat dengan upaya individu untuk memenuhi kebutuhannya, di mana untuk itu individu berusaha membentuk dan mengembangkan serangkaian hubungan sosial dengan individu lainnya. Serangkaian hubungan sosial tersebut terlaksana menurut pola-pola tertentu. Pola resmi dari suatu hubungan sosial ini terjadi di dalam suatu sistem yang disebut dengan sistem institusi sosial.
Judson R. Landis (1986: 255) mendefinisikan institusi sosial sebagai norma-norma, aturan-aturan, dan pola-pola organisasi yang dikembangkan di sekitar kebutuhan-kebutuhan atau masalah-masalah pokok yang terkait dengan pengalaman masyarakat. Dari definisi ini maka bisa kita pahami bahwa institusi sosial merujuk pada upaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan atau untuk mengatasi masalah. Dalam rangka memenuhi kebutuhan atau mengatasi masalah tersebut, maka kita jumpai banyak sekali institusi sosial dalam masyarakat. Besar kecilnya sosial yang ada di masyarakat sangat tergantung pada sederhana dan kompleksnya kebutuhan atau masalah dari masyarakat tersebut. Para sosiolog telah berusaha membuat penggolongan institusi sosial yang ada di masyarakat atas dasar fungsi dari institusi sosial tersebut.
Kamis, 10 Juni 2010
Sejarah Futsal
Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola ke gawang lawan, dengan memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima pemain utama, setiap regu juga diizinkan memiliki pemain cadangan. Tidak seperti permainan sepak bola dalam ruangan lainnya, lapangan futsal dibatasi garis, bukan net atau papan.
Futsal turut juga dikenali dengan berbagai nama lain. Istilah "futsal" adalah istilah internasionalnya, berasal dari kata Spanyol atau Portugis, futbol dan sala.
•
Sejarah
Futsal diciptakan di Montevideo, Uruguay pada tahun 1930, oleh Juan Carlos Ceriani. Keunikan futsal mendapat perhatian di seluruh Amerika Selatan, terutamanya di Brasil. Ketrampilan yang dikembangkan dalam permainan ini dapat dilihat dalam gaya terkenal dunia yang diperlihatkan pemain-pemain Brasil di luar ruangan, pada lapangan berukuran biasa. Pele, bintang terkenal Brasil, contohnya, mengembangkan bakatnya di futsal. Sementara Brasil terus menjadi pusat futsal dunia, permainan ini sekarang dimainkan di bawah perlindungan Fédération Internationale de Football Association di seluruh dunia, dari Eropa hingga Amerika Tengah dan Amerika Utara serta Afrika, Asia, dan Oseania.
Pertandingan internasional pertama diadakan pada tahun 1965, Paraguay menjuarai Piala Amerika Selatan pertama. Enam perebutan Piala Amerika Selatan berikutnya diselenggarakan hingga tahun 1979, dan semua gelaran juara disapu habis Brasil. Brasil meneruskan dominasinya dengan meraih Piala Pan Amerika pertama tahun 1980 dan memenangkannya lagi pada perebutan berikutnya tahun pada 1984.
Kejuaraan Dunia Futsal pertama diadakan atas bantuan FIFUSA (sebelum anggota-anggotanya bergabung dengan FIFA pada tahun 1989) di Sao Paulo, Brasil, tahun 1982, berakhir dengan Brasil di posisi pertama. Brasil mengulangi kemenangannya di Kejuaraan Dunia kedua tahun 1985 di Spanyol, tetapi menderita kekalahan dari Paraguay dalam Kejuaraan Dunia ketiga tahun 1988 di Australia.
Pertandingan futsal internasional pertama diadakan di AS pada Desember 1985, di Universitas Negeri Sonoma di Rohnert Park, California.
Peraturan
Lapangan permainan
1. Ukuran: panjang 25-42 m x lebar 15-25 m
2. Garis batas: garis selebar 8 cm, yakni garis sentuh di sisi, garis gawang di ujung-ujung, dan garis melintang tengah lapangan; 3 m lingkaran tengah; tak ada tembok penghalang atau papan
3. Daerah penalti: busur berukuran 6 m dari setiap pos
4. Garis penalti: 6 m dari titik tengah garis gawang
5. Garis penalti kedua: 12 m dari titik tengah garis gawang
6. Zona pergantian: daerah 6 m (3 m pada setiap sisi garis tengah lapangan) pada sisi tribun dari pelemparan
7. Gawang: tinggi 2 m x lebar 3 m
8. Permukaan daerah pelemparan: halus, rata, dan tak abrasif
Bola
1. Ukuran: 4 cm
2. Keliling: 62-64 cm
3. Berat: 390-430 gram
4. Lambungan: 55-65 cm pada pantulan pertama
5. Bahan: kulit atau bahan yang cocok lainnya (yaitu, tak berbahaya)
Jumlah pemain (per tim)
1. Jumlah pemain maksimal untuk memulai pertandingan: 5, salah satunya penjaga gawang
2. Jumlah pemain minimal untuk mengakhiri pertandingan: 2
3. Jumlah pemain cadangan maksimal: 7
4. Jumlah wasit: 1
5. Jumlah hakim garis: 2
6. Batas jumlah pergantian pemain: tak terbatas
7. Metode pergantian: "pergantian melayang" (semua pemain kecuali penjaga gawang boleh memasuki dan meninggalkan lapangan kapan saja; pergantian penjaga gawang hanya dapat dilakukan jika bola tak sedang dimainkan dan dengan persetujuan wasit)
Perlengkapan pemain
1. Kaos bernomor
2. Celana pendek
3. Kaos kaki
4. Pelindung lutut
5. Alas kaki bersolkan karet
Lama permainan
1. Lama normal: 2x20 menit
2. Lama istiharat: 10 menit
3. Lama perpanjangan waktu: 2x10 menit
4. Ada adu penalti jika jumlah gol kedua tim seri saat perpanjangan waktu selesai
5. Time-out: 1 per tim per babak; tak ada dalam waktu tambahan
6. Waktu pergantian babak: maksimal 10 menit
Kejuaraan futsal terkemuka
Piala Dunia Futsal FIFA
1989 (di Rotterdam, Belanda): dimenangkan Brasil
1992 (di Hong Kong): dimenangkan Brasil
1996 (di Barcelona, Spanyol): dimenangkan Brasil
2000 (di Guatemala): dimenangkan Spanyol
2004 (di Taiwan): dimenangkan Spanyol.
2008 (di Brasil): dimenangkan Brasil.
Futsal turut juga dikenali dengan berbagai nama lain. Istilah "futsal" adalah istilah internasionalnya, berasal dari kata Spanyol atau Portugis, futbol dan sala.
•
Sejarah
Futsal diciptakan di Montevideo, Uruguay pada tahun 1930, oleh Juan Carlos Ceriani. Keunikan futsal mendapat perhatian di seluruh Amerika Selatan, terutamanya di Brasil. Ketrampilan yang dikembangkan dalam permainan ini dapat dilihat dalam gaya terkenal dunia yang diperlihatkan pemain-pemain Brasil di luar ruangan, pada lapangan berukuran biasa. Pele, bintang terkenal Brasil, contohnya, mengembangkan bakatnya di futsal. Sementara Brasil terus menjadi pusat futsal dunia, permainan ini sekarang dimainkan di bawah perlindungan Fédération Internationale de Football Association di seluruh dunia, dari Eropa hingga Amerika Tengah dan Amerika Utara serta Afrika, Asia, dan Oseania.
Pertandingan internasional pertama diadakan pada tahun 1965, Paraguay menjuarai Piala Amerika Selatan pertama. Enam perebutan Piala Amerika Selatan berikutnya diselenggarakan hingga tahun 1979, dan semua gelaran juara disapu habis Brasil. Brasil meneruskan dominasinya dengan meraih Piala Pan Amerika pertama tahun 1980 dan memenangkannya lagi pada perebutan berikutnya tahun pada 1984.
Kejuaraan Dunia Futsal pertama diadakan atas bantuan FIFUSA (sebelum anggota-anggotanya bergabung dengan FIFA pada tahun 1989) di Sao Paulo, Brasil, tahun 1982, berakhir dengan Brasil di posisi pertama. Brasil mengulangi kemenangannya di Kejuaraan Dunia kedua tahun 1985 di Spanyol, tetapi menderita kekalahan dari Paraguay dalam Kejuaraan Dunia ketiga tahun 1988 di Australia.
Pertandingan futsal internasional pertama diadakan di AS pada Desember 1985, di Universitas Negeri Sonoma di Rohnert Park, California.
Peraturan
Lapangan permainan
1. Ukuran: panjang 25-42 m x lebar 15-25 m
2. Garis batas: garis selebar 8 cm, yakni garis sentuh di sisi, garis gawang di ujung-ujung, dan garis melintang tengah lapangan; 3 m lingkaran tengah; tak ada tembok penghalang atau papan
3. Daerah penalti: busur berukuran 6 m dari setiap pos
4. Garis penalti: 6 m dari titik tengah garis gawang
5. Garis penalti kedua: 12 m dari titik tengah garis gawang
6. Zona pergantian: daerah 6 m (3 m pada setiap sisi garis tengah lapangan) pada sisi tribun dari pelemparan
7. Gawang: tinggi 2 m x lebar 3 m
8. Permukaan daerah pelemparan: halus, rata, dan tak abrasif
Bola
1. Ukuran: 4 cm
2. Keliling: 62-64 cm
3. Berat: 390-430 gram
4. Lambungan: 55-65 cm pada pantulan pertama
5. Bahan: kulit atau bahan yang cocok lainnya (yaitu, tak berbahaya)
Jumlah pemain (per tim)
1. Jumlah pemain maksimal untuk memulai pertandingan: 5, salah satunya penjaga gawang
2. Jumlah pemain minimal untuk mengakhiri pertandingan: 2
3. Jumlah pemain cadangan maksimal: 7
4. Jumlah wasit: 1
5. Jumlah hakim garis: 2
6. Batas jumlah pergantian pemain: tak terbatas
7. Metode pergantian: "pergantian melayang" (semua pemain kecuali penjaga gawang boleh memasuki dan meninggalkan lapangan kapan saja; pergantian penjaga gawang hanya dapat dilakukan jika bola tak sedang dimainkan dan dengan persetujuan wasit)
Perlengkapan pemain
1. Kaos bernomor
2. Celana pendek
3. Kaos kaki
4. Pelindung lutut
5. Alas kaki bersolkan karet
Lama permainan
1. Lama normal: 2x20 menit
2. Lama istiharat: 10 menit
3. Lama perpanjangan waktu: 2x10 menit
4. Ada adu penalti jika jumlah gol kedua tim seri saat perpanjangan waktu selesai
5. Time-out: 1 per tim per babak; tak ada dalam waktu tambahan
6. Waktu pergantian babak: maksimal 10 menit
Kejuaraan futsal terkemuka
Piala Dunia Futsal FIFA
1989 (di Rotterdam, Belanda): dimenangkan Brasil
1992 (di Hong Kong): dimenangkan Brasil
1996 (di Barcelona, Spanyol): dimenangkan Brasil
2000 (di Guatemala): dimenangkan Spanyol
2004 (di Taiwan): dimenangkan Spanyol.
2008 (di Brasil): dimenangkan Brasil.
ALL ABOUT VIRUS
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Teknologi berkembang dengan pesat sesuai dengan kebutuhan zaman. Komputer
merupakan hasil dari teknologi yang mengalami perkembangan begitu pesat karena
hamper setiap orang menggunakan komputer sebagai alat Bantu dalam menyelesaikan
segala urusan dalam kehidupannya. Seiring dengan berkembangnya komputer, virus
yang merupakan suatu faktor pengganggu terbesar dalam dunia IT juga mengalami
perkembangan yang cukup tinggi untuk mengimbangi perkembangan komputer di
Dunia. Tetapi banyak orang yang tidak memahami virus komputer dengan benar,
mereka hanya ketakutan ketika mendengar ada sebuah virus yang menginfeksi
komputernya.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengertian
tentang bermacam-macam virus komputer kepada para pengguna komputer dan
memberikan sebuah solusi untuk perlindungan komputer terhadap virus beserta cara
penanggulangannya.
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Masalah yang akan dibahas pada makalah ini meliputi pengenalan virus
komputer, cara kerja dan penanggulangannya pada komputer dengan system operasi
DOS dan Windows 98/ME/NT/2000/XP
1.4 Teori
Komputer adalah suatu alat yang seluruh kemampuannnya dikendalikan oleh
software, banyak sekali jenis-jenis program yang tersedia, bahkan virus adalah salah
satu jenis software. Sayang sekali jenis software yang satu ini hampir seluruhnya
berdampak dan ditujukan untuk hal-hal yang bersifat merugikan orang yang
komputernya tertular virus komputer. Virus komputer memiliki berbagai kemampuan
dasar diantaranya adalah kemampuan memanipulasi, kemampuan untuk memperbanyak
diri, dan sebagainya.
Virus bekerja dengan memanfaatkan fungsi-fungsi operating system yang
tersembunyi dan juga memanfaatkan celah-celah yang ada dari program tertentu, selain
itu membuat virus memerlukan pengetahuan tentang sistem komputer bekerja dan
kemampuan pemrograman. Beberapa sumber pustaka mengelompokkan virus
berdasarkan kriteria tertentu, biasanya untuk setiap jenis tersebut memiliki ciri khas tersendiri yang umum ditemui. Hal inilah yang perlu diperhatikan agar kita dapat
melakukan pencegahan terhadap serangan virus-virus komputer.
2. VIRUS KOMPUTER
2.1 Sejarah Virus Komputer
Virus komputer pertama kalinya tercipta bersamaan dengan komputer. Pada
tahun 1949, salah seorang pencipta komputer, John von Newman, yang menciptakan
Electronic Discrete Variable Automatic Computer (EDVAC), memaparkan suatu
makalahnya yang berjudul “Theory and Organization of Complicated Automata”.
Dalam makalahnya dibahas kemungkinan program yang dapat menyebar dengan
sendirinya.
Perkembangan virus komputer selanjutnya terjadi di AT&T Bell Laboratory salah satu
laboratorium komputer terbesar di dunia yang telah menghasilkan banyak hal, seperti
bahasa C dan C++. Di laboratorium ini, sekitar tahun 1960-an, setiap waktu istirahat
para peneliti membuat permainan dengan suatu program yang dapat memusnahkan,
memperbaiki diri dan balik menyerang kedudukan lawan. Selain itu, program
permainan dapat memperbanyak dirinya secara otomatis. Perang program ini disebut
Core War, pemenangnya adalah pemilik program sisa yang terbanyak dalam selang
waktu tertentu. Karena sadar akan bahaya program tersebut, terutama bila bocor keluar
laboratorium tersebut, maka setiap selesai permainan, program tersebut selalu
dimusnahkan.
Sekitar tahun 1970-an , perusahaan Xerox memperkenalkan suatu program yang
digunakan untuk membantu kelancaran kerja. Struktur programnya menyerupai virus,
namun tujuan program ini adalah untuk memanfaatkan waktu semaksimal mungkin dan
pada waktu yang bersamaan dua tugas dapat dilakukan.
Pada tahun 1983 Fred Cohen seorang peneliti dari Ohio, memperlihatkan
program buatannya yang mampu menyebar secara cepat pada sejumlah komputer. Ia
juga memperkenalkan virus pertama yang diprogram dalam lingkungan Unix yang
dapat memberikan hak istimewa kepada setiap pengguna. Tahun berikutnya Cohen
menyerahkan desertasinya ‘Computer Viruses – Theory and Experiments’ yang
menyebabkan virus berkembang dengan cepat.
Pada tahun 1986 di Freie, Universitas Berlin mendeteksi adanya aktifitas virus
pada sebuah komputer besar.
Sementara virus berkembang, Indonesia juga mulai terkena wabah virus. Virus
komputer ini pertama menyebar di Indonesia juga pada tahun 1988.
Virus yang begitu menggemparkan seluruh pemakai komputer di Indonesia, saat itu, adalah virus ©Brain
yang dikenal dengan nama virus Pakistan.
Tahun 1987, virus komputer generasi kedua yaitu Cascade yang merupakan virus
residen pertama muncul terenkripsi dalam file.
Pada tahun 1989 virus polimorf pertama ditemukan, vurus tersebut dikenal
dengan V2Px atau Washburn. Virus semacam ini dapat terus mengubah diri menjadi
sebuah varian baru. Pada tahun berikutnya, virus DIR II menggunakan cara baru untuk
menginfeksi program dengan menyerang entri-entri FAT.
Tahun 1991 diadakan sebuah lomba dan acara pembuatan program virus
akibatnya jumlah virus baru yang ditemukan semakin banyak. Dan sampai saat ini pun
virus-virus baru terus bermunculan dengan segala jenis variasinya.
2.2 Cara Kerja Virus Komputer
Virus secara umum memiliki cara kerja yang relatif sama yaitu:
1. Kemampuan untuk mendapatkan sebuah informasi
2. Kemampuan untuk memeriksa suatu file
3. Kemampuan untuk menggandakan dan menularkan diri
4. Kemampuan dalam melakukan manipulasi
5. Kemampuan untuk menyembunyikan diri.
Virus dalam mendapatkan sebuah informasi dari daftar file yang ada dalam suatu
directory. Lalu virus tersebut mencari file-file yang bisa ditulari, saat pemakai
membuka program atau file yang sudah terinfeksi oleh virus tersebut maka data yang
dibutuhkan oleh virus tercipta. Virus biasanya melakukan pengumpulan data dan
menyimpannya di RAM, sehingga apabila komputer dimatikan data tersebut akan
hilang. Dan data tersebut akan tercipta kembali saat komputer dihidupkan, biasanya
data-data tersebut disimpan sebagai hidden file oleh virus.
Virus sebelum melakukan penularan ia akan memeriksa file yang akan
ditumpanginya. Hal ini tidak jauh berbeda dengan perilaku virus pada tubuh manusia.
Secara umum virus akan memberikan suatu tanda pada file atau program yang telah
terinfeksi sehingga mudah dikenali oleh virus tersebut. Seperti memberikan suatu byte
atau tanggal pembuatan yang unik bagi setiap file yang telah terinfeksi.
Proses penggandaan diri yang dilakukan oleh virus setelah memberikan suatu
tanda pada file dilanjutkan dengan menuliskan kode objek virus pada file yang sudah
diperiksa. Proses penggandaan secara umum dilakukan dengan cara menghapus atau
mengubah file inang lalu terciptalah suatu file yang berisi program virus dengan
menggunakan nama asli atau dengan cara menumpang pada file yang sudah terinfeksi.
Memanipulasi suatu file yang sudah terinfeksi dapat membahayakan komputer
yang akhirnya dapat merusak suatu komputer. Seperti contoh virus CIH pada tahun
1998 yang menyebabkan kerusakan yang hanya dapat diatasi dengan mengganti /
memperbaiki komponen hardware. Kegiatan memanipulasi ini pada umumnya memiliki
tujuan untuk mempopulerkan nama sipembuat virus.
Kemampuan lain yang dimiliki oleh sebuah virus adalah kemampuan untuk
menyembunyikan diri. Dengan cara ini virus disimpan dalam bentuk kode mesin dan
digabung dengan program lain, meletakkan program pada Boot Record atau track pada
sebuah disk. Program dibuat sependek mungkin agar file yang sudah terinfeksi tidak
berubah ukurannya secara signifikan.
Seperti pada umumnya virus dalam dunia kedokteran, virus komputer juga
memiliki siklus hidup yang secara umum dibagi menjadi 4 tahap, yaitu
1. fase istirahat umumnya virus menentukan tanggal atau waktu untuk
mengaktifkan virus pada komputer
2. fase penyebaran, pada umumnya virus melakukan replikasi diri dengan
menggandakan dirinya dalam suatu program ke sebuah tempat di media
penyimpanan (hardisk, RAM, Disket, dsb.)
3. fase aktif, pada fase ini virus akan mengaktifkan diri
4. fase eksekusi, pada fase ini virus yang telah aktif mulai melakukan kegiatannya.
2.3 Jenis Virus Komputer
2.3.1 Virus Makro
Virus yang dibuat dengan bahasa pemrograman yang terdapat pada suatu aplikasi.
Virus tersebut akan berjalan pada aplikasi pembentuknya dengan baik. Sebagai contoh
virus makro yang dibuat pada aplikasi Word, maka virus tersebut akan berjalan pada
aplikasi microsoft word.
Pada umumnya virus akan memodifikasi file NORMAL.DOT
yang merupakan standar awal pengetikan apabila menggunakan Microsoft Word. Tetapi
ada juga yang tidak memodifikasi file DOT tetapi ia membuat file DOT yang baru.
Contoh virus makro:
•virus Melissa yang media penyebarannya melalui internet
•varian W97M menginfeksi NORMAL.DOT dan menginfeksi dokumen apabila
dibuka
2.3.2 Virus Boot Sector
Virus ini bekerja dengan cara menggandakan dirinya, memindahkan atau
mengganti boot sektor asli dengan program booting virus. Dengan cara ini virus akan
tersimpan ke dalam memori sehingga virus akan mengendalikan hardware dan akan
menyebar ke drive yang terhubung pada komputer.
Contoh virus:
•varian virus wyx, wyx.C(B) menginfeksi boot record dan floopy dengan panjang
520 bytes memiliki karakteristik memory resident dan terenkripsi
•varian V-sign, virus ini menginfeksi master boot record dengan panjang 520
bytes
2.3.3 Stealth Virus
Virus yang menguasai tabel interrupt pada DOS yang sering dikenal dengan
“Interrupt interceptor”. Virus ini mengendalikan instruksi level DOS.
Contoh virus:
•vmem(s), virus ini menginfeksi file *.EXE, *.SYS, dan *.COM, memiliki
panjang 3275 bytes dengan karakteristik menetap di memori dengan ukuran
tersembunyi dan di enkripsi
•yankee.XPEH.4928, menginfeksi file *.COM dan *.EXE dengan panjang 4298
bytes memiliki karakteristik menetap di memori, ukurannya tersembunyi dan
memiliki pemicu.
2.3.4 Polymorphic Virus
Virus yang hampir mirip dengan virus influenza atau HIV ini mempunyai
kemampuan untuk mengecoh antivirus dengan merubah strukturnya setiap kali
menginfeksi suatu file.
Contoh virus:
Necropolis A/B, virus ini menginfeksi file *.EXE, *.COM, dengan ukuran 1963
bytes memiliki karakteristik menetap di memori, ukuran dan virus tersembunyi,
terenkripsi dan dapat berubah strukturnya
2.3.5 Virus File
Virus ini bekerja dengan cara menginfeksi secara langsung pada sistem operasi,
baik itu file *.EXE atau *.COM. hasilnya ditandai dengan berubahnya ukuran file yang
diserangnya.
2.3.6 Multi Partition Virus
Virus ini merupakan gabungan dari virus boot sector dengan virus file. Dalam
melakukan pekerjaannya virus ini menginfeksi file *.EXE atau *.COM dan juga
menginfeksi boot sector.
3. MENGATASI VIRUS KOMPUTER
3.1 Menggunakan Antivirus
Penggunaan antivirus sangat membantu dalam mengatasi virus komputer.
Pemakaiannya pun sangat mudah, sehingga seorang amatir pun dapat dengan mudah
menggunakannya.. Antivirus yang tersedia saat inipun beragam jenis dan modelnya
mulai dari software gratis sampai yang komersil.
Gunakanlah antivirus yang dapat
melakukan proses scanning di semua media penyimpanan juga jaringan apabila
komputer yang digunakan terhubung dengan jaringan.
Secara umum langkah-langkah yang harus dilakukan apabila kita mengandalkan
sebuah antivirus yaitu:
1. selalu memperbaharui antivirus anda minimal setiap akhir bulan
2. menyalakan auto-protect pada komputer agar antivirus selalu melindungi
komputer anda
3. jika komputer terhubung dengan jaringan maka pakailah antivirus anda dengan
firewall, anti spam
4. lakukan scanning komputer setiap anda melakukan pembaharuan virus definition.
3.2 Mengubah Atribut File
Sebenarnya cara ini kurang menjamin sebab sudah ada virus yang bisa
mengubah attribut file. Tetapi cara ini lebih baik dilakukan dari pada tidak sama sekali.
Parameter untuk merubah attribut file :
ATTRIB [+R | -R] [+A | -A] [+S | -S] [+H | -H]
[[drive:][path]filename] [/S]
Keterangan :
+ : menambahkan attribut
- : menghilangkan attribut
R : attribut hanya baca (Read only)
A : attribut file archive
S : attribut file aystem
H : attribut file tersembunyi
Path : nama cabang (sub-directory)
Filename: nama file yang akan diproses
9
/S : melakukan proses diseluruh directory dan sub-directory
3.3 Mengatasi Secara Manual
Untuk mengatasi virus secara manual, bukan berarti kita tidak menggunakan
antivirus dalam mengatasinya. Secara manual kita melakukan sebuah upaya proteksi
dengan melakukan berbagai pencegahan. Berikut ini langkah-langkah secara manual
dalam mengatasi virus, yaitu:
•Dalam mengatasi virus makro, contohnya pada microsoft word. Ubah semua
document template terutama file NORMAL.DOT menjadi read-only. Dapat juga
kita lakukan dengan menghapus file NORMAL.DOT. selanjutnya kita dapat
merubah dokumen tersebut dengan membuka Wordpad dan menyimpannya
dalam RTF (Rich Text Format).
•Hindari penggunaan disket-disket yang tidak bisa dipercaya sumbernya.
Usahakan untuk tidak menggunakan disket-disket yang sudah lama sebab
mungkin saja mengandung virus, dan juga jangan sembarangan menggunakan
disket dari orang lain yang tidak terjamin kebersihan disket dari virus.
•Melakukan Write Protect. Dengan selalu mengunci Write Protect disket maka,
kita dapat lebih meminimalkan kemungkinan penularan virus sebab virus tidak
bisa menulis pada disket yang telah di-Write Protect.
•Membuat sub-directory untuk program-program baru. Hal ini bisa melokalisir
beberapa virus apabila program kita terjangkit virus.
•Periksa secara rutin registry Windows di bagian \HKEY_CURRENT_USER\
Software\ Microsoft\ Windows\ Current Version\ Run, apakah menemukan
sesuatu yang mencurigakan jika menemukan itu hapus bagian yang
mencurigakan itu.
•Set atribut file WINSOCK.DLL menjadi read-only, untuk memperkecil
kemungkinan virus untuk memanipulasinya.
•Catat tanggal, ukuran, dari file yang mencurigakan sebab akan berguna suatu
saat apabila benar file tersebut mengandung virus.
10
4. SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Virus komputer adalah bagian dari software komputer, hanya saja berbeda
fungsinya yaitu mengganggu bahkan merusak sistim komputer.
2. Tidak semua virus komputer memiliki dampak yang fatal, cukup banyak virus
yang hanya bersifat jinak, tetapi walau bagaimanapun juga harus dihilangkan.
3. Ketakutan yang berlebihan dengan virus komputer disebabkan oleh kebutaan
akan virus komputer itu sendiri, ketakutan itu dapat dihilangkan dengan
mengenal virus komputer.
4. Dengan semakin mengenal sistem kerja suatu komputer, terutama sistem operasi
serta mengetahui virus, maka dengan sendirinya pengetahuan kita untuk
mempertahankan komputer dari serangan virus semakin baik sekaligus
mendapatkan konsep untuk menangani virus komputer.
5. Mencegah komputer tertular virus jauh lebih baik dari pada terkena virus baru
kemudian kita memperbaikinya, sebab lebih menyulitkan dan juga tidak terjamin
apakah akan berhasil sepenuhnya.
http://www.azmifauzan.web.id
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Teknologi berkembang dengan pesat sesuai dengan kebutuhan zaman. Komputer
merupakan hasil dari teknologi yang mengalami perkembangan begitu pesat karena
hamper setiap orang menggunakan komputer sebagai alat Bantu dalam menyelesaikan
segala urusan dalam kehidupannya. Seiring dengan berkembangnya komputer, virus
yang merupakan suatu faktor pengganggu terbesar dalam dunia IT juga mengalami
perkembangan yang cukup tinggi untuk mengimbangi perkembangan komputer di
Dunia. Tetapi banyak orang yang tidak memahami virus komputer dengan benar,
mereka hanya ketakutan ketika mendengar ada sebuah virus yang menginfeksi
komputernya.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengertian
tentang bermacam-macam virus komputer kepada para pengguna komputer dan
memberikan sebuah solusi untuk perlindungan komputer terhadap virus beserta cara
penanggulangannya.
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Masalah yang akan dibahas pada makalah ini meliputi pengenalan virus
komputer, cara kerja dan penanggulangannya pada komputer dengan system operasi
DOS dan Windows 98/ME/NT/2000/XP
1.4 Teori
Komputer adalah suatu alat yang seluruh kemampuannnya dikendalikan oleh
software, banyak sekali jenis-jenis program yang tersedia, bahkan virus adalah salah
satu jenis software. Sayang sekali jenis software yang satu ini hampir seluruhnya
berdampak dan ditujukan untuk hal-hal yang bersifat merugikan orang yang
komputernya tertular virus komputer. Virus komputer memiliki berbagai kemampuan
dasar diantaranya adalah kemampuan memanipulasi, kemampuan untuk memperbanyak
diri, dan sebagainya.
Virus bekerja dengan memanfaatkan fungsi-fungsi operating system yang
tersembunyi dan juga memanfaatkan celah-celah yang ada dari program tertentu, selain
itu membuat virus memerlukan pengetahuan tentang sistem komputer bekerja dan
kemampuan pemrograman. Beberapa sumber pustaka mengelompokkan virus
berdasarkan kriteria tertentu, biasanya untuk setiap jenis tersebut memiliki ciri khas tersendiri yang umum ditemui. Hal inilah yang perlu diperhatikan agar kita dapat
melakukan pencegahan terhadap serangan virus-virus komputer.
2. VIRUS KOMPUTER
2.1 Sejarah Virus Komputer
Virus komputer pertama kalinya tercipta bersamaan dengan komputer. Pada
tahun 1949, salah seorang pencipta komputer, John von Newman, yang menciptakan
Electronic Discrete Variable Automatic Computer (EDVAC), memaparkan suatu
makalahnya yang berjudul “Theory and Organization of Complicated Automata”.
Dalam makalahnya dibahas kemungkinan program yang dapat menyebar dengan
sendirinya.
Perkembangan virus komputer selanjutnya terjadi di AT&T Bell Laboratory salah satu
laboratorium komputer terbesar di dunia yang telah menghasilkan banyak hal, seperti
bahasa C dan C++. Di laboratorium ini, sekitar tahun 1960-an, setiap waktu istirahat
para peneliti membuat permainan dengan suatu program yang dapat memusnahkan,
memperbaiki diri dan balik menyerang kedudukan lawan. Selain itu, program
permainan dapat memperbanyak dirinya secara otomatis. Perang program ini disebut
Core War, pemenangnya adalah pemilik program sisa yang terbanyak dalam selang
waktu tertentu. Karena sadar akan bahaya program tersebut, terutama bila bocor keluar
laboratorium tersebut, maka setiap selesai permainan, program tersebut selalu
dimusnahkan.
Sekitar tahun 1970-an , perusahaan Xerox memperkenalkan suatu program yang
digunakan untuk membantu kelancaran kerja. Struktur programnya menyerupai virus,
namun tujuan program ini adalah untuk memanfaatkan waktu semaksimal mungkin dan
pada waktu yang bersamaan dua tugas dapat dilakukan.
Pada tahun 1983 Fred Cohen seorang peneliti dari Ohio, memperlihatkan
program buatannya yang mampu menyebar secara cepat pada sejumlah komputer. Ia
juga memperkenalkan virus pertama yang diprogram dalam lingkungan Unix yang
dapat memberikan hak istimewa kepada setiap pengguna. Tahun berikutnya Cohen
menyerahkan desertasinya ‘Computer Viruses – Theory and Experiments’ yang
menyebabkan virus berkembang dengan cepat.
Pada tahun 1986 di Freie, Universitas Berlin mendeteksi adanya aktifitas virus
pada sebuah komputer besar.
Sementara virus berkembang, Indonesia juga mulai terkena wabah virus. Virus
komputer ini pertama menyebar di Indonesia juga pada tahun 1988.
Virus yang begitu menggemparkan seluruh pemakai komputer di Indonesia, saat itu, adalah virus ©Brain
yang dikenal dengan nama virus Pakistan.
Tahun 1987, virus komputer generasi kedua yaitu Cascade yang merupakan virus
residen pertama muncul terenkripsi dalam file.
Pada tahun 1989 virus polimorf pertama ditemukan, vurus tersebut dikenal
dengan V2Px atau Washburn. Virus semacam ini dapat terus mengubah diri menjadi
sebuah varian baru. Pada tahun berikutnya, virus DIR II menggunakan cara baru untuk
menginfeksi program dengan menyerang entri-entri FAT.
Tahun 1991 diadakan sebuah lomba dan acara pembuatan program virus
akibatnya jumlah virus baru yang ditemukan semakin banyak. Dan sampai saat ini pun
virus-virus baru terus bermunculan dengan segala jenis variasinya.
2.2 Cara Kerja Virus Komputer
Virus secara umum memiliki cara kerja yang relatif sama yaitu:
1. Kemampuan untuk mendapatkan sebuah informasi
2. Kemampuan untuk memeriksa suatu file
3. Kemampuan untuk menggandakan dan menularkan diri
4. Kemampuan dalam melakukan manipulasi
5. Kemampuan untuk menyembunyikan diri.
Virus dalam mendapatkan sebuah informasi dari daftar file yang ada dalam suatu
directory. Lalu virus tersebut mencari file-file yang bisa ditulari, saat pemakai
membuka program atau file yang sudah terinfeksi oleh virus tersebut maka data yang
dibutuhkan oleh virus tercipta. Virus biasanya melakukan pengumpulan data dan
menyimpannya di RAM, sehingga apabila komputer dimatikan data tersebut akan
hilang. Dan data tersebut akan tercipta kembali saat komputer dihidupkan, biasanya
data-data tersebut disimpan sebagai hidden file oleh virus.
Virus sebelum melakukan penularan ia akan memeriksa file yang akan
ditumpanginya. Hal ini tidak jauh berbeda dengan perilaku virus pada tubuh manusia.
Secara umum virus akan memberikan suatu tanda pada file atau program yang telah
terinfeksi sehingga mudah dikenali oleh virus tersebut. Seperti memberikan suatu byte
atau tanggal pembuatan yang unik bagi setiap file yang telah terinfeksi.
Proses penggandaan diri yang dilakukan oleh virus setelah memberikan suatu
tanda pada file dilanjutkan dengan menuliskan kode objek virus pada file yang sudah
diperiksa. Proses penggandaan secara umum dilakukan dengan cara menghapus atau
mengubah file inang lalu terciptalah suatu file yang berisi program virus dengan
menggunakan nama asli atau dengan cara menumpang pada file yang sudah terinfeksi.
Memanipulasi suatu file yang sudah terinfeksi dapat membahayakan komputer
yang akhirnya dapat merusak suatu komputer. Seperti contoh virus CIH pada tahun
1998 yang menyebabkan kerusakan yang hanya dapat diatasi dengan mengganti /
memperbaiki komponen hardware. Kegiatan memanipulasi ini pada umumnya memiliki
tujuan untuk mempopulerkan nama sipembuat virus.
Kemampuan lain yang dimiliki oleh sebuah virus adalah kemampuan untuk
menyembunyikan diri. Dengan cara ini virus disimpan dalam bentuk kode mesin dan
digabung dengan program lain, meletakkan program pada Boot Record atau track pada
sebuah disk. Program dibuat sependek mungkin agar file yang sudah terinfeksi tidak
berubah ukurannya secara signifikan.
Seperti pada umumnya virus dalam dunia kedokteran, virus komputer juga
memiliki siklus hidup yang secara umum dibagi menjadi 4 tahap, yaitu
1. fase istirahat umumnya virus menentukan tanggal atau waktu untuk
mengaktifkan virus pada komputer
2. fase penyebaran, pada umumnya virus melakukan replikasi diri dengan
menggandakan dirinya dalam suatu program ke sebuah tempat di media
penyimpanan (hardisk, RAM, Disket, dsb.)
3. fase aktif, pada fase ini virus akan mengaktifkan diri
4. fase eksekusi, pada fase ini virus yang telah aktif mulai melakukan kegiatannya.
2.3 Jenis Virus Komputer
2.3.1 Virus Makro
Virus yang dibuat dengan bahasa pemrograman yang terdapat pada suatu aplikasi.
Virus tersebut akan berjalan pada aplikasi pembentuknya dengan baik. Sebagai contoh
virus makro yang dibuat pada aplikasi Word, maka virus tersebut akan berjalan pada
aplikasi microsoft word.
Pada umumnya virus akan memodifikasi file NORMAL.DOT
yang merupakan standar awal pengetikan apabila menggunakan Microsoft Word. Tetapi
ada juga yang tidak memodifikasi file DOT tetapi ia membuat file DOT yang baru.
Contoh virus makro:
•virus Melissa yang media penyebarannya melalui internet
•varian W97M menginfeksi NORMAL.DOT dan menginfeksi dokumen apabila
dibuka
2.3.2 Virus Boot Sector
Virus ini bekerja dengan cara menggandakan dirinya, memindahkan atau
mengganti boot sektor asli dengan program booting virus. Dengan cara ini virus akan
tersimpan ke dalam memori sehingga virus akan mengendalikan hardware dan akan
menyebar ke drive yang terhubung pada komputer.
Contoh virus:
•varian virus wyx, wyx.C(B) menginfeksi boot record dan floopy dengan panjang
520 bytes memiliki karakteristik memory resident dan terenkripsi
•varian V-sign, virus ini menginfeksi master boot record dengan panjang 520
bytes
2.3.3 Stealth Virus
Virus yang menguasai tabel interrupt pada DOS yang sering dikenal dengan
“Interrupt interceptor”. Virus ini mengendalikan instruksi level DOS.
Contoh virus:
•vmem(s), virus ini menginfeksi file *.EXE, *.SYS, dan *.COM, memiliki
panjang 3275 bytes dengan karakteristik menetap di memori dengan ukuran
tersembunyi dan di enkripsi
•yankee.XPEH.4928, menginfeksi file *.COM dan *.EXE dengan panjang 4298
bytes memiliki karakteristik menetap di memori, ukurannya tersembunyi dan
memiliki pemicu.
2.3.4 Polymorphic Virus
Virus yang hampir mirip dengan virus influenza atau HIV ini mempunyai
kemampuan untuk mengecoh antivirus dengan merubah strukturnya setiap kali
menginfeksi suatu file.
Contoh virus:
Necropolis A/B, virus ini menginfeksi file *.EXE, *.COM, dengan ukuran 1963
bytes memiliki karakteristik menetap di memori, ukuran dan virus tersembunyi,
terenkripsi dan dapat berubah strukturnya
2.3.5 Virus File
Virus ini bekerja dengan cara menginfeksi secara langsung pada sistem operasi,
baik itu file *.EXE atau *.COM. hasilnya ditandai dengan berubahnya ukuran file yang
diserangnya.
2.3.6 Multi Partition Virus
Virus ini merupakan gabungan dari virus boot sector dengan virus file. Dalam
melakukan pekerjaannya virus ini menginfeksi file *.EXE atau *.COM dan juga
menginfeksi boot sector.
3. MENGATASI VIRUS KOMPUTER
3.1 Menggunakan Antivirus
Penggunaan antivirus sangat membantu dalam mengatasi virus komputer.
Pemakaiannya pun sangat mudah, sehingga seorang amatir pun dapat dengan mudah
menggunakannya.. Antivirus yang tersedia saat inipun beragam jenis dan modelnya
mulai dari software gratis sampai yang komersil.
Gunakanlah antivirus yang dapat
melakukan proses scanning di semua media penyimpanan juga jaringan apabila
komputer yang digunakan terhubung dengan jaringan.
Secara umum langkah-langkah yang harus dilakukan apabila kita mengandalkan
sebuah antivirus yaitu:
1. selalu memperbaharui antivirus anda minimal setiap akhir bulan
2. menyalakan auto-protect pada komputer agar antivirus selalu melindungi
komputer anda
3. jika komputer terhubung dengan jaringan maka pakailah antivirus anda dengan
firewall, anti spam
4. lakukan scanning komputer setiap anda melakukan pembaharuan virus definition.
3.2 Mengubah Atribut File
Sebenarnya cara ini kurang menjamin sebab sudah ada virus yang bisa
mengubah attribut file. Tetapi cara ini lebih baik dilakukan dari pada tidak sama sekali.
Parameter untuk merubah attribut file :
ATTRIB [+R | -R] [+A | -A] [+S | -S] [+H | -H]
[[drive:][path]filename] [/S]
Keterangan :
+ : menambahkan attribut
- : menghilangkan attribut
R : attribut hanya baca (Read only)
A : attribut file archive
S : attribut file aystem
H : attribut file tersembunyi
Path : nama cabang (sub-directory)
Filename: nama file yang akan diproses
9
/S : melakukan proses diseluruh directory dan sub-directory
3.3 Mengatasi Secara Manual
Untuk mengatasi virus secara manual, bukan berarti kita tidak menggunakan
antivirus dalam mengatasinya. Secara manual kita melakukan sebuah upaya proteksi
dengan melakukan berbagai pencegahan. Berikut ini langkah-langkah secara manual
dalam mengatasi virus, yaitu:
•Dalam mengatasi virus makro, contohnya pada microsoft word. Ubah semua
document template terutama file NORMAL.DOT menjadi read-only. Dapat juga
kita lakukan dengan menghapus file NORMAL.DOT. selanjutnya kita dapat
merubah dokumen tersebut dengan membuka Wordpad dan menyimpannya
dalam RTF (Rich Text Format).
•Hindari penggunaan disket-disket yang tidak bisa dipercaya sumbernya.
Usahakan untuk tidak menggunakan disket-disket yang sudah lama sebab
mungkin saja mengandung virus, dan juga jangan sembarangan menggunakan
disket dari orang lain yang tidak terjamin kebersihan disket dari virus.
•Melakukan Write Protect. Dengan selalu mengunci Write Protect disket maka,
kita dapat lebih meminimalkan kemungkinan penularan virus sebab virus tidak
bisa menulis pada disket yang telah di-Write Protect.
•Membuat sub-directory untuk program-program baru. Hal ini bisa melokalisir
beberapa virus apabila program kita terjangkit virus.
•Periksa secara rutin registry Windows di bagian \HKEY_CURRENT_USER\
Software\ Microsoft\ Windows\ Current Version\ Run, apakah menemukan
sesuatu yang mencurigakan jika menemukan itu hapus bagian yang
mencurigakan itu.
•Set atribut file WINSOCK.DLL menjadi read-only, untuk memperkecil
kemungkinan virus untuk memanipulasinya.
•Catat tanggal, ukuran, dari file yang mencurigakan sebab akan berguna suatu
saat apabila benar file tersebut mengandung virus.
10
4. SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Virus komputer adalah bagian dari software komputer, hanya saja berbeda
fungsinya yaitu mengganggu bahkan merusak sistim komputer.
2. Tidak semua virus komputer memiliki dampak yang fatal, cukup banyak virus
yang hanya bersifat jinak, tetapi walau bagaimanapun juga harus dihilangkan.
3. Ketakutan yang berlebihan dengan virus komputer disebabkan oleh kebutaan
akan virus komputer itu sendiri, ketakutan itu dapat dihilangkan dengan
mengenal virus komputer.
4. Dengan semakin mengenal sistem kerja suatu komputer, terutama sistem operasi
serta mengetahui virus, maka dengan sendirinya pengetahuan kita untuk
mempertahankan komputer dari serangan virus semakin baik sekaligus
mendapatkan konsep untuk menangani virus komputer.
5. Mencegah komputer tertular virus jauh lebih baik dari pada terkena virus baru
kemudian kita memperbaikinya, sebab lebih menyulitkan dan juga tidak terjamin
apakah akan berhasil sepenuhnya.
http://www.azmifauzan.web.id
Langganan:
Postingan (Atom)